Author POV
"Baiklah, silahkan untuk ketua kelompok mengambil nomor urutan," seru sang MC.
Lomba kali ini adalah lomba terakhir, semua kelompok akan dilepas di white forest.
Mereka akan saling bertarung dengan elementnya masing-masing, 3 kelompok yang tersisa adalah pemenangnya.
Yang paling banyak menyerang diantara ke-3 kelompok itulah yang akan mendapatkan juara 1.
Rissa segera maju bersama ketua kelompok yang lain, ia mendapatkan nomor 1.
"Dapet nomor berapa?" tanya Marie antusias.
"1," ucap Rissa datar.
Mereka semua mengangguk, siapa lagi kalau bukan Vino, Rian, Nao, Fiki, Rry, Leon, Marie, Nessy dan Janneta.
"Untuk kelompok yang mendapatkan urutan nomor 1, silahkan maju duluan," seru sang MC.
Rissa dkk langsung maju, mereka mulai berjalan kedalam white forest. "Disini bagus banget ya.." ucap Nessy kagum sedangkan yang lain hanya mengangguk mengiyakan.
Rissa berhenti, ia mendengar suara pergerakan beberapa orang. "Kenapa Ris?" tanya Rian.
"Ada yang dateng," ucap Rissa berbisik. Ia sudah mengambil ancang-ancang.
Srett!
Tiba-tiba segumpal api meluncur ke arah mereka, Rissa langsung membuat shield untuk melindungi dirinya dan teman-temannya.
Rissa menengok ke arah teman-temannya lalu mengangguk, mereka seakan mengerti lalu mulai berpencar tapi tidak terlalu jauh.
"Keluar!" seru Rissa dingin, ia berdiri dengan tegak.
Srak!
Dari belakang semak-semak datang 2 orang laki-laki, dari wajahnya terlihat bahwa mereka kembar.
Rissa diam, ia hanya memperlihatkan wajah datar. "Wah... Wah... Wah... Kita ketauan Rez..." ucap salah satu dari mereka.
"Iya Ez... " balas Rez.
Mereka langsung menyerang Rissa bertubi-tubi, tapi percuma. Rissa bisa menghindari serangan dari mereka.
"Ck! Jangan menghindar terus, apa lu takut?" ucap Rez meremehkan.
Rissa tetap memasang wajah datar, ia menyeringai tiba-tiba...
Bzzzztttt!
Mereka berdua tumbang, Rissa menyerangnya dengan element petirnya.
Rissa tersenyum sinis lalu pergi dari tempatnya ia meneleportkan dirinya ke tempat Janneta, terlihat ia tengah kesusahan dengan lawannya.
Lawannya memiliki element api dan angin, api kelemahan element tumbuhan milik Janneta.
Dan kalau Janneta memakai angin, ia akan menghilangkan angin dari Janneta. Rissa pun segera menyentrumnya.
Bzzttt!
Ia langsung tumbang, Rissa menghembuskan napas lalu mengobati luka-luka yang ada disekujur tubuh Janneta.
Lalu datang Rey, Leon, Fiki, Rian, Nao Vino, Nessy dan Marie dari arah yang berbeda-beda.
"Gimana?" tanya Rissa.
Mereka semua mengangguk. "Yaudah, lanjut kuy!" seru Fiki.
Mereka langsung melanjutkan perjalanan dan bertarung dengan kelompok yang mereka temui.
"Huh, capek banget!" keluh Nessy, ia menyandarkan kepalanya dipundak Rey.
"Iya, sisa berapa dah kelompoknya?" tanya Nao.
Srettt!
Duarrr!
"Suara apa dah?" tanya Marie.
"Gak tau, eh! Rissa sama Vino mana?" tanya Leon yang menyadari bahwa tidak ada Rissa dan Vino diantara mereka ber-10.
"Gue disini!" ucap Rissa tiba-tiba dari arah belakang mereka.
Mereka semua menengok ke arah Rissa. "Darimana aja?" ucap Rey lalu memeluk Rissa.
"Ngeladenin orang," ucap Rissa datar, Rey menghela napas lalu mengangguk.
"Baiklah, untuk kelompok Crystal team, Blue ocean, dan White Archer silahkan kembali keacademy. Kalian adalah kelompok yang tersisa," ucap sebuah suara melalui sihir.
Rissa dkk segera pergi menuju academy.
🌙🌙🌙
"Juara 1 adalah.... Crystal team!" seru sang MC semangat.
Rissa dkk segera maju kepanggung. "Selamat ya!" seru Raja Lucient.
Karena sang pemenang akan diberi penghargaan oleh raja dari kerajaan terkuat, Fleghteeir kingdom.
Rissa tersenyum lebar, ia mengangguk dan mengambil piagam dan tongkat sihir yang diberi oleh ayah kandungnya sendiri.
Rissa ingin sekali memeluk ayahandanya ini tapi ia tidak bisa. "Terimakasih yang mulia," ucap Rissa.
Raja Lucient mengangguk lalu tersenyum, ia kembali duduk ditempatnya. Rissa dkk juga kembali ke tempat duduknya.
"Apakah itu kamu anakku?" batin Raja Lucient sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mage Academy
FantasiClarissa menjalani hidupnya dengan bahagia bersama keluarga angkatnya, tapi dibalik kebahagiaan yang ia tampilkan, Sebenarnya memiliki kesedihan yang mendalam. Clarissa hidup berpisah dari keluarga kandungnya karena sebuah kekuatan, kekuatan yang h...