37

628 46 4
                                    

"Dennis, kau tidak serius kan mengatakan itu?" tanya Chaiden terkejut. "Untuk apa aku menipumu? Valika sendiri yang menagatakan kepadaku jika 'mereka' akan tiba di sini besok," kelas Dennis. "Sepertinya ini akan menjadi masalah," ucap Alden. "Benar," sambung Alen. Dennis telah menceritakan semua informasi yang di dapat oleh Valika. Membuat Chaiden, Alen da. Alden cukup terkejut.

"Ini berita yang sangat burung. Beruntung aku sudah kembali dari Amerika. Tenang saja kawan, aku akan membantumu," ucap Alen. Dennis hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Jadi, sebenarnya apa yang mereka inginkan dengan menemuimu, Dennis?" tanya Chaiden bingung. "Entahlah, Valika tidak mendapatkan informasi detailnya. Dia hanya mengatakan mengakatakn kepadaku jika 'mereka' akan sampai di sini besok," jelas Dennis.

"Sungguh aneh," ucap Chaiden bingung. "Apa yang perlu kami lakukan, tuan Dennis?" tanya Alden. "Sementara, aku ingin kau dan Chaiden mengawasi mereka. Biar aku dan Alen yang menghadapi mereka langsung. Aku rasa mereka tidak akan lama di Indonesia. Jadi, kita hanya perlu mengawasi mereka sebentar. Jika sampai mereka membuat masalah yang membahayakan Eka dan yang lainnya. Langsung bunuh mereka," ucap Dennis dengan tatapan tajam dan aura kekesalan yang terpancar.

"Wow ... Kau sungguh membenci mereka ya?" ucap Alen lalu tertawa kaku. "Awalnya aku tidak membenci mereka. Tapi, aku mulai membenci mereka saat tahu cara bertarung mereka melawan arwah jahat yang memasuki manusia," jelas Dennis. "Memang apa yang mereka lakukan?" tanya Alen bingung.

"Kaukan tahu. Jika arwah jahat bisa saja memasuki tubuh manusia. Kita hanya perlu membantu mengeluarkan mereka dari tubuh manusia itu sebelum membunuh mereka. Tapi, mereka berbeda," ucap Dennis. "Apa maksudmu dengan berbeda?" tanya Alen bingung. "Itu karena mereka membunuh secara langsung arwah jahat itu dan manusia yang di rasuki," lanjut Alden.  membuat Alen sangat terkejut mendengar hal itu.

"Kejam sekali, entah kenapa. Aku belum bertemu dengan mereka saja, aku sudah kesal. Bagaimana jika aku bertemu dengan mereka?" tanya Alen kesal. "Kau bisa langsung membunuh mereka. Tenang saja, kita bisa membunuh mereka," ucap Dennis sambil tersenyum ramah. "Alden, sepertinya sisi iblis Dennis muncul!" ucap Chaiden panik dan sukses mendapatkan pukulan dari Dennis tepat di kepala. 

"Kenapa kau memukulku!" teriak Chaiden kesal. "Kau ingin mati lebih dulu?" tawar Dennis ramah. "Ampuni saya tuan!" ucap Chaiden gemetar dan langsung menundukkan kepala hingga membentur meja dengan keras. "Huft ... sudahlah lupakan. Setidaknya kalian sudah mengerti. Kalau begitu, aku harus pergi dulu," ucap Dennis pasrah lalu berdiri. "Kau mau kemana, Dennis?" tanya Alen bingung saat Dennis akan berjalan meninggalkan meja mereka.

"Jalan-jalan sebentar," jawab Dennis. "Eh? Tunggu. Aku ikut!" ucap Alen semangat lalu berdiri. "Kenapa aku harus mengajakmu?" tanya Dennis dengan ekspresi enggan. "Entah kenapa aku melihat ekspresimu saja merasa sakit hati. Ayolah, aku sudah lama tidak melihat pemandangan di Surabaya. Aku lihat kota ini banyak berubah," jelas Alen. "Baiklah. Untuk kalian berdua. Kembalilah berkerja dan awasi mereka saja," ucap Dennis menatap Chaiden dan Alden tegas.

"Baik, tuan Dennis," ucap Alden. "Semoga harimu menyenangkan adik kesayanganku!" teriak Alen sambil melabaikan tangan dan berjalan mengikuti Dennis dari belakang. "Berhenti memanggilku seperti itu, kakak bodoh!" teriak Chaiden kesal. Alen hanya bisa tertawa lalu mereka keluar dari cafe.

***

"Hey, kalian sedang makan kenapa tidak memanggil kami," ucap Ittoki yang datang bersama Kazuma. "Hm ... Jangan bawa-bawa namaku. Kau sendiri yang ingin makan, kan," ucap Kazuma datar. "Jangan pedulikan ucapannya. Dia hanya malu," ucap Ittoki tanpa mempedulikan tatapan tajam dari Kazuma. "Ahaha ... Ittoki, Kazuma duduklah dan makan bersama kami," ucap Eka yang senang melihat tingkah laku teman-temannya itu.

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang