~ 14 ~

797 23 4
                                    

SEMUA BERUBAH.

Fathan duduk didalam mobil. Mimik wajah tak bersahabat itu sangat kesal.
Menatap jauh ke depan.

"Aaaah..!!" Teriak Fathan. Lalu..

Braaak.. stir dipukul keras. Kebencian muncul lagi. Sudah seminggu ia berusaha melupakan semuanya, melupakan tentang kisah dan penderitaannya. Tapi, terbuka lagi dalam hitungan menit.

Sepele memang, tapi bagi Fathan itu bukan hal yang mudah. 15 tahun, ia diurus neneknya. Tak mengenal kasih sayang mama-papanya. Ia juga tak mengerti, apa salah Fathan kecil? Dibuang dan dilupakan tanpa dijenguk sekalipun. Andaikan saja neneknya masih hidup, mungkin ia tak akan pernah mengenal siapa orangtuanya itu.

Ia menyisir rambutnya dengan kedua tangan kebelakang. Menunduk diam didalam mobil. Pikiran mendadak kalut. Ucapannya memang sudah sangat keterlaluan pada ibu yang telah melahirkan. Entahlah, Fathan hanya anak yang rapuh dibalik sifatnya yang brutal. Haus kasih sayang dan mencari pelarian dengan menjadi anak yang sangat nakal.

Dan, Setelah neneknya meninggal Fathan kembali pada keluarga yang selama ia impikan semasa kecil. Namun, ia tetap merasa asing dirumahnya sendiri. Perhatian mama-papanya tetap tertuju pada Fathir. Tak pernah sedikit pun mereka peduli saat ia membutuhkan perhatian lebih dari kedua orangtuanya.

Ia berusaha bertahan, menyimpan namun ia tak pernah sanggup saat dirinya memergoki Fathir dalam pelukan hangat Mama Papanya. Ia menginginkan itu juga walau sedetik. Walau sebentar saja ia tak apa.

Fathan mengusap wajahnya, lelah rasanya batin itu mengingat setiap ingatan yang menguras energinya. Kunci berputar dari off ke on. Mesin mobil pun mulai mengerang. Nyala. Pedal gas diinjak setelah persneling diubahnya. Mobil berjalan keluar rumah.

Masih diruang makan.

Suasana masih saja mencekam.

Hening.

Sepi.

Hanya suara hembusan nafas dari tiap lubang hidung Tania, Rama, Fathir dan Kayana. Acara makan pagi rusak seketika dengan tingkah Kayana sebagai menantu baru dirumah itu. Kelakuan yang tiba-tiba membuat semuanya berantakan.

"Kenapa sifat anak itu susah banget dirubah?" Tania mendengus kesal mengingat ucapan Fathan.

"Maafin aku Tan, bukan maksud aku mau buat kekacauan pada makan pagi ini." Kayana merasa bersalah.

Fathir berjalan menghampiri Kayana. Ia menyuruh istrinya duduk. Rama menghentikan makannya, meletakan sendok dan lalu mendorong kursi kebelakang. Berjalan sebentar, berhenti disamping istrinya yang masih terlihat kecewa mendengar ucapan Fathan.

"Ma.. menurut papa Fathan bukannya gak mau diatur.. tapi dia cuma butuh perhatian yang selama ini gak dia dapet. Papa pikir, kita sebagai orang tuanya juga harus ngerti posisi dia." Ujar Rama meredakan emosi istrinya itu. Mengelus-elus punggung istrinya.

Tania diam, tak terlalu pedulikan ucapan suaminya. Di pikirannya hanya teringat pada ucapan Fathan barusan. Kata 'Keterlaluan lu, jangan mentang-mentang wajah gue sama terus lu bisa seenaknya main cium dan peluk. Sekarang lu udah bukan pacar gue lagi, tapi istri dari Kakak gue' mengganggu pikirannya.

"Mama tau.. tapi bukan gitu caranya.. itu sama aja nyakitin hati kakaknya sendiri." sergah Tania. "Mama sayang sama dia, cuma kan masalahnya dia gak tau seperti apa keadaan Fathir."

"Emangnya ada apa dengan Mas Fathir??' Tanya Kayana. Pandangan tajam fokus ke Tania, lalu berganti setelah sekian menit belum juga dapat jawaban dari Tania yang mendadak membisu seperti patung. "Apa kalian menyembunyikan sesuatu dari saya??" Tanya-nya sekali lagi, kali ini pandangannya bergantian menatap Ayah mertua dan suaminya.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang