9

864 59 14
                                    

Dennis dan yang lainnya masuk ke villa keluarga Wijaya dengan santai. Namun, Linuz terlihat bingung saat memasuki villa itu. Dari depan sampai dalam berbeda dari yang dulu.

"Kalian bisa langsung istirahat dulu, kita akan mengambil senjatanya besok, sekarang sudah sore, jika makan malam sudah siap akan Ayah panggil," ucap Dennis santai.

"Baik, Ayah," ucap Alvin dan Aki bersamaan lalu segera naik ke lantai dua. "Dennis-sama, apa villa ini baru di perbarui?" tanya Linuz bingung.

"Ya, aku meminta kepada pak Seno untuk mengatur ulang villa. Tapi, tenang saja. Kamarmu masih berada di tempat yang sama. Ada namamu di depan pintu. Istirahatlah," ucap Dennis.

"Tapi, saya harus menyiapkan makan malam," ucap Linuz. "Istirahatlah, kau pasti lelah menyetir. Biar makan malam aku yang urus," ucap Dennis datar. "Baiklah kalau begitu, saya keatas dulu Dennis-sama," ucap Linuz sambil membungkukkan badan.

Dennis menganggukkan kepala sekali lalu Linuz berjalan menyusul Aki dan Alvin.

***

"Alvin, Aki. Ada apa?" tanya Linuz bingung saat ia melihat kedua pemuda itu masih diam di depan tangga. "Jadi ini sebabnya kenapa ayah memintah kita menulis nama?" tanya Alvin tanpa mengalihkan pandangannya.

Linuz tersenyum kecil saat mengetahui kebingungan mereka melihat pintu yang bentuknya sama dan bersebelahan serta berhadapan seperti asrama.

"Tenang saja Aki, Alvin. Beberapa kamar sudah ada nama di depan pintunya. Kalian tingga pilih kamar yang belum ada papan namanya," ucap Linuz santai.

"Hm ... Memang ada beberapa nama yang sudah ada di sini. Seperti nama paman Kazuma, paman Ittoki, Bibi Valika, Bibi Ling, paman Andy dan Paman Linuz. Tapi, di mana kamar ayah dan ibu? Dan itu kamar di antara Bibi Valika dan Paman Kazuma kenapa tidak ada namanya?" tanya Alvin bingung.

"Kamar Dennis-sama dan Eka-sama ada di ujung sebelah kanan. Kamar di antara kamar Valika dan Kazuma adalah kamar Eka-sama dulu saat sedang melakukan pelatihan di sini, kalian bisa menempati kamar itu dan kamar di depan kamar Dennis-sama," jelas Linuz santai.

"Eh? Kamar Ibu? Dulu Ibu juga pernah melakukan pelatihan di sini?" tanya Alvin penasaran. "Benar, tidak hanya Eka-sama tapi yang lainnya juga. Aku, Valika, dan Ling yang melatih mereka," jelas Linuz sambil tersenyum kecil.

"Wah ... Kalau begitu aku ingin di kamar Ibu saja!" teriak Alvin semangat.

"Tapi, jika itu kamar Ibu. Bukankah seharusnya kamar itu masih berbentuk seperti kamar perempuan?" tanya Aki bingung.

"Saya kurang tahu. Dennis-sama memberitahu saya jika villa ini dulu sudah di renovasi itulah kenapa dari depan sampai bagian dalamnya berbeda dengan yang dulu," jelas Linuz.

"Berbeda dari yang dulu?" tanya Aki bingung. "Ya, dulu tidak sebesar sekarang," jelas Linuz santai. Mengejutkan Alvin dan Aki. "Bagaimana jika kita coba melihat kamar itu dulu?" tawar Linuz senang. "Baiklah!" jawab Alvin semangat.

Mereka langsung berjalan dengan santai memasuki kamar yang ada di antara kamar Valika dan Kazuma.

Begitu mereka membuka kamar itu. Kamar itu terlihat sangat besar dengan tempat tidur berukuran queen size, di bagian belakang tempat tidur terdapat ruang ganti.

"Ok aku ambil kamar ini!" teriak Alvin semangat. "Baiklah, kalau begitu. Bagaimana jika kita melihat kamar di depan kamar Dennis-sama dan Eka-sama, Aki?" tawar Linuz.

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang