43

551 48 10
                                    

"Eraser?" tanya Chaiden bingung. "Saya pernah mendengar itu. Mereka adalah orang-orang yang tidak mempedulikan nyawa orang lain dan hanya melakukan tugas mereka," jelas Alden. "Benar. Karena merekalah pekerjaan saya menjadi semakin banyak," ucap Izra yang tiba-tiba muncul di samping Alen. Mengejutkan ketiga orang di dekatnya. 

"Sejak kapan kau ada di sini?!" tanya Chaiden terkejut. "Sayadari tadi sudah ada di atap sekolah. Saya hanya kebetulan lewat lalu bertemu dengan kalian yang berhadapan langsung dengan orang-orang merepotkan itu," jelas Izra. "Oh, jadi kau malaikat maut Izrael?" tanya Alen semangat.

"Jika dalam wujud manusia saya. Tolong panggil saya Izra," ucap Izra kesal. "Ah, baik, baik," ucap Alen. "Jadi, apa yang akan kalian lakukan kepada mereka?" tanya Izra penasaran. "Sementara, aku akan melaporkan hal ini kepada Dennis. Aku yakin dia akan menemui mereka untuk mengusir mereka, jadi tidak akan ada masalah," jelas Alen. "Kalau begitu, saya juga ikut dengan Anda. Karena saya juga ada urusan di kediaman Yang Mulia," jelas Izra. "Baiklah," jawab Alen santai.

"Oh benar juga," ucap Chaiden tiba-tiba membuat ketiga pria di dekatnya menatapnya. "Ada apa, Chaiden?" tanya Alen bingung. "Izra, bukankah kau malaikat maut? Kenapa kau tidak segera mencabut nyawa mereka saja? Bukankah lebih baik begitu?" tanya Chaiden. "Apa yang Anda katakan? Saya tidak bisa mencabut nyawa seseorang hanya karena saya tidak menyukai mereka. Saya akan mencabut nyawa mereka jika sudah waktunya. Saya tidak bisa melanggar peraturan yang telah di buat untuk kehidupan manusia," jelas Izra kesal. 

"Ah, maaf-maaf," ucap Chaiden menyesal dengan ide bodohnya itu. Tentu saja, seorang malaikat tidak bisa melanggar peraturan yang sudah di tetapkan saat mereka di ciptakan. "Baiklah, sebaiknya kami segera pergi agar tidak mengganggu pekerjaan kalian. Kalian akan ke rumah Dennis kan?" tanya Alen. "Benar. Kami harus memberikan laporan mengenai pembangunan gedung sekolah yang sudah selesai dan melaporkan kepada tuan muda jika mereka sudah bisa bersekolah besok," jelas Alden.

"Hm ... baiklah, kalau begitu kami pergi dulu, ayo Izra," ucap Alen lalu berjalan bersama Izra menuju mobilnya yang di parkir tidak jauh dari sekolah. "Baiklah, Chaiden. Sebaiknya kau segera menyelesaikan pekerjaanmu dan kita pergi ke kediaman tuan Dennis," ucap Alden tajam. "Baik, baik," ucap Chaiden lemas.

***

"Baiklah, latihan cukup sampai di sini," ucap Dennis yang mengakhiri pelatihan kedua putranya. "Tapi ayah, aku masih ingin bertarung!" teriak Alvin kesal. "Bukankah ini waktu yang pas untuk kalian melanjutkan pencarian informasi kalian?" tanya Dennis sambil tersenyum kecil. Membuat Alvin dan yang lainnya terdiam. "Waktu kalian tidak banyak. Tinggal tiga bulan lagi waktu kalian akan habis," lanjut Dennis santai.

"Baiklah, sebaiknya kita makan siang. Kalian pasti kelaparan setelah berlatih dari pagi sampai siang begini," ucap Linuz memecah keheningan. "Semuanya, waktunya makan siang!" teriak Eka yang baru saja tiba di halaman belakang sambil tersenyum ceria. "Baik," jawab Linuz dan yang lainnya. Kecuali Dennis, Ia menatap tajam Eka. Ia merasakan ada keanehan dalam diri Eka. Tapi apa?

"Maaf, aku tidak akan makan siang. Kalian makan saja," ucap Dennis disebelah Linuz. "Eh? Ada apa tuan? Apa Anda sedang tidak nafsu makan?" tanya Linuz. "Aku baik-baik saja. Aku hanya akan pergi ke perpustakaan suci. Mungkin aku akan kembali sore," jelas Dennis santai. "Ada apa? Apa karena masalah Astra? Beberapa minggu ini kerajaan Griffin tidak menunjukkan pergerakan sama sekali," jelas Linuz.

"Aku tahu, aku hanya akan menelidiki sesuatu. Kau tidak perlu khawatir, katakan kepada Eka da yang lainnya. Maaf karena aku tidak bisa ikut makan siang," jelas Dennis datar lalu berbalik. "Baik, tuan," jawab Linuz lalu berjalan mengikuti Alvin dan yang lainnya. "Eh? Paman Linuz, ayah tidak makan siang?" tanya Alvin bingung. "Ada yang harus ayah kalian lakukan, jadi kita bisa makan siang terlebih dahulu," jelas Linuz.

Kenapa akhir-akhir ini ayah sering pergi ke gudang? Bukankah gudang itu adalah tempat latihan rahasia? Apa ayah ingin berlatih? batin Akihiko melirik kearah ayahnya yang masuk ke gudang kecil di ujung halaman belakang. "Apa Dennis pergi ke perpustakaan suci?" tanya Eka pelan saat Alvin dan yang lainnya sudah berjalan cukup jauh dari mereka. Perpustakaan suci? batin Akihiko yang tanpa sengaja mendengar pembicaraan Linuz dan Eka. Membuat Akihiko menghentikan langkahnya.

"Benar, beliau bilang ada sesuatu yang harus ia selidiki, jadi beliau akan kembali nanti sore," jelas Linuz. "Ada apa ya? Aku harap dia tidak memaksakan diri lagi," ucap Eka khawatir. "Anda benar. Semoga saja tuan Dennis tidak memaksakan diri," ucap Linuz.

***

Setelah makan siang. Alvin dan yang lainnya langsung membersihkan diri sebelum memulai penyelidikan mereka dalam menemukan rahasia Dennis. Terdengar suara bel berbunyi. Eka berjalan dan mambuka pintu. Terlihat Izra dan Alen yang bersamaan. Eka sedikit terkejut melihat Alen. Tiba-tiba ingatan akan ucapan Alen terlintas. Membuat Eka sedkit gugup. "Selamat datang, Alen, Izra. Apa kalian mencari Dennis?" tanya Eka dengan nada gugup yang ia sembunyikan.

Izra yang menyadari nada gugup Eka hanya menatapnya lalu melirik kearah Alen yang tersenyum ceria dengan ekspresi datarnya. "Maaf, Dennis saat ini sedang menyelidiki sesuatu. Jika kalian ingin mengatakan hal yang sangat penting. Aku akan memanggilnya," jelas Eka. "Tolong ya, karena ini sangat penting," ucap Alen memohon. "Ba-baiklah, silakan masuk," ucap Eka sambil mempersilakan Alen dan Izra masuk. 

"Tolong tunggu sebentar," ucap Eka saat Izra dan Alen sudah duduk di sofa ruang tamu. Kedua pria itu menganggukkan kepala lalu Eka langsung berjalan meninggalkan mereka. "Apa kau mengatakan sesuatu kepada nona Eka saat kau akan meninggalkan rumah ini?" tanya Izra datar. "Bagaimana kau tahu jika aku tinggal di rumah ini tadi malam?!" tanya Alen terkejut.

Izra hanya diam sambil melirik Alen tajam. "Hm ... Aku tidak mengatakan sesuatu yang penting. Menurutku, yang pantas di samping Dennis adalah orang-orang yang kuat. Bukan orang-orang yang lemah," jelas Alen santai. Membuat Izra menatapnya dengan membulatkan mata sempurna. "Kau! Jangan bilang kau mengatakan kepada nona Eka..."

"Benar. Aku mengatakan kepada Eka, jika orang lemah seperti dia tidaklah pantas menjadi pendamping Dennis, itulah mengapa Dennis banyak menyimpan rahasia agar tidak melukai orang-orang lemah seperti mereka," jelas Alen santai sambil tersenyum kecil untuk melengkapi kalimat Izra yang terhenti. "Sialan!" bentak Izra sambil menarik kerah baju Alen dan menatap tajam pria itu.

Alen hanya diam. Tidak ada rasa takut sama sekali dari raut wajahnya. "Beraninya kau mengatakan itu kepada nona Eka! Kau tidak tahu siapa dia!" bentak Izra. Meskipun Izra membentak Alen dengan keras. Penghuni rumah Dennis tidak akan mendengar pembicaraan mereka. Karena sebelumnya, Izra telah membuat pelindung ruangan yang kedap suara.

"Memang apa bagusnya wanita itu? Wanita yang lemah dan hanya bisa di lindungi. Bukankah dia wanita yang merepotkan?" tanya Alen dengan nada merendahkan. "Sebaiknya kau diam atau aku akan membunuhmu! Kau manusia sialan yang tidak tahu apa-apa mengenai nona Eka sebaiknya diam saja!" ucap Izra kesal. "Kau mau membunuhku? Bukankah malaikat tidak bisa membunuh orang lain karena masalah pribadi? Kau ingun melanggar peraturan itu sendiri?" tanya Alen dengan senyuman merendahkan.

Izra hanya diam dengan ekspresi kesalnya yang masih menarik kerah baju Alen. "Lagi pula, kau pikir aku manusia? Jangan samakan aku dengan manusia-manusia lemah. Aku bukanlah manusia," ucap Alen lalu menepis tangan Izra. Sehingga membuat Izra melepaskan cengkramannya di kerah baju Alen, dan membuat pelindung yang di buat Izra menjadi hancur.

"Aku bukanlah manusia. Aku adalah salah satu bangsa iblis. Teman Dennis dari dunia iblis yang mempelajari dunia manusia," ucap Alen sambil tersenyum kecil. Membuat Izra yang mendengar itu menjadi sangat terkejut. "Paman Alen, adalah iblis?" terdengar suara yang tidak asing di dekat mereka. Mereka langsung menatap kearah empat pemuda yang berdiri menatap mereka terkejut.

Bersambung...
🍁🍁

🍁🍁

Have a nice day!!

Happy reading

ฅ'ω'ฅ

See you again

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang