33

640 45 13
                                    

Pagi telah tiba. Namun, sekolah di liburkan. Hal itu karena Chaiden mengatakan jika sekolah sedang di lakukan renovasi besar-besaran. Meskipun sebenarnya mereka melakukan renovasi dengan membangun markas rahasia di bawah gedung sekolah dan pelindung yang lebih kuat atas perintah Dennis.

Meskipun murid sekolah tahu jika uang renovasi itu dari kepala sekolah Chaiden. Tapi, sebenarnya seluruh biaya di keluarkan oleh Dennis. Meskipun Chaiden yang harus menerima keuntungannya. Dennis tidak peduli asalkan sekolah tempat Alvin dan Akihiko aman.

"Apa ayah tidak berkerja?" tanya Alvin lalu duduk di sofa di hadapan Dennis yang sedang membaca buku. "Ayah pergi ke Jepang selama dua tahun. Jadi, jika aku kembali ke Indonesia sebelum dua tahun. Sisanya adalah hari libur ayah," jelas Dennis santai.

"Apa ayah tidak kasihan dengan Bibi Valika?" tanya Alvin yang kasian dengan keadaan bibinya. "Tenang saja. Itu Valika sendiri yang memintanya. Ayah di minta untuk istirahat saja di rumah biar dia yang mengurus pekerjaan di kantor. Alvin hanya mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda paham.

Cukup lama mereka terdiam. Tidak ada pembicaraan sama sekali. Suasana yang begitu canggung terasa. Alvin sendiri tidak terbiasa jika bersama Dennis yang biasanya jarang di rumah. Kini diam di rumah. Sungguh tidak biasa.

"Alvin, apa kau tidak ingin bertanya sesuatu?" tanya Dennis sambil melirik Alvin sebentar sebelum kembali fokus membaca bukunya. "Eh? Ti-tidak. Memang aku mau bertanya apa?" tanya Alvin gugup. "Mungkin kau penasaran dengan wujud Ayah saat itu?" tebak Dennis.

Alvin sedikit tersentak mendengar ucapan Dennis. "A-apa boleh?" tanya Alvin gugup. Dennis menutup bukunya lalu meletakkannya di meja ruang tamu. Ia menatap Alvin tajam. Membuat Alvin semakin gugup. "Tentu saja boleh. Kau mau bertanya soal apapun pasti ayah jawab," ucap Dennis sambil tersenyum ramah. Membuat Alvin menatap Dennis terkejut.

"Kalau begitu. Pertama aku bertanya mengenai yang tadi ayah katakan," ucap Alvin tegas. "Yang mana?" tanya Dennis sambil tetap tersenyum ramah. "Tentu saja mengenai wujud Ayah waktu itu," jelas Alvin. Sukses membuat senyum Dennis menghilang dan langsung mengalihkan pandangan.

"Sebaiknya kita bahas yang lain," ucap Dennis mengalihkan pembicaraan. "Eh? Kenapa? Ayolah ayah. Beritahu, bukankah ayah bilang akan memberitahu apapun jika aku bertanya kepada ayah?" pinta Alvin memohon.

Tapi, bukan masalah ini juga! batin Dennis berteriak. "Begini saja. Ayah akam memberikanmu hadiah, jika kau bisa mengetahui sosok apa yang saat itu kau lihat, bagaimana?" tawar Dennis. "Eh? Tidak mungkin aku memecahkannya tanpa mendapatkan petunjuk sedikitpun, dan dari mana aku mendapatkan informasi itu?" tanya Alvin bingung.

"Tentu saja petunjuknya adalah sosok itu. Ayah juga akan memberikan satu petunjuk lagi tentu saja kalian bisa mencari tahu di perpustakaan rumah. Mungkin saja kalian menemukan buku milik ayah, tapi kalian tidak boleh bertanya kepada siapapun, bagaimana?" jelas Dennis.

"Kalian?" tanya Alvin bingung. Di ruang tamu hanya ada Dennis dan dirinya. Lalu siapa lagi yang di maksud. "Iya, kalian. Kamu, Akihiko, Tsuki dan Hae. Tsuki, Hae dan Akihiko. Kalian bisa keluar, Ayah tahu kalian dari tadi bersembunyi," ucap Dennis santai.

Seketika Tsuki, Hae dan Akihiko keluar dari tempat persembunyian mereka. "Jadi, bagaimana? Apa kalian menerima tantangan ini?" tanya Dennis sambil tersenyum kecil. Alvin dan Akihiko saling bertatapan sebentar lalu menganggukkan kepala mantap. "Baik, kami menerima tantangan ayah," ucap Alvin tegas.

"Bagus, akan Ayah berikan waktu hingga masa libur ayah selesai, jika selama itu kalian tidak menemukannya. Lihat saja nanti," ucap Dennis sambil tersenyum kecil. Membuat keempat pemuda di hadapannya merinding seketika.

Setelah itu ia berjalan meninggalkan ruang tamu. "Waktu kita tidak banyak. Itu berarti, kita harus mendapatkan banyak petunjuk," ucap Alvin begitu Dennis sudah tidak terlihat. "Kau benar kak. Apa kita mulai dari perpustakaan rumah?" tanya Akihiko.

Alvin menganggukkan kepala sebagai jawaban lalu mereka berjalan menuju perpustakaan rumah yang ada di lantai dua sebelah kamar Dennis dan Eka.

***

"Dennis." Tiba-tiba saja Eka muncul entah dari mana lalu menarik tangan Dennis ke dapur. Membuat Dennis menjadi bingung sendiri. "Apa kau yakin dengan hal ini??" tanya Eka. "Apa yang kau maksud?" bukannya menjawab. Dennis mala balik bertanya dengan ekspresi bingung.

"Mengenai tantangan yang kau berikan kepada anak-anak. Apa tidak masalah jika saja mereka mengetahui sosokmu itu?" tanya Eka tajam. "Itu tidak masalah," jawab Dennis santai lalu menghembuskan napas pasrah.

"Eh?"

"Mereka sudah melihat sosok itu. Tidak mungkin aku menyembunyikannya lagi, aku juga tidak di perbolehkan memberitahu kepada mereka. Jadi, aku memberikan tantangan ini, agar mereka mencari tahu sendiri. Ya bisa dibilang hitung-hitung mencari kegiatan selama liburan sekolah kan? Jadi, mereka tidak perlu bertarung terus," jelas Dennis.

Eka hanya bisa diam. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Dennis sudah memutuskan untuk seperti ini. Maka ia tidak bisa menghentikannya lagi. "Baiklah jika memang itu keputusanmu. Aku akan selalu mendukung apapun keputusanmu itu," ucap Eka pasrah.

"Terima kasih," ucap Dennis sambil tersenyum kecil lalu berjalan akan meninggalkan Eka. "Kau mau kemana?" tanya Eka bingung. "Ketempat pertemuan," jelas Dennis. "Jangan terlalu lama di sana. Kau terkadang jika membaca buku 'itu' selalu lupa waktu," ucap Eka kesal.

"Hahaha ... Baik nyonya," ucap Dennis lalu berjalan meninggalkan Eka.

***

"Master, apa yang perlu kita lakukan?" tanya Jordan. "Sial!" decak Astra kesal. Ia tidak menyangkan jika Dennis mempunyai kekuatan sebesar itu. Tidak mungkin bagi seorang Raja Iblis bisa ikut memanggil malaikat dari dunia Langit. Jika memang seperti itu. Ia harus merubah rencananya.

Benar, kau harus mengubah rencanamu. Sebuah bisikan lembut tiba-tiba tertangkap pendengaran Astra. Sepertinya hanya Astra yang mendengar itu. Karena Jordan terlihat biasa saja. Bagaimana jika kau menculik salah satu anaknya? Aku akan membantumu. Sehingga kau akan mempunyai kekuatan yang sama seperti dirinya. Bisikan menggoda yang membuat Astra tertarik dengan hal itu.

"Jordan, pergilah dulu. Aku akan memikirkan cara," perintah Astra tegas. "Baik, Master," ucap Jordan sambil membungkukkan badan hormat lalu berjalan meninggalkan Astra. "Kenapa harus menculik salah satu anaknya?" tanya Astra begitu Jordan sudah meninggalkan ruangannya.

Salah satu anaknya telah terbangkitkan. Meskipun tidak sepenuhnya. Dia terpilih menjadi Raja Iblis berikutnya. Astra yang mendengar itu cukup terkejut. Namun, ekspresi terkejut itu langsung di gantikan ekspresi senang. Sekarang ia paham dengan apa yang akan ia lakukan.

"Jadi, kau mau aku menculik putranya dan menjadikannya musuh terbesar manusia itu? Tidak buruk juga. Baiklah, aku menerima penawaranmu," ucap Astra setuju. Bagus, aku akan memberikan seluruh kekuatanku kepadamu. Dengan begitu, kau akan memiliki kekuatan yang sama dengannya.

"Hahaha ... Bagus sekali, dengan begitu aku pasti akan mengalahkannya," ucap Astra senang dengan mata yang merah menyalah.

Bersambung...

🍁🍁

🍁🍁

Hohoho
Akhirnya update jugaa

Semoga kalian suka.
Tak banyak bicara lagi deh
Jadi...

See youuu

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang