~ 21 ~

767 24 6
                                    

PENYESALAN.

Tubuh Fathan ambruk menindih Kayana yang masih terdiam. Keringat mengucur diseluruh tubuhnya yang terbentuk indah. Nafasnya terengah-engah. Digulir tubuhnya kekiri. Tertidur tanpa ada penyesalan sedikitpun diwajahnya yang terlihat kelelahan. Tapi semua itu sudah terjadi. Pengaruh wisky sudah membuat kehilangan akal sehatnya. Dan saat ini, otak Fathan terasa kosong. Hingga ia terlelap tanpa peduli Kayana yang masih terikat disampingnya.

Tertidur pulas.

Sepanjang malam, Kayana merintih kesakitan. Kesakitan batin, kesakitan tubuhnya yang direnggut paksa adik iparnya sendiri. Bertahan dan diam disamping Fathan yang sudah tak ingat apapun lagi.

Dan lalu.. Kayana sudah tak kuasa menahan isak tangis yang ia tahan sepanjang malam. Mulai terdengar, suara isak tangis Kayana menyadarkan Fathan dari tidurnya. "Aaah.. siapa sih yang nangis pagi-pagi gini..?" Ia seperti orang bodoh yang kehilangan seluruh isi dalam otaknya. Ia menarik bantal dan menutupi telinganya. Namun, suara isak tangis itu masih saja terdengar, bahkan lebih keras lagi suaranya. Fathan bangkit dan duduk. Menatap tubuh kakak iparnya itu yang bertelanjang tanpa sehelai benang pun. Melamun sejenak.

"Ka..kayana?" Menatap tubuh kakak iparnya itu yang bertelanjang tanpa sehelai benang pun. Melamun sejenak. "Kenapa lu bisa ada dikamar gue?" Tanya Fathan heran. Membuka ikatan tangan Kayana di besi ranjangnya.

Kayana tak menjawab, hanya leleran airmata sebagai jawaban kalau ia amat menderita malam itu dan kini. "Apa yang udah gue lakuin sama elu?" Tanya Fathan tak ingat apapun yang terjadi semalem. Kayana tetap membungkam. Fathan mulai menyadari ada kesalahan yang telah ia lakukan semalem. Dilihat tubuhnya dicermin, topless. "Maafin gue." Katanya pelan penuh penyesalan.

Fathan membantunya bangun, tetapi tangan itu terlalu cepat ditepis mantannya itu. Ditatap wajah Fathan, sangat nanar. Kebencian dan amarah sudah menguasai diri Kayana.

Ia berpaling, lalu turun dari ranjang. Mengambil pakaiannya. Fathan menyusulnya dari belakang. Langkah kaki istri kakaknya ditahan. "Please, maafin gue." Hentakan tangan Kayana melepas pegangan tangan Fathan padanya. Ditatap sebentar wajah penuh penyesalan itu.

Kemudian..

Plaaaak.. tamparan keras mendarat di pipi mantan pacarnya itu. "Puas lu sekarang, hah?" Bentak Kayana. "Puas lu udah hancurin hidup gue?"

"Gue minta maaf.. gue khilaf, Kay."

"Maaf lu gak bisa balikin keadaan, Than. Kesucian gue gak bisa balik seperti dulu. Lu udah hancurin masa depan gue, lu renggut apa yang seharusnya jadi milik kakak lu, Than." Sergah Kayana sengit. "Lu b*j*ng*n. Lu manusia berhati iblis." Sambungnya memukul dada Fathan. Dibiarkan kakak iparnya itu melampiaskan semua kekesalannya pada dia. Ia merasa berhak di hajar maupun dihina habis-habisan seperti ini.

"Gue emang b*j*ng*n.. gue pantes lu hina. Pukul gue lagi, Kay.. pukul gue kalo itu bikin lu puas." Katanya setelah Kayana berhenti memukulnya. "Ayo pukul gue lagi, Kay.. pukul gue kalo itu satu-satunya cara bikin itu lu bisa maafin gue." Fathan meraih tangan Kayana dan menyuruh kakak iparnya memukul kembali dirinya.

Dibawah, tiga anak tangga paling atas. Ada Rama berdiri diantara mereka berdua. Jarak antara Rama dan Kayana juga Fathan terlalu dekat untuk tidak ingin tau apa yang sebenarnya diantara mereka dua.

"Jadi mereka..?" Ucap Rama tak melanjutkan kalimatnya. Mendengarkan pertengkaran anak dan menantunya. "Ya gusti, kenapa semua ini terjadi sama keluarga saya?" Ucap batin Rama terasa sesak.

Kayana diam, hanya menangis dan menangis. Lalu..

Fathan menghentikan gerakan itu dan memandang wanita yang sampai saat ini masih dihatinya itu menangis. Ia memeluk pelan dan semakin erat masuk kedalam pelukannya.

SERPIHAN CINTA YANG HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang