17. Memulai Aksi (2)

12.8K 773 8
                                    

Rissa POV

"Ini kan..." ucapku tiba-tiba setelah melihat benda itu.

"Apa?" tanya Vino menghampiriku.

"Ini..." ucapku sambil menunjukkan benda yang ku pegang.

"Belati?" tanyanya sambil menaikkan satu alisnya.

"Ini sudah dilumuri Racun mematikan Vin.." ucapku sambil memperhatikan belati itu.

"Iya apa? Coba liat.." ucapnya.

Lalu aku memberikan belati itu, dan aku melihat foto saat ayahanda dan 'Dia' masih kecil. Wajah polos mereka saling berpelukan dan tertawa.

"Kenapa sekarang malah jadi begini,hanya gara-gara 'kekuatan' itu.." batinku lirih.

"Racun apa ini?" tanya Vino dan memberikan belati itu lagi kepadaku.

"Kalo dilihat sih racun biasa, tapi--" ucapku menggantungkan kalimat ku.

"--Ini racun paling mematikan, yang obatnya harus meminum 'darah biru suci'," sambungku sambil memperhatikan belati itu.

"Darah biru suci?" tanyanya bingung sambil memainkan sebelah alisnya.

"Darah seorang bangsawan yang suci bisa juga darah seorang dewi," jelasku dan Vini hanya ber'oh'ria.

Lalu aku memasukkan kembali belati itu ke dalam kotak kecil yang aku bawa dan memasukannya kedalam tasku. "Ayo pergi, nanti ada yang curiga.." ucapku.

"Ke pesta nya lagi, atau ke mansion?" tanyanya.

Aku mendengus. "Mansion aja, males dengerin bacotan dia!" ucapku kesal.

🌙🌙🌙

Author POV

"Ris? Vin? Kok tadi pagi lu berdua gak ada di kamar gue? Kalian berdua kemana?" tanya Nessy saat sarapan.

"Kamar," jawab Rissa dan Vino singkat.

Lalu dia hanya ber'oh'ria dan melanjutkan makan. "Mereka berdua mencurigakan," batin Nessy.

Setelah selesai mereka memutuskan pulang karena besok sudah mulai sekolah. Saat sampai di academy, mereka memutuskan untuk langsung pergi ke kamar masing-masing karena lelah.

Fiki POV

"Nao!" Seruku.

Nao hanya memalingkan wajahnya sebentar lalu sibuk lagi dengan bukunya. "Nao!" ucapku lagi.

"Apa sih?!" ucapnya jengkel.

"Gue penasaran sama hubungannya Vino dan Rissa dah. Gue pernah denger Vino manggil Rissa Zizi dan Rissa manggil Vino Coco.." ucapku panjang lebar.

"Bukan urusan gue," jawabnya datar.

"Ah gak seru lo!" ucapku sambil keluar dari kamarnya

"Mau kemana?" tanyanya.

"Balik," ucapku cuek, pas gue ada di tikungan mau ke kamar gue....

Duakkk!

Tiba-tiba ada anak cewek nabrak gue, sebagai cowok gentle gue bantu dia berdiri.

"Mak– Eh Fiki?" ucapnya.

"Rissa? Ngapain lo disini?" tanya gue.

"Gue sekolah disini juga terserah gue mau dimana," jawabnya datar.

"Pantes dia dijulukin sidatar, mukanya gak ada ekspresinya jir.." batinku.

"Gue denger," ucapnya datar.

"Ups! Hehe.. peace!" ucap gue salting.

Dia hanya ngeliatin gue pake muka datarnya itu. "Mau kemana lo?" tanya gue lagi.

"Kamar Vino," ucapnya datar.

"Kok gak teleport aja?" tanya gue sok polos.

"Terserah gue dong," ucapnya jutek.

"Yaudah, ba-bareng mau?" tanya gue gugup.

"Hmm," dehemnya lalu ninggalin gue sendirian.

Cklekk!

"Yuhu! Vino! Lu masih idup kan?" tanya gue pas udah sampe di kamar.

"Masih idup nyet!" ucapnya.

"Ada tamu noh!" ucap gue sambil duduk ditepi kasur gue.

"Siapa?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Rissa."

Gue langsung merebahkan tubuh ke kasur kesayangan gue ini, sedangkan Vino langsung keluar dari kamar menuju ruang tengah.

Vino POV

"Rissa! Ngapain kesini? Ada hal penting?" tanyaku lalu duduk disampingnya.

"Iya, tapi jangan disini ngomongnya. Di kamarku aja..." ucapnya berbisik.

"Oke!" ucapku, lalu kami langsung teleport ke kamar nya Rissa.

"Oke aku to the point aja--" ucapnya serius,"--Belati itu buat membunuh ayah kita Co.." sambungnya yang membuatku membelalakkan mataku.

Yaiyalah, aku belum ketemu ayah dan ibu masa mereka udah diincar aja nyawanya. "Kamu serius?" tanyaku dengan ekspresi gak percaya.

"Iya, aku kan bisa lihat masalalu sesuatu kalau aku mau, tinggal dipegang aja--" ucapnya dijeda sebentar.

"--Aku melihat masa lalu benda ini, aku lihat 'Dia' bilang belati ini buat bunuh kakaknya alias ayah kita Co.." ucapnya, matanya sudah mulai berkaca-kaca.

"Udah gak usah khawatir, kita bisa lawan mereka oke?" ucapku menenangkannya sambil memeluknya.

Rissa menganggukkan kepalanya di dalam pelukanku. "Good girl!" lanjut ku.

"Aku gak akan biarin kamu nyakitin keluargaku, gak akan pernah lagi!" batinku.

Vino POV end

--TBC--

Mage Academy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang