30

659 46 5
                                    

Tekanan aura yang semakin kuat di sebuah ruangan. Alvin dan Akihiko tengah berdiri di depan pintu ruangan yang memancarkan tekanan aura yang kuat. Pintu dengan tulisan 'Ruang Kepala Sekolah'. "Oh, tuan Alvin dan tuan Akihiko. Apa Ada yang bisa saya bantu?" tanya Alden yang datang dengan tumpukkan dokumen di tangannya.

"Em ... Tuan Alden, apa yang di dalam baik-baik saja? Karena tekanan auranya kuat sekali," ucap Alvin sambil menunjuk pintu di sampingnya bingung. "Astaga anak itu. Tunggu sebentat di sini," ucap Alden lalu berjalan masuk. Beberapa menit suasana menjadi hening tanpa ada suara sama sekali. Tiba-tiba...

"Ampun!!"

Terdengar suara teriakan dari balik ruangan. Setelah itu Alden keluar sambil tersenyum ramah kepada Alvin dan Akihiko. "Sekarang sudah baik-baik saja. Kalian bisa kembali ke kelas," ucapnya ramah. Alvin dan Akihiko hanya bisa menganggukkan kepala mereka. Memang benar apa yang di katakan Alden. Sekarang tekanan aura yang mengerikan itu sudah tidak terasa lagi.

Alvin dan Akihiko pun menganggukkan kepala lalu berjalan meninggalkan Alden. Alden masuk dan menatap sosok Chaiden yang tengah bersandar di kursi kerjanya dalam keadaan babak belur. "Sungguh kau ini. Jika kau kesal karena banyak dokumen bertumpuk. Lain kali jangan main kabur dan meninggalkan tugas," tutur Alden kesal sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Baik, maaf bos," ucap Chaiden dalam keadaan yang cukup mengerikan. "Tapi, sepertinya kedua tuan muda sudah menjadi semakin kuat. Bahkan aura jelekmu yang keluar itu saja mereka sudah bisa merasakannya," ucap Alden senang.

"Apa maksudmu dengan auraku jelek?!" teriak Chaiden tidak terima. "Memang jelek kan? Aura yang bisa mengundang arwah jahat dan membuat mereka melewati penghalang sekolah dengan mudah. Kalau bukan jelek apa lagi?" tanya Alden polos. "Ah! Terserah kau saja lah. Kalau begitu aku akan mengerjakan ini dengan cepat," ucap Chaiden frustasi.

"Baiklah, kalau begitu. Saya permisi," ucap Alden sambil membungkukkan badan sebentar lalu berjalan keluar dari ruangan Chaiden. "Dasar orang berhati dingin," decak Chaiden kesal saat Alden sudah meninggalkan ruangannya. Saat ia akan mengerjakan kembali tugasnya. Tiba-tiba ia merasakan tekanan aura yang tidak biasa. Membuatnya langsung bangkit dan menatap keluar jendela dengan tajam.

"Ada musuh," ucapnya tajam.

***

Alvin dan Akihiko tengah menikmati makan siang mereka dengan santai di kantin sekolah. Tiba-tiba suasana kantin yang tengah ramai itu menjadi sunyi. Membuat Alvin dan Akihiko menatap ke sekitar. Terlihat keadaan kantin yang tiba-tiba menjadi sepi dengan dikelilingi kabut tipis. Meskipun tipis, Alvin dan Akihiko masih bisa melihat. Kabut berwarna merah yang mengelilingi area kantin.

Ini sama seperti saat ada serangan di sekolah mereka. Akihiko langsung menatap keluar jendela yang ada di sampingnya dan betapa terkejutnya dia saat melihat seluruh sekolah yang di kelilingi kabut merah. "Kak, ini kan?!" tanya Akihiko. "Sepertinya ada arwah jahat yang berkumpul di sini," ucap Alvin tajam.

"Sebaiknya kita memeriksa keadaan para siswa kak," saran Akihiko. Alvin menganggukkan kepalanya setuju lalu ia dan Akihiko segera meninggalkan kantin untuk memeriksa keadaan di sekitar sekolah.

***

Bruak.

Pintu yang tiba-tiba di buka dengan kasar membuat Chaiden terkejut dan menatap sosok Alden yang menatapnya tajam. "Cha-i-den," panggilnya dengan penuh penekanan. "Eh! Kau salah. Ini bukan salah ku, aku bersumpah ini bukan salahku!" ucap Chaiden panik sebelum wakilnya itu membunuhnya.

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang