Rissa POV
"Ukkkhh! Aku kenapa?" gumamku lirih.
"Vino! Bangun!" seruku sambil mengguncangkan tangannya.
"Kamu udah bangun? Ada yang sakit? Pusing gak? Mau minum? Kamu kenapa? A–"
"Aku gakpapa Vino," ucapku memotong ucapannya yang kayak keran bocor.
Vino berdiri dan memberikanku minum. "Makasih," ucapku tulus lalu meminumnya.
DEG!
"Perasaan ini, ada yang tidak beres," batinku.
"Kenapa Ris?" tanya Vino.
Aku memandangnya ragu. "Ada yang gak beres Vin," ucapku pelan.
"Firasatku buruk, coba kamu telepati Rey," sambungku.
Vino langsung menutup matanya, ia mengernyit lalu membuka matanya kembali. "Tidak ada jawaban," ucapnya.
Author POV
Rissa mencoba bangun, ia mendudukkan badannya dipinggir kasur. "Pegang tanganku, aku mau teleport ke tempat mereka," ucapku.
Vino ingin protes tapi langsung disela oleh Rissa. "Tidak. Ada. Penolakan." ucap Rissa penuh penekanan.
Vino mengangguk pasrah lalu memegang tangan Rissa, mereka hilang seketika.
"Ini dimana?" tanya Vino. Sedangkan Rissa hanya menaikkan bahunya acuh.
Mereka berada disuatu tempat yang gelap, seperti istana yang tidak terawat.
Rissa membelalakkan matanya. "Sepertinya aku tau siapa dalangnya," ucap Rissa sinis.
Rissa menutup matanya, pancaran energi kekuatannya perlahan menguar keluar.
Drap!
Drap!
Drap!
"Aku tahu kamu pasti datang putri!" seru seseorang yang sedang berdiri tidak jauh dari Vino dan Rissa.
Perlahan pancaran energi itu menghilang, Rissa membuka matanya. "Apa maumu?" tanya Rissa dingin.
"Balas dendam!" ucapnya misterius, ia menyeringai.
Rissa menatapnya dengan tatapan dingin. "Oke! Sean.." ucapnya sinis.
Sean menggeram, ia berlari menerjang sambi memegang pedang.
Rissa menghindar dengan kekuatan teleportasinya, sebelumnya Vino sudah memakai topeng untuk menyembunyikan wajahnya.
Rissa juga memakai topeng, ia mengangkat tangannya. "I Call you Gŕânđią!" ucapnya lantang.
Gemuruh mulai terdengar, warna mata Rissa perlahan mulai menjadi merah dan menyala.
Muncul pedang yang mengeluarkan aura tidak bersahabat ditangan Rissa, ia pun menyeringai.
Sean bergidik ngeri, ia mulai gemetaran tapi ia sembunyikan. "Kamu salah cari lawan!" seru Rissa.
Di tengah matanya muncul semacam simbol yang rumit. "Si-siapa kamu sebenarnya?" ucap Sean gugup.
Rissa memiringkan kepalaya lalu menyeringai. "Aku adalah... Malaikat kematianmu!" serunya dengan nada mengerikan.
"Vino, kamu selamatkan teman-teman. Biar dia aku yang urus, pastikan mereka tidak melihat wujudku yang ini dulu," telepati Rissa ke Vino.
"Oke!" ucap Vino, ia berlari mencari Rey dkk.
Rissa meneleportkan dirinya ke belakang Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mage Academy
FantasyClarissa menjalani hidupnya dengan bahagia bersama keluarga angkatnya, tapi dibalik kebahagiaan yang ia tampilkan, Sebenarnya memiliki kesedihan yang mendalam. Clarissa hidup berpisah dari keluarga kandungnya karena sebuah kekuatan, kekuatan yang h...