Author POV
Rissa dan Vino menjalankan aktivitas mereka seperti biasa, tak terasa mereka sudah menjalani program pertukaran pelajar selama beberapa bulan.
Selama beberapa bulan ini juga, tidak ada kejadian buruk yang terjadi. "Zizi! Hari ini program pertukaran pelajar itu udah selesai kan?" tanya Vino.
"Iya udah!" ucap Rissa.
"Yaudah beres-beres yuk!" seru Vino.
"Aku udah selesai," ucap Rissa datar.
"Yah... Yaudah kamu bantuin aku beres-beres aja ya?" pinta Vino sambil memperlihatkan puppy eyesnya.
Rissa hanya mengangguk, mereka segera berjalan menuju kamar Vino untuk membereskan barang-barang.
Rissa sudah izin untuk pulang sendiri ke Mr. Bryan, jadi ia dan Vino akan pergi ke Mage Academy menggunakan kekuatan teleportasi.
"Udah kan?" tanya Rissa, Vino mengangguk mengiyakan.
Rissa langsung meneleportkan barang-barangnya dan barang-barang Vino terlebih dahulu, setelah barang-barang mereka sudah diteleport ke kamar masing-masing di Mage Academy.
Rissa segera meneleportkan dirinya dan Vino ke Mage academy. "Ris.. Ini kan kamarmu? Akunya gimana?" tanya Vino.
"Kamu nginep dulu aja, udah sore juga. Kan kata Mr. Bryan kita dikasih waktu libur 3 hari," ucap Rissa.
"Yaudah deh," ucap Vino.
"Co!" seru Rissa.
"Hmm," dehem Vino sambil menatap Rissa.
"Besok aku mau ngajak kamu kesuatu tempat," ucap Rissa.
"Ok!" ucap Vino.
Keesokan harinya...
Rissa meneleportkan dirinya dan Vino kesebuah rumah yang sederhana ditempat yang berada di tengah-tengah green forest.
"Rumah siapa ini?" tanya Vino.
"Masuk aja dulu," ucap Rissa.
Ceklek!
Vino masuk ke dalam rumah itu disusul Rissa, di dalamnya terlihat sangat rapi dan bagus.
"Eh! Vino!" seru seseorang.
Vino mengalihkan pandangannya ke arah orang yang ada di depannya. "Fiki?" ucap Vino.
"Duduk dulu kalian," ucap Rissa.
Mereka langsung duduk disofa yang ada disitu, Rissa keluar dari rumah itu. Vino dan Fiki hanya saling diam, tidak ada yang mau memulai percakapan.
Ceklek!
Pintu terbuka dan menampilkan Rissa yang datang bersama Raldi. "Duduk," ucap Rissa, Raldi hanya mengangguk dan duduk disamping Vino.
Rissa duduk disofa yang ada di depan mereka bertiga, Rissa menghela napas panjang. "Jadi... Kalian tau kenapa gue mengumpulkan kalian disini?" tanya Rissa datar.
Mereka semua menggeleng. "Karena kalian adalah The chosen people," ucap Rissa datar.
Fiki membelalakkan matanya. "Gue The chosen people katalu?" tanya Fiki tak percaya.
Rissa mengangguk dengan wajah datar andalannya. "Tapi... Gue gak tau itu," gumamnya.
Sedangkan Raldi hanya diam. "Jadi lu tau?" ucapnya datar.
Rissa menatap Raldi datar. "Ya," ucapnya dingin.
"Dari kapan?" tanya Raldi.
"Pertama kali gue liat lu," ucap Rissa datar.
Raldi menghela napas pelan. "Jadi untuk apa lu mengumpulkan kita disini? Apa lu juga The chosen people?" tanya Raldi.
"Ya," ucap Vino mendahului Rissa. "Rissa dan gue The chosen people," ucap Vino.
Raldi hanya diam. "Jadi.. Yang diperpustakaan itu," ucapnya pelan, Vino hanya mengangguk.
Fiki yang dari tadi diam mendengarkan percakapan mereka membuka mulutnya. "Kalau gue The chosen people, apa element gue?" tanyanya.
"Kaca," ucap Rissa datar.
"Vino sama lu apaan?" tanya Raldi.
"Kertas dan pengendalian darah," ucap Rissa datar.
"Tunggu! Kalau itu element kalian, berarti dua kesatria pedang itu kalian dong?!" tanya Raldi.
Fiki langsung membelalakkan matanya dan menatap Vino.
Rissa dan Vino menyeringai. "Ya," ucap mereka berdua santai.
Raldi dan Fiki terdiam mereka berdua membelakkan mata. "Ehem! Jadi gue ngumpulin kalian semua disini buat ngelatih kalian," ucap Rissa.
"Gue gak usah," tolak Raldi.
Rissa menatap Raldi dingin. "Yakin udah bisa keluarin Thaŕoś?" tanya Rissa dingin.
Raldi terdiam. "Gue mau!" seru Fiki.
Raldi menghembuskan napas pelan. "Yaudah, gue juga.." ucapnya.
Rissa tersenyum samar. "Baiklah, gue dan Vino yang akan ngajarin kalian berdua," ucapnya.
"Ikut gue," sambungnya.
Rissa berjalan diikuti Vino, Fiki dan Raldi. Rissa berjalan menuju tangga yang mengarah ke bawah tanah.
"Mau kemana?" tanya Fiki.
"Liat aja nanti," ucap Rissa datar.
Terdapat lorong panjang di bawah tanah ini, banyak sekali pintu-pintu dengan ukiran yang terlihat sangat rumit.
Rissa berhenti dipintu yang berada diujung, pintu itu lebih besar dari pintu lainnya.
Krieeeet!
Bunyi pintu itu terbuka juga keras, setelah pintu itu terbuka. Menyuguhkan pemandangan ruangan yang sangat luas.
"Ruangan apa ini?" tanya Raldi.
"Ruangan untuk kita latihan," ucap Rissa datar.
"Ayo kita mulai!" ucap Rissa, "Gue bantu Fiki dan kamu Vin, bantuin Raldi," sambungnya.
Fiki mendekati Rissa yang sedang duduk dikursi. "Jadi gimana?" tanyanya.
Rissa mengeluarkan element cahayanya di depan tubuh Fiki. "Fokus dan rasakan kekuatanmu--" ucap Rissa, "--Tutup matamu," sambungnya.
Fiki mengikuti arahan Rissa, ia menutup matanya dan mencoba untuk merasakan kekuatannya.
Rissa juga mengeluarkan element cahayanya untuk membantu Fiki mengeluarkan element kacanya.
Fiki merasakan gejolak aneh dari dalam dirinya, ia merasakan sesuatu yang mencoba keluar dari dalam dirinya.
Tiba-tiba dari tangan Fiki, keluar kaca yang sangat tajam. Kaca itu membentuk seperti jarum yang panjang.
Fiki membuka matanya. "Bagus untuk percobaan pertama," ucap Rissa.
Raldi dan Fiki berlatih hingga malam hari, dengan istirahat juga tentunya. Rissa meneleportkan Raldi dahulu, baru Vino dan Fiki lalu terakhir dirinya.
#Author note :
Hai semua!!
Maapkeun aku kalau cerita ini tambah aneh wkwk, aku lagi stuck nih hehe :")Dan... Setelah aku pikir-pikir, cerita ini.... Gak bakal ada sequelnya.
Canda wkwk, cerita ini bakalan ADA SEQUELNYA!!
Tapi aku masih bingung buat nentuin judulnya wkwk, ada yang punya ide buat judulnya???
Oke segini ini aja ya, ありがとう !!
Salam manis,
-Crystal ≧∇≦
KAMU SEDANG MEMBACA
Mage Academy
FantasiClarissa menjalani hidupnya dengan bahagia bersama keluarga angkatnya, tapi dibalik kebahagiaan yang ia tampilkan, Sebenarnya memiliki kesedihan yang mendalam. Clarissa hidup berpisah dari keluarga kandungnya karena sebuah kekuatan, kekuatan yang h...