11

873 62 3
                                    

"Alvin, tutup matamu. Biar ayah lakukan sesuatu mengenai matamu dan mimpi burukmu," perintah Dennis datar.

Alvin hanya menganggukkan kepala lalu mengikuti perintah ayahnya. Dennis menyentuk kepala Alvin lalu menutup matanya.

Ia berkonsentrasi penuh untuk menyegel kekuatan Alvin. Aura berwarna biru keperakaan mengelilingi Dennis dan menekan aura Alvin yang besar.

Aura mereka berdua langsung menghilang begitu Dennis membuka matanya secara perlahan. Ia langsung terduduk di sofa yang nyaman sambil menghembuskan napas yang berat.

Hanya untuk menyegel kekuatan Alvin saja. Membuatnya sudah lemas. Keadaannya yang sekarang memang sulit untuk bertarung.

"Ada apa, Dennis-sama?" tanya Linuz bingung. Karena tadi ia sempat merasakan tekanan aura yang sangat besar dari Dennis.

Linuz meletakkan dua cangkir teh di depan Alvin dan Dennis dengan bingung. "Tidak. Tidak ada apa-apa," jawab Dennis santai.

Linuz hanya bisa diam. Ia sebenarnya tahu apa yang sedang di lakukan Dennis tadi. Tapi, ia lebih memilih tetap diam selama masih ada Alvin di sana. "Silakan," ucap Linuz sopan.

"Terima kasih, paman," ucap Alvin lalu menikmati Tehnya dengan santai. Setelah apa yang di lakukan Ayahnya tadi. Ia tidak tahu apa matanya sudah kembali seperti normal atau tidak. Tapi, melihat reaksi Linuz yang biasa saja.

Itu menandakan jika matanya telah kembali seperti semula. Akhirnya ia bisa bernapas lega. Tapi, ia tidak yakin. Jika ia tidur lagi. Apa ada kemungkinan jika mimpi buruk itu akan muncul lagi?

Memikirkannya saja membuat Alvin merinding seketika. "Tidurlah, ayah jamin, kau akan tertidur dengan tenang tanpa mimpi buruk itu lagi," ucap Dennis santai.

Seperti mengetahui ketakutan putranya. "Baiklah, Ayah. Kalau begitu, aku tidur dulu. Selamat malam," ucap Alvin sambil berdiri dan berjalan menuju kamarnya dengan tenang.

"Apa terjadi sesuatu, Dennis-sama?" tanya Linuz penasaran. "Huft ... Alvin, telah terpilih menjadi penerus kerajaan Iblis," jelas Dennis setelah menghembuskan napas berat.

"Apa? Apa Anda yakin?" tanya Linuz terkejut.

"Ya, tidak salah lagi. Alvin bilang saat umurnya sepuluh tahun. Ia sering bermimpi buruk. Begitu ia terbangun dari mimpinya, matanya berubah menjadi merah darah, dan aku telah melihat sendiri tadi. Matanya berubah menjadi merah darah seperti milikku. Tapi, aku sudah menyegel kekuatan iblisnya. Jadi, aku harap kau bisa membuat Alvin agar tidak kehilangan kendalinya. Agar segel itu tidak lepas," jelas Dennis tajam.

"Baik, Dennis-sama. Tapi, jika Alvin menjadi penerus kerajaan Iblis. Bagaimana dengan Akihiko?" tanya Linuz.

"Entahlah, sementara ini aku belum bisa memastikan. Tapi, saat aku meninggalkan mereka dan kau merasakan ada perubahan pada Aki, cepat laporkan kepadaku," jelas Dennis.

"Baik, Dennis-sama," ucap Linuz paham.

"Baiklah, mungkin sebaiknya aku tidur. Menyegel kekuatan Alvin dengan tubuh yang lemah membuatku cukup kelelahan," ucap Dennis sambil menutup bukunya lalu meminum minumannya dalam sekali teguk, dan langsung berjalan meninggalkan Linuz.

"Apa Dennis-sama akan baik-baik saja?" tanya Linuz khawatir sambil melihat Dennis yang berjalan menaiki tangga ke lantai dua.

***

Dennis berjalan dengan santai akan memasuki kamarnya. Tiba-tiba pintu di seberang kamarnya terbuka. Memperlihatkan sosok Akihiko yang terkejut melihat Ayahnya.

"Ada apa, Aki?" tanya Dennis pelan. "Eh, Ayah. Tidak, aku hanya tidak bisa tidur," jawab Aki. "Apa karena tidak sabar untuk besok?" tebak Dennis sambil tersenyum kecil.

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang