45

577 47 2
                                    

Gelap. Satu kata itu cukup menggambarkan keadaan Alvin dan Akihiko setelah pintu di belakang mereka tertutup. Namun, tak berapa lama kobaran api menyala dengan sendiri memberikan cahaya Alvin dan Akihiko untuk menaiki anak tangga yang tidak terlihat ujungnya. Mereka berjalan menaiki anak tangga itu dengan perasaan gugup. Beberapa menit mereka menaiki anak tangga itu. Entah mengapa, anak tangga itu seperti tidak ada akhirnya.

"Aku lelah sekali! Kenapa kita tidak sampai juga?!" tanya Alvin kesal. "Tenanglah kak," ucap Akihiko lalu menatap ke depan. Ia mempertajam penglihatannya dan melihat sebuah pintu kayu kecil yang tidak jauh dari hadapan mereka. "Itu kak. Aku sudah bisa melihat pintunya!" ucap Akihiko. Membuat Alvin yang mendengar itu menjadi semangat. "Bagus kalau begitu. Ayo cepat!" ucap Alvin semangat lalu berlari. "Tunggu kak!" teriak Akihiko lalu berlari menyusul kakaknya.

Akhirnya Alvin dan Akihiko sampai di ujung anak tangga. Mereka melihat sebuah pintu kecil seukuran tubuh orang dewasa yang harus merangkak. "Apa benar ini pintunya?" tanya Alvin bingung. "Sepertinya benar. Karena ini hanya satu jalan dan satu pintu," jelas Akihiko yang menatap sekeliling mereka hanyalah dinding yang mengapit anak tangga. Alvin dan Akihiko terpaksa memasuki pintu itu dengan merangkak satu per satu.

Begitu mereka memasuki ruangan di balik pintu itu. Terlihat ruangan yang sangat luas berbentuk seperti tabung dengan di kelilingi. "Wow, ruangan ini sangat besar. Berbeda sekali dengan pintunya," ucap Alvin datar. "Sst ... kakak, jagalah cara bicaramu, kita sekarang sedang berada di perpustakaan suci," ucap Akihiko. "Ah, benar juga. Baiklah, mari kita mulai mencarinya," jelas Alvin. Akihiko menganggukkan kepalanya lalu mereka mulai mencari satu persatu buku di rak-rak buku yang sangat tinggi.

Mereka melihat banyak sekali buku yang memiliki judul dengan bahasa asing yang tidak pernah mereka ketahui. Karena mereka hanya bisa berbahasa Inggris dan bahasa Jepang saja yang di pelajari di sekolah mereka. Akihiko dan Alvin mengambil beberapa buku dengan judul yang membuat mereka tertarik lalu meletakkannya di samping meja baca kecil yang ada di tengah. "Aku tidak mengerti, bagaimana ayah bisa membaca buku ini? Aku bahkan tidak yakin jika tulisan ini adalah bahasa manusia," decak Alvin bingung.

"Mau bagaimana lagi, ayah kita sendiri kan memang penuh misteri," ucap Akihiko pasrah. Tiba-tiba terdengar suara bel yang berbunyi sekali. "Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" tanya sebuah suara gadis kecil dari arah belakang mereka. Membuat Akihiko dan Alvin langsung membalikkan badan dengan terkejut. "Uwahh ... anak kecil!" teriak Alvin terkejut. Bagaimana bisa ada gadis kecil di ruangan ini?

Gadis berambut kuning emas panjang bergelombang dengan gaun kuning bercahaya, bermata kuning emas dan membawa sebuah lentera di tangan kanannya. "Maaf, kau siapa? Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" tanya Akihiko bingung. "Aku Iona, tentu saja aku bisa masuk ke sini. Karena aku penjaga tempat ini," jelas Iona datar. "Penjaga? Apa kau roh penjaga tempat ini?" tanya Alvin terkejut.

"Roh? Hm ... kau bisa menganggapnya seperti itu," ucap Iona sambil tersenyum kecil sambil mengalihkan pandangannya. Akihiko yang menyadari hal itu menjadi bingung. "Jadi, apa yang kalian lakukan di sini? Aku tahu jika kalian adalah keturunan dari Dennis." Ucapan gadis kecil itu sukses membuat Alvin dan Akihiko terkejut. Bagaimana gadis kecil di hadapan mereka bisa mengetahui hal itu?

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Akihiko bingung. Membuat gadis itu tersenyum kecil. "Tentu saja aku tahu. Hanya Dennis dan keturunannya yang bisa memasuki ruangan ini," jelas Iona. Membuat Akihiko dan Alvin terdiam. "Maaf jika kami masuk tanpa izin. Tapi, ada sesuatu yang sedang kami selidiki mengenai ayah kami. Anda adalah penjaga perpustakaan suci ini kan? Mungkin Anda bisa membantu kami dalam membaca beberapa buku di sini? Karena kebanyakan dari buku ini tidak bisa kami pahami bahasanya," jelas Akihiko sopan.

"Aku bukanlah tukang dongeng untuk anak kecil. Aku penjaga tempat ini," sindir Iona datar. "Kami bukan anak kecil!" teriak Alvin kesal. "Meskipun tubuhku terlihat seperti gadis kecil. Tapi, umurku sudah lebih tua dari kali," ucap Iona tegas. "Ah, maafkan atas ucapan kakak saya. Tapi, kami sunggu tidak mengetahui arti buku ini. Setidaknya bisakah Anda membantu kami?" ucap Akihiko memohon.

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang