(Still Rissa POV)
Sekarang aku berada di dalam kamar yang ada dimansion. Aku sedang memikirkan rencana untuk menghentikan kegelapan yang sedang meluncurkan aksinya.
"Apa yang harus aku lakukan?" gumamku pelan.
Brakk!
"RISSA! LU IKUT MAIN DI PANTAI GAK?" teriak Nessy secara tiba-tiba.
Aku menghela napas pelan lalu melihat ke arahnya dengan tatapan kesal. "Lu kan gak usah teriak kayak gitu juga kali Nes," ucapku dengan nada lelah.
Dia menggaruk tengkuknya yang kurasa tidak gatal itu. "Hehe, maaf. Jadi ikut gak?" tanyanya dan melihatku dengan penuh harap.
"Gak," ucapku datar.
"Ayolah.." ucapnya sambil memelas.
"Gak," jawabku masih dengan wajah datar.
"Yaudah deh!" ucapnya kesal, ia keluar kamar sambil menghentakkan kakinya.
Aku menggelengkan kepalaku. "Dasar anak itu.." batinku.
Lalu aku melihat melepas kalung pemberian ayah yang selalu aku pakai dan memperhatikannya.
"Ini untuk apa?"
"Untuk apa ayah memberikannya kepadaku?"
Kedua pertanyaan itu terus berputar-putar dikepalaku seperti kaset rusak.
"Hufft! Sudahlah... Lebih baik aku berlatih," gumamku, lalu aku memakai kalung itu kembali dan berjalan ke tempat latihan.
Rissa POV end
Disisi lain.
"Ayah, bagaimana ini. Apa kita akan tetap mencarinya?" tanya seseorang.
Dia menyeringai. "Tentu anakku, kita tetap harus mencari keberadaannya. Kakakku tidak akan selalu bisa menyembunyikan anaknya. Dia akan kutemukan bagaimana pun caranya!"
🌙🌙🌙
Vino POV
"Kamu dimana Rissa? Aku mencarimu dari tadi.." gumamku khawatir.
Lalu aku melihatnya sedang berjalan ke arah kamarnya dengan keringat yang mengucur di sekujur tubuhnya.
"Dia kenapa?" batinku.
"Rissa! Darimana saja kau?" teriakku. Lalu aku menghampirinya dan masuk ke dalam kamarnya.
"Latihan," ucapnya datar.
"Oh, yaudah." aku mengelus pelan puncuk kepalanya.
"Kamu mandi dulu, abis itu pergi ke kamar Nessy ya.." ucapku sambil mengacak-acak rambutnya.
"Oke--" ucapnya sambil tersenyum."--Tapi ngapain?"
"Tadi kami sepakat tidur di kamarnya sambil main," ucapku.
"Oke! Tapi... Aku akan sedikit telat," jawabnya ragu. "Gak masalah kan?"
"Oh, gak masalah. Tapi ada apa?" tanyaku.
Lalu dia memandangku gugup seperti menyembunyikan sesuatu. "Ah i-itu bukan apa-apa. Yaudah aku mandi dulu.." ucapnya sedikit gugup. Ia tersenyum lalu masuk ke dalam kamar mandi.
"Mencurigakan," batinku heran.
Rissa POV
"Sekarang aku harus bagaimana? Rencananyakan aku mau menyelinap ke istana kegelapan," gumamku pelan.
"Yasudahlah aku mandi dulu, rencana itu dibatalin dulu aja," batinku.Setelah selesai mandi aku pun keluar dengan menggunakan piyama berwarna pink milikku dan tidak lupa membawa bantalku yang sangat empuk itu~.
"Oke siap!" seruku semangat, lalu aku teleport ke depan pintu kamar Nessy.
Tok! Tok! Tok!
"Ini Rissa," ucapku sedikit berteriak.
"Masuk!" teriak suara dari dalam kamar yang bisa kutahu dari suaranya itu suaranya Marie.
Ceklek!
Saat aku masuk ke dalam, mereka semua sudah berkumpul dan membuat lingkaran. Aku duduk di sebelah Vino dan Rey karena hanya itu tempat yang kosong.
"Mau ngapain?" tanyaku sambil menaruh bantalku di pangkuanku.
"TOD!" seru Marie, Nessy, dan Janneta secara bersamaan.
Aku hanya ber'oh'ria saja. "Siapa yang putar pulpennya?" tanya Rey yang ada disampingku.
"Rissa!" ucap Marie, Nessy dan Janneta bersamaan lagi.
"Ngomongnya pada janjian kali ya," batinku.
Lalu aku mulai memutar pulpen itu dan berakhir di....... Vino!! OMG!!
"Yeay! Si kecebong kena!" teriak Fiki sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang baru di kasih balon.
"Kayak anak kecil aja," batinku. Aku tertawa kecil.
"Truth or Dare?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya.
"Woy, apaan?"
kayaknya telepati dari Vino.
"Terserah," ucapku.
"Tapi kalo truth nanti takutnya mereka nanya tentang hubungan kita," ucapnya bingung.
"Yaudah dare, ribet amat buset!" ucapku sambil meliriknya dengan ekspresi datar.
"Lama amat sih.." gerutu Nessy kesal.
"Dare," jawab Vino datar. Lalu mereka semua mengeluarkan ekspresi licik dan menyeringai.
"Aneh," batinku bersamaan dengan Vino.
"Oke, kalau begitu..." ucap Fiki sambil menyeringai licik.
"Darenya..." lanjut Nessy sambil tertawa dengan kencang.
"Cium pipi Rissa!" ucap mereka semua bersamaan.
"Yaelah kirain apa," ucap Vino telepati kepadaku.
"Yaudah cepetan, lama amat.." ucapku.
Lalu dia memegang wajahku dan mencium pipi kananku. "Cie!" seru mereka heboh. Aku dan Vino hanya memperlihatkan wajah tanpa ekspresi alias datar.
"Lanjut gak?" tanyaku datar.
"Yaudah lanjut!" ucap Nessy semangat.
Kita main TOD sambil mengobrol dan tertawa, tak terasa kita sudah memainkan permainan ini sampai 2 jam. "Kapan terakhir kali aku tertawa dan bahagia seperti ini?" batinku.
Setelah merasa lelah kami--mereka semua-- tertidur. Setelah menunggu beberapa lama, aku membuka mataku. Aku hanya pura-pura tidur. Lalu aku teleport ke kamarku dan mengganti piyamaku dengan sebuah dress.
Dress hitam di atas lutut berlengan panjang yang sedikit mengembang diujungnya, aku juga memakai sarung tangan hitam. Tak lupa high heels hitam setinggi 7 cm.
Aku juga mengepang rambutku dengan pita hitam--mengepang di kedua sisi dan menyatukannya di belakang. Tak lupa kalung dan anting hitam juga aku pakai tentunya.
"Oke! Selesai.." gumamku setelah melihat tampilanku di depan cermin.
Ceklek!
Reflek aku menoleh dan menemukan Vino dengan ekspresi datarnya. "Mau kemana?" tanyanya dengan nada dingin.
"I-itu.." ucapku gugup.
"Ketahuan aku!" batinku.
--TBC--
KAMU SEDANG MEMBACA
Mage Academy
FantasyClarissa menjalani hidupnya dengan bahagia bersama keluarga angkatnya, tapi dibalik kebahagiaan yang ia tampilkan, Sebenarnya memiliki kesedihan yang mendalam. Clarissa hidup berpisah dari keluarga kandungnya karena sebuah kekuatan, kekuatan yang h...