16. Memulai Aksi

12.8K 754 3
                                    

(Still Rissa POV)

"Shit! Gimana ini.." batinku.

"Mau kemana?" ulangnya lagi sambil berjalan mendekat, reflek kakiku melangkah mundur.

Aku menundukkan kepalaku. "I-itu, ke.. Hm..." ucapku gugup.

"Kemana hm?" ucapnya.

"Kasih tahu ajalah... Udah tercyduk juga," batinku.

"Aku mau pergi ke istana kegelapan, Dark kingdom.." Aku mengecilkan suaraku di bagian terakhir.

Saat aku mendongakkan kepalaku untuk melihat kearah Vino, ia membulatkan matanya.

"APAAA?!!" teriaknya menggelegar.

"Sssttttt, jangan teriak! Nanti pada bangun!" ucapku sambil melotot ke arahnya.

"Kau gila?!" tanyanya lagi yang terlihat shock.

"Gak!" jawabku datar.

"Trus bagaimana bisa kamu kesana?! Itu berbahaya!" ucapnya sambil memegang pundakku.

"Aku mau menyamar," ucapku.

"Maksudmu?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Disana ada pesta ulangtahun Anak didik 'Dia'," ucapku datar, "Aku dapet surat buat masuk kesana."

"Gimana caranya?" tanyanya bingung.

"Aku kan tadi latihan. Trus diserang sama salah satu dari mereka secara tiba-tiba gak tau nongol darimana," ucapku.

"Eh nemuin undangan di dalem jubahnya... Trus aku ambil--" ucapku sambil nyengir.

"--Ada 2 undangannya.." sambungku sambil memperlihatkan undangan yang ku dapatkan.

"Ikut.." ucapnya.

"Yaudah siap-siap," ucapku sambil tersenyum.

"Siap!" ucapnya.

"Jadi gak?" tanyaku saat melihatnya yang hanya diam.

"Acaranya formal atau gak?" tanyanya. "Formal."

"Tapi.. Aku gak bawa jas.." ucapnya lesu.

"Di lemari kamarmu ada. Aku taro disana buat jaga-jaga," ucapku datar.Vino tersenyum, ia langsung lari ke kamarnya.

10 menit kemudian..

Brakkk!

"Zi! Udah siap nih!" seru Vino secara tiba-tiba.

"Gak usah ngedobrak pintu kan bisa," ucapku datar dan dengan nada dingin.

"Maaf.." ucapnya sambil cengar-cengir.

"Eh Zi! Rambut sama matamu kok warnanya berubah? Rambutmu blonde matamu merah?" tanyanya. "Pake topeng juga?"

"Buat nyamar lah, sini kamu juga!" ucapku, lalu aku merubah warna rambut dan matanya menjadi sama sepertiku dan memberinya topeng.

"Selesai! Yaudah ayo!" ucapku sambil menjulurkan tanganku, dia menerima juluran tanganku lalu kita teleport ke istana kegelapan. Sebelum itu, aku juga sudah menyamarkan auraku dan Vino.

Saat sudah sampai di depan gerbang kita masuk. "Undangannya Nona.. Tuan.." tanya salah satu prajurit saat kita mau masuk kedalam istana, lalu aku memperlihatkan kedua undangan itu. "Silahkan masuk!"

"Nuansanya gelap ya sama kayak nama kerajaannya.." ucap Vino berbisik.

Vino POV

"Nuansanya gelap ya sama kayak nama kerajaannya.." ucapku berbisik.

"Iya, auranya juga suram banget kayak yang punya pfttt!" jawab Rissa sambil berbisik juga.

Aku terkekeh pelan. "Kita mau ngapain kesini Zi?" tanyaku.

"Memantau mereka, Ayo!" ucapnya berbisik lalu menarik tanganku.

Kita duduk disofa yang disediakan dipinggir aula istana, aku lihat banyak yang melirik ke arahku dan Rissa.

"Zi! Banyak yang lirik kita tuh... Sepertinya kita terlalu mencolok," ucapku berbisik.

"Iya ya, kalo emang udah mempesona mah mau gimana lagi? Haha," ucapnya lalu tertawa, aku juga ikut tertawa.

Lalu terdengar alunan lagu waltz, dan satu-persatu pasangan mulai berdansa. "Mau dansa Zi?" tanyaku sambil tersenyum.

"Boleh!" jawabnya lalu tersenyum, kita berjalan ke tengah lalu aku membungkuk dan menjulurkan tanganku. Rissa menerimanya dengan senang hati dan kita berdua pun berdansa.

Banyak yang melihat ke arahku dan Rissa. "Sepertinya kita menjadi pusat perhatian," ucap Rissa berbisik.

"Iya," jawabku lalu tersenyum.

"Kya! Dia sangat tampan saat tersenyum!"

"Berdansa sama aku saja!"

"Perempuannya cantik sekali!"

Aku mendengar ocehan mereka yang berisik. "Tidak usah didengar, bikin telinga sakit.." ucap Rissa tiba-tiba.

Aku hanya tertawa mendengar ucapannya. Lagunya telah selesai, aku dan Rissa kembali ketempat kita tadi "Seru ya!" ucapku dan dibalas deheman oleh Rissa.

"Perhatian semuanya!" ucap sebuah suara di depan.

Aku menoleh dan mendapatkan sang Raja alias 'Dia' sedang bersama anak didiknya. Aku melihat ke arah Rissa yang mengepalkan tangannya

"Sabar Ris.." ucapku melalui telepati tapi ia tidak menjawabnya.

"Kita akan memulai pestanya...bla bla~" ucapnya lagi.

Aku dan Rissa malas mendengarkan ocehannya. Lalu kita memutuskan untuk menyusup ke dalam kamar sang Raja.

Kita sekalian mencari petunjuk, siapa tahu mereka merencanakan sesuatu."Ini kan..." ucap Rissa tiba-tiba.

--TBC--

Mage Academy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang