Setelah sampai di kamar Rissa, Vino dan Rissa mengobrol lama. Rissa juga memberitahukan kedua orangtuanya tentang kembarannya yang sudah ia temukan.
Mereka juga mengobrol dengan seru, saking serunya sampai melewatkan jam makan siang dan makan malam.
Vino POV
"Eh Zi, udah malem. Aku balik ke kamar ya," ucapku sambil mengelus puncuk kepalanya.
"Iya... Tapi jangan panggil aku Zizi dong," ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Aw, she so cute!" batinku. Lalu aku mencubit gemas pipinya. Ia melepas tanganku dengan kasar lalu mengelus pipinya yang terlihat kemerahan itu.
"Itu panggilan sayang seorang kakak kepada adiknya hahahaha!" ucapku sambil tertawa lepas.
"Ih kakak beda 5 menit doang yeu!" cibirnya kesal, "Yaudah sana pergi!" sambungnya.
"Ngusir nih?" tanyaku sambil menaikkan sebelah alisku untuk menggodanya.
"Udah sana ah!" serunya sambil berusaha mendorongku keluar.
"Ih ntar ketahuan penjaga asrama gimana?" tanyaku.
"Yaudah kamarmu nomor berapa?" tanyanya sambil berkacak pinggang.
"04," ucapku sambil memegang tangannya. "Cepetan teleport!" seruku tak sabar.
"Iyaaaa!!" ucapnya yang terlihat sangat kesal.
🌙🌙🌙
Rissa POV
"Ris? Kemarin kamu kemana? Kok gak keliatan semenjak pelajaran pertama?" tanya Leon saat aku sudah berada di kelas.
"Taman," ucapku datar.
Dia hanya ber'oh'ria, lalu setelah beberapa menit Mr. Sandro masuk ke dalam kelas, pelajaran pun dimulai.
"Selamat pagi anak-anak," ucap Mr. Sandro ramah.
"Selamat pagi Mr. Sandro!" jawab kami serempak.
"Lomba untuk membuat ramuan antar academy akan dilaksanakan seminggu lagi, saya sudah menyeleksi murid yang akan mengikutinya--" ucap Mr. Sandro.
Seketika kelas hening ingin mendengarkan siapa yang mengikuti lomba itu. "--Dan hanya 2 orang yang akan mengikutinya ya," sambungnya.
"Yang akan mengikutinya adalah Yang mulia Putri Clarissa dari kelas King and Queen 1 dan Steviano dari kelas Kings 1," ucapnya yang membuat mataku terbelalak.
"Sial! Males banget.. Tapi biarlah ada si Coco," batinku pasrah.
Semua anak bertepuk tangan sambil melihat ke arahku, aku hanya mengangguk mengiyakan perkataan Mr. Sandro.
Kring! Kring!
Aku langsung berjalan menuju perpustakaan saat pelajaran telah selesai, tapi bukan untuk membaca melainkan bertemu dengan Vino.
Kita sudah janjian untuk bertemu disini sama Coco alias Vino hehe, aku menjulukinya Coco karena dia suka sekali coklat--sama sepertiku.
Saat aku sedang berjalan ke perpustakaan banyak orang yang tersenyum padaku, karena aku termasuk populer ralat... Sangat populer karena kecantikanku (Pede beut:v).
Untuk identitasku yang seorang putri, hanya kelas King and Queen yang tahu. Kelas lainnya tidak karena bisa berbahaya.
Dan aku baru pertama kali ke perpustakaan yang ada disini, jadi mungkin ya gitu.. *apasih //plakk!
Saat sudah sampai di depan pintu perpustakaan, aku masuk dan mengisi daftar hadir. Lumayan banyak orang yang datang kesini, aku kira bakalan sepi Hufft..
"Eh itu Coco," gumamku senang.
Lalu aku berjalan menghampirinya, dan menepuk pundaknya pelan. "Hai Coco!" ucapku.
"Eh, Hai Zizi!" jawabnya sambil cengengesan.
"Napa dah? Obat lu kurang?" tanyaku sambil menempelkan tanganku pada dahinya
Vino langsung menjitak kepalaku--gak terlalu kenceng sih. "Ih apaansihh?!" ucapku kesal sambil mengerucutkan bibirku.
Ia menatapku datar, aku terkekeh pelan lalu duduk di depannya. "Maaf lupa Co.." ucapku.
"Mau ngomongin apa nih?" tanyaku.
"Bahas kekuatan kita lah," jawabnya santai kayak disate *eh.
"Kita? kamu aja. Hehe.." ucapku, aku hanya cengengesan.
Dia hanya mendengus mendengar jawabanku. "Seriusan ih!" serunya yang terlihat kesal.
"Ya," ucapku.
"Eh Vino? Ngapain lu disini? Sama siapa?" ucap seseorang.
Tiba-tiba ada 3 orang laki-laki mendekat, ia belum menyadari kehadiranku dan salah satu temannya menjitak dahinya pelan lalu berkata.
"Eh lu mah gajelas Fik, dia lagi sama cewek tuh!" ucapnya sambil menunjukku.
Dia menoleh kearah yang ditunjukkan temannya dan mendapatiku yang sedang duduk manis di depan Vino, dia hanya cengengesan dan duduk disamping Coco di ikuti dua temannya.
"Eh lagi pacaran yak, hahaha. Ganggu boleh ya?" ucapnya sambil tertawa.
Aku hanya menatapnya datar lalu menatap Vino sambil menaikkan sebelah alisku seolah berkata: "Mereka siapa?"
"Temen," jawabnya datar seolah mengerti dengan ekspresiku.
Aku hanya ber'oh'ria dengan jawabannya. "Co, bosen.." ucapku.
Dan saat aku menoleh kearah mereka, mereka memasang ekspresi bingung.
"Co? Siapa?" tanya orang yang dipanggil Fik tadi."Dia," ucapku sambil menununjuk Coco alias Vino.
"Lah sejak kapan namanya ada unsur Co? Ngapa lu manggil dia Co?" tanyanya dengan wajah yang menyebalkan bagiku.
"Serah gue lah," ucapku datar sedatar-datarnya kayak triplek yang dibelah lagi jadi dua. *eh apaansih //Plaak!
Dia hanya mendengus, dan dua temannya terkekeh pelan--karena ini masih di perpus--jadi kita gak boleh berisik.
"Eh udah yuk jangan disini kalo mau ngobrol taman aja," ucap Vino sambil menarik tanganku.
Sekarang kita ber-5 udah ditaman, dan suasananya hening. "Awkward lagi kan," batinku.
"Ehmm, jadi?" tanya seseorang yang baru kutahu namanya Fiki.
"Ya gitu," jawab Vino datar sedangkan aku hanya diam tidak berkomentar apapun.
"Ish!" ia mendengus pelan.
"Hubungan kalian berdua apaan?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya.
"Kepo lu pantat panci," ucap Vino sinis.
"Ah elah, muka tampan kea gue dibilang pantat panci. Dasar Kecebong!" ucapnya sambil mendengus kesal.
"Gue pergi," ucapku datar.
"Eh ja–"
Duaarrr!
Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang cukup keras, sontak kita semua berlari menuju sumber suara. Saat sudah sampai disana, aku sempat tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Tapi ya.. Itu ada di depan mata so... Aku harus percaya.
"Bagaimana bisa?" gumamku.
--TBC--
KAMU SEDANG MEMBACA
Mage Academy
FantasyClarissa menjalani hidupnya dengan bahagia bersama keluarga angkatnya, tapi dibalik kebahagiaan yang ia tampilkan, Sebenarnya memiliki kesedihan yang mendalam. Clarissa hidup berpisah dari keluarga kandungnya karena sebuah kekuatan, kekuatan yang h...