Author POV
Rissa termenung di dalam kamarnya, tinggal dua hari lagi sebelum perang dimulai.
Tok! Tok! Tok!
"Ini Vino," ucap Vino dari depan pintu.
Ceklek!
"Ris.. Kamu kenapa?" Tanya Vino sambil membelai surai Rissa lembut.
"Aku hanya... Aku takut Vin," ucap Rissa.
"Takut apa?" Tanya Vino.
"Apa aku bisa membunuhnya, dia itu om kita Vin..." ucap Rissa pelan.
Vino menghela napas lelah. "Dari kemarin kau memikirkan hal itu. Lebih baik kamu berlatih saja, tentang masalah itu kita lihat saja nanti," ucap Vino lembut.
Rissa mengangguk, ia berjalan keluar dari kamarnya disusul Vino. Rissa berjalan menaiki tangga untuk keluar dari ruang bawah tanah.
Ia berjalan keluar dari rumah atau markas mereka, Rissa duduk di balkon. Ia menatap kosong pemandangan di depannya.
"Aku akan melawannya," ucap Rissa.
Rissa berdiri, ia melangkahkan kaki mungilnya menuju ruang bawah tanah. Ia memutuskan untuk berlatih bersama Vino, Raldi dan Fiki.
Vino tersenyum melihat Rissa yang sudah kembali semangat, ia juga ikut berlatih bersama Rissa.
Dua hari berlalu begitu cepat. Rissa, Vino, Raldi dan Fiki sudah siap dengan baju perang mereka masing-masing.
Mereka semua berpegangan tangan, Rissa meneleportkan dirinya ke Crystal palace. Tempat suci yang terdapat satu portal untuk pergi ke dunia manusia.
Penampilan Rissa dan Vino tidak seperti biasanya. Mereka berpenampilan sebagai Nanzel dan Nanz. Nanzel, rambutnya pirang keemasan dengan mata berwarna merah darah.
Nanz, rambutnya pirang keemasan juga dengan mata berwarna amber, dan tentu saja jubah hitam mereka. Raldi dan Fiki juga memakainya.
Mereka berempat menggunakan topeng untuk menutupi identitas masing-masing, rambut mereka semua menjadi pirang keemasan, mata Raldi berwarna hitam mendekati biru tua sedangkan Fiki berwarna putih gading.
Disana hanya ada mereka berempat, tentu saja para raja dan ratu serta para rakyat tidak tahu bahwa Crystal palace akan diserang, atau mungkin 'belum' tahu.
Hanya para The chosen people saja yang mengetahui tentang hal ini. "Vino, kamu beri tahu para raja dan ratu," ucap Rissa tegas, Vino mengangguk.
"Raldi, lo selamatkan rakyat yang tinggal disekitar sini," ucap Rissa tegas, Raldi mengangguk.
"Fiki, lo pantau pergerakan dari Dark kingdom," ucap Rissa tegas, Fiki mengangguk.
Rissa segera meneleportkan mereka ke tempat masing-masing, setelah itu Rissa berdiri di depan pintu masuk Crystal palace.
Sebelumnya Fiki dan Raldi sudah diberikan alat untuk berkomunikasi. "Rissa," ucap Fiki diseberang sana.
"Ada apa Ki?" tanya Rissa.
"Mereka sudah mulai bergerak," ucap Fiki serius.
"Baiklah, pantau terus mereka!" ucap Rissa tegas.
"Baiklah," ucap Fiki.
Rissa menutup matanya, ia menenangkan pikirannya. "Rissa," ucap Vino dalam telepati.
"Ada apa?" tanya Rissa tanpa membuka matanya.
"Para raja dan ratu percaya, mereka ingin membantu. Apakah tidak apa-apa?" tanya Vino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mage Academy
FantasyClarissa menjalani hidupnya dengan bahagia bersama keluarga angkatnya, tapi dibalik kebahagiaan yang ia tampilkan, Sebenarnya memiliki kesedihan yang mendalam. Clarissa hidup berpisah dari keluarga kandungnya karena sebuah kekuatan, kekuatan yang h...