1

2.8K 100 1
                                    

Seorang pemuda baru saja selesai mengenakan seragam sekolahnya. Ia langsung keluar dari ruangannya begitu suara yang sangat ia kenal memanggilnya. Begitu ia keluar dari kamarnya. Ia melihat dirinya yang lain, hanya berbeda warna rambut.

"Selamat pagi, kak," sapa pemuda itu ramah dengan wajah datarnya. "Oy, Aki, bisa kah kau menyapa seseorang dengan sedikit senyum. Wajah datarmu membuatku merinding," ucap pemuda berambut merah di hadapannya sambil menepuk bahu adiknya.

"Maaf jika wajahku begini, mau bagaimana lagi," ucap Aki pura-pura sedih. "Hahaha ... Aku hanya bercanda, ayo. Ibu dan ayah pasti sudah menunggu," ucap pemuda yang bernama Alvin itu. Aki hanya menganggukkan kepalanya lalu berjalan mengikuti Alvin.

***

Seperti biasa, rumah kedua orang tua mereka tidak pernah sepi. Rumah besar itu tidak hanya di tinggali oleh kedua orang tua mereka dan mereka sendiri. Terdapat juga seorang pria berambut kuning emas yang sedang membantu Ibu mereka di dapur dengan pria berpakaian pelayan berambut hitam.

Dua orang wanita berambut hitam dan coklat tengah mencuci piring. Ayah mereka sedang meminum kopi bersama dengan kakek mereka di meja makan. "Selamat pagi, Ayah, kakek," sapa kedua Aki dan Alvin bersamaan.

"Selamat pagi, Aki, Alvin. Ayo duduk," ucap pria tua yang duduk di samping ayah mereka yang bernama Seno atau biasa mereka panggil Kakek Seno. "Pagi, Aki, Alvin." Seperti biasa ayah mereka menyapa dengan singkat dan dingin.

Namun, mereka sudah terbiasa dengan hal itu. Aki dan Alvin langsung duduk di samping kakek mereka lalu menunggu hingga Ibu dan keempat orang yang ada di dapur itu datang membawa sarapan mereka.

"Baiklah. Aki, Alvin, kalian sarapan yang banyak sebelum berangkat sekolah," ucap wanita cantik berambut coklat bermata merah muda sambil meletakkan sepiring makanan di hadapan masing-masing anaknya.

"Eka, besok aku harus pergi ke Jepang," ucap pria berambut hitam dan bermata coklat itu dengan tenang lalu menikmati kopinya. "Ah, baiklah. Aku akan menyiapkan semua keperluanmu, jadi kau akan pergi berapa lama, Dennis?" tanya Eka lembut.

"Maaf, mungkin ini akan lama. Aku akan pergi sekitar dua tahun," jelas Dennis. Mengejutkan semua orang di sana. Mereka langsung menghentikan aktivitas mereka dalam menyantap makanan mereka lalu menatap Dennis dengan terkejut.

"Kenapa harus selama itu? Memangnya ada masalah?" tanya Eka khawatir. "Ya, akan ada masalah besar jika aku tidak berada di sana selama dua tahun. Aku, Linuz, dan Ling yang akan berangkat. Jadi, biar Val yang berada di sini. Lagi pula, Kazuma dan Ittoki akan datang," jelas Dennis santai.

"Apa?! Paman Ittoki dan Paman Kazuma akan datang? Wah ... Kami sungguh tidak sabar," ucap Alvin ceria. Eka yang melihat keceriaan anaknya itu langsung tersenyum lembut. "Aku sudah lama tidak bertemu mereka," ucap Aki senang.

"Baiklah, kalau begitu aku harus pergi. Linuz, Ling ayo kita berangkat," ucap Dennis sambil melipat korannya lalu berdiri diikuti oleh Linuz dan Ling. "Baik," ucap Linuz dan Ling bersamaan. "Kalau begitu kami berangkat," ucap Dennis lalu mengenakan jasnya.

"Hati-hati," ucap Eka sambil menatap Dennis khawatir. Akhir-akhir ini semakin banyak pemberontakan di kerajaan Iblis. Sebenarnya ada apa? Batin Eka sedih.

"Tuan Alvin, Tuan Aki. Sebaiknya kita segera berangkat, atau Anda akan terlambat," ucap Andy yang sudah siap berdiri di belakang Aki dan Alvin. "Oh, baiklah. Ibu, kakek, Bibi Val, kami berangkat dulu," ucap Alvin ceria lalu berdiri dan berlari menuju halaman depan.

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang