~ 39 ~

519 18 2
                                    

MENCARI PERHATIAN DANIA.

"Maaf, saya permisi dulu." Ucap Dania melepaskan pelukan Fathan. Terasa tidak nyaman yang sesaat tadi ia rasakan. Bukan masalah pelukan itu, tapi, rasa yang dulu pernah ia rasakan sudah hilang.

Tangannya sibuk menyeka airmatanya. Dan berbalik badan kemudian. Meninggalkan Fathan yang masih berdiri tanpa kata itu. Menatap ke arah Dania.

Dania menghempaskan bokongnya kekursi kerjanya. Ia diam sejenak, pikirannya dipenuhi tiap kenangan yang pernah ia lalui bersama Fathan dan hingga detik tadi, ingatan itu juga datang.

Kedua telapak tangannya mengusap, lalu dibenamkan wajahnya keantara dua telapak tangannya. Menunduk.. "kenapa ini harus terulang lagi, Than..? Kenapa elu harus memulai kata disaat gue udah bosan mendengar kata itu, Than..? Gue gak bisa benci elu, gue juga gak bisa sepenuhnya ngelupain elu..? Lima tahun, lima tahun gue berusaha ngelupain elu, tapi kenapa elu harus bicara lagi sama gue.?" Katanya sambil mengelap air yang mendadak jatuh dari pelupuk matanya.

Kepalanya mendongak, menarik nafas dalam-dalam, lalu ia menghembuskannya pelan. "Gak.. gue gak bisa begini..!! Gue udah janji pada diri gue sendiri dan juga Ayah, kalau gue gak akan bersikap baik lagi sama Fathan. Gue harus kuat, gue gak boleh rapuh hanya gara-gara satu cowok." Ceracau memberi dukungan pada diri sendiri.

Di ujung lorong, Fathan menatap ke arah Dania. Ia menyadari wanita yang telah ia sakiti sedang menangis, lagi. Tetapi, apa yang bisa Fathan lakukan? Ia hanya mampu berdiri setelah penolakan Dania dihalaman kantor.

"Maafin gue Dan..!" Gumamnya pelan. Lalu masuk kedalam ruangannya.

Ke-esok harinya..

Pagi masih terlihat sepi, jalan pun belum terlalu ramai oleh kendaraan. Fathan, dia sudah sampai kantor. Lampu-lampu ruangan terlihat masih gelap. Namun, tidak semua lampu terlihat padam. Beberapa lampu menyala di sisi kanan dan pojok kiri.

Entah apa yang dilakukan Fathan sepagi ini di kantor? Ia meletakan segelas kopi panas dan sekotak nasi goreng, lalu..

Satu buket bunga mawar merah dan putih diletakan disamping komputer. Segera mungkin ia pergi keruangannya setelah itu. Ia berdiri gelisah, menunggu pemilik meja itu dari balik jendela ruangannya.

Tak lama, Dania menemukan apa yang Fathan taruh dimejanya. Ia duduk dan lalu membaca isi surat yang sengaja Fathan selipkan di buket bunga itu.

Met pagi..

Semoga hari ini lebih indah dari kemarin.

Dari seseorang pria yang sering dicuekin.

Baca Dania menghembuskan nafasnya. Terlihat wajahnya yang kesal setelah tau siapa orang yang menaruh bunga, kopi dan sarapan itu.

"Apa sih, maunya?" Gumam Dania melempar surat itu ke tong sampah. Lalu melirik Fathan yang sedari tadi menonton ekspresi Dania yang kesal. Fathan bergegas menutup gorden saat mata Dania menelisik jendela yang sebenarnya tidak terlihat dari depan ruangan Fathan.

Dania tak mau ambil pusing. Ia mengerjakan pekerjaannya yang tertunda. Dan..

"Pak Udin.." panggil Dania pada OB kantornya.

"Iya neng, ada yang bisa bapak bantu?"

"Pak udin udah sarapan belum?"

Pak udin menggeleng.. "lagi gak punya duit, neng." Ucapnya melas.

"Ooh.. ya udah, ini ada nasi goreng sama cappucino, kebetulan saya udah sarapan. Pak Udin makan ini aja, ya." Ucap Dania memeberikan sarapan dan kopi dari Fathan itu.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang