35

654 47 3
                                    

Keempat pemuda itu saling berhadapan dengan mengeluarjan senjata mereka dan menunggu aba-aba dari Dennis. "Mulai!" Begitu aba-aba di bunyikan. Keempat pemuda itu saling melesat dan menyerang lawan mereka masing-masing. "Saya tidak akan kalah, tuan Alvin," ucap Tsuki sopan. "Aku juga tidak akan kalah, Tsuki!" teriak Alvin semangat.

Tsuki langsung melesat dengan mengayunkan pedangnya secara horizontal. Alvin yang mengerti itu langsung berguling kebelakang karena terkejut. "Kenapa Anda menghindar, tuan muda?" tanya Tsuki sambil tersenyum ramah. "Kau gila? Aku bisa benar-benar mati!" teriak Alvin kesal melihat senyuman tidak berdosa dari Tsuki.

"Haha ... Bukankah tadi tuan Dennis bilang untuk tidak menahan diri?" tanya Tsuki polos. "Tidak pernah!" teriak Alvin kesal. "Benarkah? Ya sudahlah. Setidaknya, tolong keluarkan seluruh kemampuan Anda tuan muda, tenang saja. Saya akan berusaha," ucap Tsuki. Membuat Alvin semakin kesal saja.

Apa memang begini sifat roh penjaga Akihiko? Sungguh mengesalkan. Alvin mempererat genggaman pada senjatanya lalu melesat dengan sangat cepat menyerang Tsuki dengan aura merah yang keluar. Membuat Tsuki sedikit terkejut. "Hee ... Jadi, Anda sudah mulai serius, tuan muda? Baguslah," ucap Tsuki lalu mendorong Alvin.

Alvin segera menahan diri. Hingga tidak perlu membuat dirinya membentur dinding lalu melesat menyerang. Tsuki juga ikut melesat menyerang. Mereka saling melesat dengan sangat cepat sehingga hanya terlihat suara detingan pedang yang bertemu dan percikan api yang di ciptakan oleh pedang Tsuki dan Alvin.

Hingga akhirnya Tsuki dan Alvin saling menjaga jarak dengan napas yang tidak teratur. Dennis yang melihat itu tetap diam dan menatap datar putranya. Entah apa yanh sedang ia pikirkan.

***

Di saat Alvin dan Tsuki sudah mulai kelelahan. Akihiko dan Hae terlihat tidak lelah sama sekali. Mereka masih saling menyerang. Hae yang menyerang terkadang menggunakan kekuatannya, hanya bisa di tangkis oleh Akihiko dengan katana yang telah di lapisi oleh aura berwarna biru.

"Ternyata Anda hebat juga tuan muda," ucap Hae sambil tersenyum senang. "Jangan banyak bicara dan ayo kita lanjutkan," ucap Akihiko tajam. "Oy, oy, tuan muda. Anda tidak perlu terlalu serius seperti itu," ucap Hae. "Banyak bicara," ucap Akihiko lalu melesat dengan sangat cepat menyerang Hae..

Hae yang melihat pergerakan itu cukup terkejut. Namun, dengan cepat ia segera menahan serangan Akihiko. Meskipun kali ini kekuatannya cukup kuat. Ternyata Akihiko sangat hebat dalam mengendalikan auranya daripada Alvin sendiri. Sehingga dapat memberikan beban pada pedangnya dan membuat Hae tidak kuat menahannya dan terpaksa langsung meloncat mundur.

Sepertinya Hae tidak bisa menghadapi Akihiko dengan santai seperti ia menghadapi Alvin. Karena, Akihiko lebih hebat dalam mengendalikan auranya. Darah segar keluar dari ujung bibir Hae. Membuat Hae tersenyum kecil. "Tidak ada pilihan lain. Sepertinya aku juga harus serius," ucap Hae lalu menyekah darahnya dan berdiri dengan menatap tajam Akihiko.

Akihiko yang merasakan aura membunuh itu langsung mengambil posisi waspada. Hae langsung melesat dengan sangat cepat menyerang Akihiko. Akihiko yang melihat itu sangat terkejut. Matanya tidak bisa mengikuti kecepatan gerakan Hae. Membuatnya terkejut saat Hae tiba-tiba di belakangnya dan mengayunkan pedang secara horizontal.

Ia segera berguling ke depan lalu menatap Hae tajam. Inikah kekuatan roh penjaga? Sungguh hebat batinnya. Akihiko melirik kearah Dennis. Terlihat pria itu hanya menatapnya datar. Membuat Akihiko membulatkan tekad. Aku tidak akan kalah!

"Anda lihat kemana, tuan muda?" Hae langsung muncul di hadapannya dan mengayunkan pedangnya akan mengenai Akihiko. Namun, Akihiko langsung menahannya. Membuat Hae cukup terkejut. "Aku tidak akan kalah!" teriak Akihiko lalu berhasil memukul mundur Hae.

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang