41

600 44 4
                                    

Ittoki dan yang lainnya baru saja keluar dari portal yang di buat Drnnis tepat di depan rumahnya. Eka, Ling, Linuz, dan Valika langsung keluar. Mereka langsung menatap Ittoki dan Kazuma terkejut karena terlihat terluka cukup parah. "Valika, tolong rawat mereka," pintah Dennis. "Baiklah," ucap Valika lalu membawa masuk Ittoki dan Kazuma dengan bantuan Linuz, Ling, Yuki dan  Phoenix.

"Apa yang terjadi?" tanya Eka khawatir. "Ternyata mereka melawan iblis kembar, bukan arwah jahat biasa," jelas Dennis singkat. "Apa? Alvin, Aki. Apa kalian baik-baik saja?" tanya Eka terkejut lalu menghampiri Alvin dan Akihiko. "Kami, baik-baik saja, Ibu. Ayah datang bersama temannya untuk menolong kami," jelas Alvin sambil menunjuk pria berambut hitam yang tersenyum ceria di belakang Dennis.

"Maaf, Anda siapa?" tanya Eka bingung. "Oh benar. Aku belum pernah memperkenalkan diri. Namaku Alen Ferdinan. Aku sahabat Dennis yang baru saja kembali dari Amerika setelah menyelesaikan studi S2 di sana," jelas Alen senang. "Wah, benarkah? Dennis. Kau tidak pernah menceritakannya," ucap Eka meminta penjelasan. "Tidak ada yang istimewa mengenainya. Jadi, untuk apa aku menceritakan mengenai dirinya. Aku mau istirahat," jelas Dennis datar lalu berlalu begitu saja meninggalkan Eka dan yang lainnya.

"Dia sungguh dingin," ucap Alen lalu menghembuskan napas pasrah. "Oh benar. Hari sudah sangat malam. Bagaimana jika Anda juga beristirahat di rumah kami, Tuan Alen?" tawar Eka. "Silakan panggil Alen saja. Tapi, apa aku boleh?" tanya Alen memastikan. "Tentu saja. Anda juga kan telah menyelamatkan anak-anak saya," jelas Eka ceria. "Wah! Terima kasih!" teriak Alen senang dan akan memeluk Eka.

Namun, tiba-tiba sesuatu terbang dan mengenai wajah Alen. "Jangan kau berani sentu istriku," ancam Dennis tajam. "Ahaha ... Baik, baik," jawab Alen. "Baiklah, kalau begitu kalian istirahatlah. Tsuki dan Hae. Kalian pasti lelah juga. Istirahatlah," jelas Eka sambil tersenyum senang. "Te-terima kasih," ucap Tsuki dan Hae dengan nada gugup. Setelah itu, mereka semua langsung masuk ke rumah untuk segera istirahat.

***

Hari telah berganti. Seperti biasa Dennis telah bangun pagi sekali untuk memulai aktivitasnya. Ia baru saja keluar dari kamar dengan mengenakan celana training hitam dengan jaket hitam dan membawa handuk kecil yang ia kalungkan di lehernya. "Oh, Aki. Kenapa kau bangu pagi sekali? Sekolahmu masih libur kan?" tanya Dennis yang terkejut melihat putra bungsunya itu keluar dari kamarnya.

"Eh? Ayah? Hm ... Aku baru saja mimpi buruk. Jadi, tidak bisa tidur. Ayah sendiri kenapa bangun sepagi ini dengan mengenakan pakaian itu?" jelas Akihiko lalu bertanya dengan ekspresi bingung. "Apa yang kau katakan. Dengan melihat penampilan Ayah saja. Kau pasti tahu jika ayah akan berolahraga," jelas Dennis sambil tertawa kecil. "Jadi, ayah selalu berolahraga sepagi ini?" tanya Akihiko terkejut.

"Tidak hanya berolahraga. Dari dulu ayah selalu bangun sepagi ini untuk melakukan aktivitas rutin ayah," jelas Dennis. "Aktivitas rutin?" tanya Akihiko bingung. "Benar. Aktivitas rutin ayah di mulai berjoging pagi lalu berlatih sebentar, setelah itu baru bersiap berangkat kerja, tapi itu dulu. Kalau sekarang mungkin ayah akan berlatih sampai waktu latihan kalian dengan ayah di mulai," jelas Dennis sambil mengelus kepala Akihiko lembut.

Akihiko hanya diam menatap takjub Dennis. Ia sungguh tidak mengerti jika ayahnya selalu bangun sepagi ini. Ia berpikir jika Dennis hanya bangun setelah Ibu mereka lalu bersiap berkerja. Ternyata, Dennis juga sering melakukan aktivitas seperti ini. "Kalau begitu, ayah pergi dulu," ucap Dennis lalu meninggalkan Akihiko saat mendapatkan anggukkan kepala darinya sekali sebagai jawaban.

Jika di pikir-pikir. Dennis menyimpan banyak sekali rahasia yang bahkan Eka sendiri tidak ketahui. Bagi Alvin dan Akihiko, Dennis adalah sosok ayah yang sangat misterius. Ia terlalu banyak menyimpan rahasia yang terlihat berat itu sendiri. Tanpa membiarkan orang lain membantunya. "Hoaahh ... Aku masih mengantuk sekali. Apa aku sebaiknya kembali tidur saja?" Sebuah suara yang tidak terlalu familiar. Membuyarkan lamunan Akihiko.

Ia menatap Alen yang berjalan dengan santai dengan menguap lebar. "Oh, Akihiko. Kau sudah bangung? Ternyata anak muda sepertimu bangun jam segini ya? Hm ... Biasanya anak muda jaman sekarang masih tidur jam segini, apalagi sekolah kalian sedang libur," ucap Alen sambil tersenyum ceria. "Eh? Bagaimana paman tahu?" tanya Akihiko terkejut. Seharusnya tidak ada yang memberitahu Alen jika sekolah Akihiko dan Alvin sedang tidur. Tapi, bagaimana bisa pria itu tahu? Atau mungkin Ayah mereka yang memberitahu Alen?

"Bukan Ayahmu yang memberitahu," jelas Alen seperti bisa membaca isi pikiran Akihiko. Membuat Akihiko terkejut menatap pria itu. "Chaiden yang mengatakannya kepadaku. Saat aku memintanya untuk menjemputku di rumah Dennis, dia bilang tidak ingin karena ada banyak pekerjaan mengenai pembangunan sekolah kalian. Mana mungkin Dennis akan memberitahuku masalah kecil seperti ini," jelas Alen santai.

"Paman mengenal paman Chaiden?" tanya Akihiko bingung. "Benar, sangat mengenalnya," jelas Alen santai. Akihiko hanya terdiam menatap pria itu. Sebenarnya siapa pria di hadapannya ini? Bagaimana dia bisa mengenal orang-orang di sekitar Ayah mereka yang bahkan Eka sebagai istri Dennis saja tidak mengenal mereka?

***

Dennis tengah berlari kecil sambil mendengarkan musik menuju taman perumahannya. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Karena terdapat beberapa orang yang menghalangi jalannya. "Ada apa kalian semua menemuiku, Gabriel, Michael, Uriel, Israfel, Izrael, Zaphiel, bahkan Rafael di sini?" tanya Dennis datar. "Yang Mulia, Anda harua ikut kami kembali ke Heavenia," jelas Michael. "Memang ada apa?" tanya Dennis bingung.

"Kami merasakan akan kemunculan malaikat baru," jelas Gabriel. Membuat Dennis semakin bingung lalu menghembuskan napas pasrah. "Kalian tahu kan jika aku tidak bisa ikut bersama kalian ke Heavenia lagi? Jika aku pergi ke Heavenia. Itu berarti, aku akan meninggalkan duniaku yang ada di sini untuk selamanya, dengan kata lain. Aku harus mati, apa kalian menginginkan begitu?" tanya Dennis tajam.

"Bukan seperti itu maksud kami," ucap Raphael. "Lalu maksud kalian seperti apa?" tanya Dennis tajam. Membuat ketujuh malaikat utama itu terdiam. "Maaf, karena menyudutkan kalian," ucap Dennis pelan setelah menghembuskan napas berat untuk menenangkan diri. "Sementara kita awasi saja. Siapa malaikat itu. Kalian tidak perlu panik. Memang apa yang membuat kalian panik?" tanya Dennis bingung. "Kami merasakan. Jika malaikat baru ini memiliki kekuatan yang cukup besar. Kami hanya takut dia akan menjadi malaikat jatuh," jelas Uriel.

"Bagaimana bisa?" tanya Dennis bingung. "Karena dia juga keturunan manusia," jelas Gabriel. Membuat Dennis cukup terkejut mendengar ucapan Gabriel. "Apa kalian sudah menemukan siapa dia?" tanya Dennis tegas. Ketujuh orang itu menggelangkan kepala sebagai jawaban. "Kami tidak akan tahu sebelum ia di bangkitkan," jelas Michael. "Kalau begitu, kita hanya bisa menunggu. Jika kalian sudah menemukannya. Segera katakan kepadaku," ucap Dennis.

"Baik," jawab ketujuh orang itu tegas. "Kalau begitu, kalian bisa pergi dan Rafael, jangan lupa tugasmu," ucap Dennis tajam. "Ba-baik! Kalau begitu saya permisi duluan," ucap Rafael dan langsung menghilang dari tempatnya. "Kami permisi dulu," ucap Michael mewakilkan teman-temannya. Dennis menganggukkan kepala lalu kelima orang di hadapannya menghilang. "Apa kau ada perkerjaan di sekitar sini, Izrael?" tanya Dennis dengan tatapan malas.

"Tidak. Biarkan saya menemani Anda sebentar untuk berjalan-jalan," ucap Izrael. "Bukankah lebih baik jika kau pergi menemui Ling? Kau pasti tahu jika dia sudah kembali," tanya Dennis sambil berjalan bersama Izra. "Tidak, saya baik-baik saja," ucap Izrael. Membuat Dennis menghembuskan napas pasrah. Sungguh pria di sampingnya ini mengingatkan akan dirinya yang dulu.

Bersambung...
🍁🍁

🍁🍁

No comment from mee

Just happy reading ฅ'ω'ฅ

See you again

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang