2

1.4K 78 0
                                    

"Apa ada kabar dari Kazuma atau Ittoki?" tanya Dennis sambil menandatangani sebuah berkas yang baru saja di berikan oleh Linuz. "Saat ini, pesawat Kazuma dan Ittoki sudah berangkat dari bandara Tokyo. Perkiraan mereka akan sampai di Surabaya besok siang," jelas Linuz.

"Baiklah, besok kau dan Ling pergilah menjempun mereka," perintah Dennis sambil menyerahkan berkasnya dan langsung di terima oleh Linuz. "Baik, Dennis-sama," ucap Linuz sambil membungkukkan badan sebentar lalu berjalan meninggalkan ruangan Dennis.

Terdengar suara ketukan pintu yang menggema di ruangan Dennis. "Masuk," perintahnya. Seorang wanita masuk dengan santai lalu membungkukkan badan sebentar. "Apa Anda memanggil saya, tuan," ucap wanita itu sopan. "Agnes, tolong siapkan dua tiket ke Jepang untuk hri jumat besok," perintah Dennis.

"Baik, tuan," ucap Agnes sambil membungkukkan badan sebentar sebelum berjalan meninggalkan ruangan Dennis.

Dennis langsung melonggarkan dasinya dan bersandar di kursi kerjanya sambil menghembuskan napas berat. "Ada masalah di kantor Jepang, pemberontakkan di kerajaan Iblis. Kapan semua ini akan berakhir?" tanyanya pelan.

Ia memejamkan mata. Untuk melepaskan rasa lelahnya. Tanpa sadar ia pun terlelap.

***

"Baiklah sampai di sini dulu, karena ini hari pertama kalian, kalian bisa pulang cepat. Ingat, jangan kemana-mana dan langsung pulang," ucap seorang pria berkacamata di depan seluruh murid kelasnya. "Baik, pak Prato," ucap seluruh murid sebelum Pak Prato meninggalkan kelas.

"Ayo kita pulang," ajak Alvin. Aki menganggukkan kepalanya paham lalu mereka berjalan meninggalkan kelas dengan santai. Selama di lorong sekolah. Mereka merasakan seperti ada seseorang yang mengikuti mereka.

Namun, mereka yakin, jika di belakang mereka tidak ada siapapun. Mereka berjalan di lorong kelas satu yang terlihat sepi. Kemana semua murid? Kenapa terlihat sangat sepi?

Tiba-tiba mereka melihat seorang siswi yang sedang terduduk di bangku depan salah satu kelas sambil menundukkan kepala. Merasa bingung. Alvin berjalan mendekatinya. Aki yang berusaha untuk melarang kakaknya mendekati wanita itu ternyata gagal.

Dengan santainya Alvin berjalan mendekati siswi itu. "Em ... Halo, apa kau baik-baik saja?" tanya Alvin pelan. Tapi, tidak ada jawaban dari siswi itu. Siswi itu tetap diam sambil menundukkan kepalanya.

"Oy! Kak, sebaiknya kita segera pergi," bisik Aki. Ia sudah merasa ada yang aneh dengan siswi itu. "Shh ... Diamlah sebentar," ucap Alvin lalu ia menatap kembali ke siswi itu. "Apa kau ada masalah?" tanya Alvin. "Aku."

Karena suara yang kecil membuat Alvin lebih mendekatkan diri untuk mendengarkan suaranya. "Maaf, bisa kau bilang lagi, aku tidak dengar," ucap Alvin. "Aku ingin makan," ucap siswi itu lalu menatap Alvin.

Alvin terkejut dan langsung berdiri menatap wajah pucat mata yang sepenuhnya hitam. Membuat mereka merinding seketika. "Aku ingin makan kalian!" teriak siswi itu dan langsung meloncat akan menyerang Aki dan Alvin.

Alvin dan Aki dengan cepat menghindar dan langsung berlari dengan cepat menuju lapangan sekolah. "Apa yang aku bilang. Sebaiknya kita tidak mendekatinya tadi!" teriak Aki sambil terus berusaha berlari menuju gerbang sekolah.

Siswi atau arwah itu belari secara acak mengejar Alvin dan Aki. "Mana aku tahu jika dia hantu, kenapa kau tidak bilang jika kau tahu!" teriak Alvin. "Mana aku tahu kalau di hantu, aku hanya punya firasat buruk tentang dia!" balas Aki

INDIGO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang