~ 12 ~

894 31 3
                                    

SAHABAT KECIL

Seseorang menabrak Fathan.

"Maaf saya gak seng.." katanya terhenti. Matanya menatap tajam, pikiran itu berusaha mengingat-ingat. Dan akhirnya senyuman itu mengembang. "Fa..Fathan??"

Begitu juga dengan Fathan. Cewek ini sangat tidak asing bagi ingatannya yang saat ini sedang bekerja. "Da..Dania?"

Dania mengangguk senang. Sangat senang saat dirinya kembali bertemu Fathan.

"Kok, lu bisa ada disini??" Tanya Fathan tak mengerti. Dania, sahabatnya semasa kecil di Semarang. Mereka terpisah oleh keadaan Dania yang harus ikut pindah kedua orangtuanya yang dipindah tugaskan.

"Iya.. gue sekarang tinggal di Jakarta."

"Lu pindah ke Jakarta bukan karena gue kan??" Selidik Fathan sedikit menggoda. Dania dulu tak seperti sekarang yang tumbuh menjadi gadis sexy dan sangat cantik.

"Iih.." Dania mendorong bahu Fathan pelan. "Apaan sih, lu.. ya gak lah. Gue pindah ke Jakarta emang dapet kerjaan disini." Terangnya sedikit salah tingkah.

Fathan mengangguk sambil ber 'ooo' ria.

Dania mengangguk. Gadis berhijab itu tersipu malu. Wajah merahnya menandakan bahwa ia menaruh hati pada Fathan. Entahlah.. perasaan itu sudah ada sejak keduanya masih terlalu kecil. Masih terlalu dini untuk mengenal rasa yang sampai kini Dania rasakan pada Fathan.

"Oiya.. lu diundang dari--?" Tanya Fathan terhenti. Dani keburu menjawab pertanyaan itu dengan cepat.

"Gue diundang Kayana, dia temen kantor gue di divisi lain."

"Temen kantor Kayana? Sejak kapan lu kerja di sana?" Selidiknya heran, tak pernah sekalipun ia bertemu Dania selama jadi pacar Kayana.

Dania tersenyum, "gue baru sebulan dan kebetulan gue ditraining dulu di kantor Diklat PT itu."

Lagi, Fathan hanya mengangguk paham. "Oiya.. lu mau masuk?" Tanya Fathan membuyarkan pandangan mata Dania yang hampir saja membayangkan tentang Fathan yang sudah jauh lebih dewasa dan tampan.

Dania mengangguk. Hatinya sedikit gugup. "Ya udah yuuk, kita masuk bareng." Ajak Fathan berjalan didepan Dania.

Kakinya tak bergeming. Berdiri terpaku ditempat yang sama. Ia masih tak percaya apa yang baru saja didengar telinganya. "Fathan ngajak gue bareng? Apa gak salah?" Gumam batinnya mengusik rasa yang hampir saja tertidur itu.

Langkah cowok yang dikagumi Dania itu berhenti. Menoleh. Ia berdehem pelan, lalu kembali menghampiri Dania yang mematung. "Hei.. kok jadi bengong? Ayoo.." tangan Fathan meraih tangan Dania yang kian bertambah tak pernah. Hari ini? Mimpi apa ia semalem bisa digandeng cowok yang selalu menolongnya semenjak kecil.

Dania terus berjalan mengikuti Fathan dari belakang. Mau tak mau, ia mengukutinya, Fathan tak mau melepaskan genggaman jari jemarinya yang meremas.

Ya tuhan.. dia.. dia menggandeng gue?!! Bisik batinnya. Entahlah, padahal ini bukan sekali dua kali dilakukan Fathan. Sebelum Fathan balik kedua orang tuanya Dania sudah merasakan genggaman tangan Fathan saat ada anak cowok yang mengganggunya.

Mata Kayana terfokus pada Fathan yang menggandeng Dania. "Itu.. itu kan Dania? Kenapa dia bisa sama Fathan?" Ada rasa cemburu menghiasi wajah cantiknya. Raut wajahnya tampak kesal melihat Fathan menggandeng sahabatnya dikantor.

Fathan menyadari kecemburuan Kayana dipelaminan. Lalu ia tersenyum dan dengan sengaja tangan Dania di genggam erat. Kemudian ia letakan didadanya. Kayana semakin cemburu, menelusup ke hatinya yang panas. Dadanya bergemuruh. Menatap tajam dan memalingkan pandangannya itu.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang