Adem panas awakku, gara-gara kamu
Nyibakke atiku gati menyang aku
Sampek kegowo turu ngimpi ngusap pipimu
Tansah nyoto keroso konco dadi tresno-Bastian Anggara-
Quote by
Nella Kharisma===========
-04- Friendzone
===========Hari Minggu. Biasanya Hendra akan latihan Taekwondo sendiri di rumah lalu dilanjut main game untuk melepas penat. Tapi kali ini Hendra memanaskan mobilnya, lalu mandi dan berganti pakaian santai, setelah itu ia berangkat menuju kontrakan seorang temannya yang bernama Ibas.
Bastian—atau Hendra biasa memanggilnya Ibas—adalah sahabat Hendra senasib seperjuangan. Ibas adalah anak rantauan dari Lampung yang sedang mengadu nasib di Jakarta sejak SMA. Ibas sendiri mengambil spesialis kandungan, sedangkan Hendra mengambil spesialis penyakit dalam. Alasan Ibas mengambil spesialis tersebut lantaran kelak ia ingin membantu istrinya saat melahirkan. Konyol memang, tapi begitulah Ibas.
Hendra sudah tiba di kontrakan Ibas dengan selamat. Seperti kebiasaannya di hari Minggu, Ibas sedang mencuci motor kesayangannya yang ia beli tiga tahun yang lalu. "Lagi mandiin pacar?"
Ibas yang mendengar suara Hendra menghentikan aktifitasnya. "Elo bro, tumben mampir."
"Suntuk gue di rumah."
"Makanya Mas punya pacar, biar bisa diajak jalan-jalan."
"Kayak lo nggak jomblo aja."
"Sori, gini-gini udah banyak yang antri jadi pacar gue."
"Halah mulutnya. Udah sama terusin. Gue mau duduk."
"Baik, Tuan."
Hendra kemudian duduk lesehan di teras rumah Ibas. Sedang Ibas melanjutkan kegiatan membilas motornya sambil berdendang lagu dangdut populer saat ini.
Yen tak sawang sorote mripatmu
Jane ku ngerti ono ati sliramu
Nanging anane mung sewates konco
Podo ra wanine ngungkapke tresnoMeski Ibas memang bukan orang jawa asli, namun ia bisa menyanyikan lagu berbahasa jawa tersebut dan sangat menyukai lagu dangdut. Ibas menyanyikan lagu tersebut sambil menggoyangkan pantatnya. Tentu saja Hendra jengah melihat tingkah temannya itu. Untung saja di sekitar kontarakan masih sepi.
"Bas, lo nyanyi apaan sih?" tanya Hendra.
"Konco Mesra."
"Artinya?"
"Teman mesra. Kayak lo sama Anita."
Selang dua puluh menit, Ibas selesai mencuci motornya. Lalu ikut dudul lesehan di samping Hendra. "Sori ya bro, kursinya baru gue cuci soalnya tadi pagi habis diberakin kucing."
"Nggak papa. Lo kayak sama siapa aja."
"Mau minum apa nih? Gue bikinin."
"Kopi deh."
"Oke." Ibas berdiri dan masuk ke dalam rumahnya.
"Bro, minumnya di sini aja deh. Yang enak." Teriak Ibas begitu sudah masuk ke dalam. Hendra mengiyakan, lalu masuk ke dalam ruang tamu dan menjatuhkan pantatnya ke sofa kecil.
"Bas, tau nggak kemaren Anita ngajak gue travelling ke Jepang. Berdua," kata Hendra usai Ibas membuatkan kopi dan meletakkan cangkir di meja.
"Terus lo mau?"
"Ya nggak lah. Lo tahu sendiri kan, gue mahasiswa tingkat akhir. Nggak ada waktu buat begituan."
Ibas menyesap kopinya sebelum berkata, "gue lihat semakin ke sini Anita makin suka sama lo."
Hendra mengernyit. "Suka dalam artian apa?"
"Nggak usah bego deh. Peka dikit napa! Anita itu cinta sama lo. Dia aja bela-belain travelling berdua sama lo. Ke Jepang pula. Itu kan negara impian elo."
"Ya tapi, gue ke sananya sama istri gue. Bukan sama Anita."
"Hendra, kan nggak ada yang tahu suatu saat Anita bakal jadi istri lo."
"Gue pastikan kalau Anita tetap jadi sahabat gue, bukan istri."
Bibir Ibas terkatup rapat. Dia tahu masalah yang dihadapi Hendra saat ini. Anita yang tak lain adalah sahabat masa kecil Hendra kini memiliki perasaan lebih dari sahabat. Namun Hendra sendiri tidak memiliki perasaan yang sama. "Lo nolak ajakan Anita bukan gara-gara lo mahasiswa tingkat akhir, kan? Tapi emang lo nggak mau ke Jepang sama Anita karena lo masih nganggep dia sahabat. Ya, kan?" ujar Ibas setelah lama terdiam.
"Bas, mau diapain juga, gue tetep nggak punya perasaan lebih ke Anita. Dan gue nggak tau gimana caranya ngomong itu ke dia."
"Kalau lo ngomong, berarti lo udah PHP-in dia, bro."
"Bas, istilah PHP itu cuma buat orang-orang yang melambungkan harapannya ke langit. Sampai detik ini, gue nggak pernah tuh ngomongin masa depan gue sama dia. Sedeket-deketnya gue sama Anita, gue risih kalau ngomongin masa depan. Kecuali yang ke Jepang itu, gue keceplosan." Hendra mengangkat cangkir berisi kopi buatan Ibas. Lalu ia menyesap kopi itu sampai setengah cangkir. "Kopi gue kok dingin?"
"Ya iyalah. Orang ditinggal ngobrol."
"Kopinya nggak ada temennya nih?"
"Gue lagi irit duit."
"Pantesan kopinya pahit."
"Kalau pahit liat muka gue aja biar manis."
"Yang ada eneg gue."
Hendra kembali meminum sisa kopinya sampai habis. "Bas, lo percaya nggak kalau mimpi di tidur kita bakal jadi kenyataan?"
Ibas yang tahu arah pembicaraan temannya itu segera menggeser cangkir kopinya ke dekat cangkir bekas Hendra. "Mending lo minum kopi lagi, biar melek."
"Bas, gue serius."
"Jangan bilang lo terobsesi sama cewek yang muncul di mimpi lo itu?"
"Gue cuma penasaran aja, Bas."
Ibas pun menghembuskan napas panjang. "Buat pertanyaan lo, sori gue nggak bisa jawab. Karena gue orangnya selalu percaya dengan apa yang gue lihat, bukan yang gue denger. Lagian buat apa lo penasaran sama sesuatu yang jelas-jelas nggak ada. Semu."
Hendra mencerna kata-kata sahabatnya itu. Ibas ada benarnya juga. Untuk apa dia penasaran dengan mimpi yang menghantuinya selama empat tahun ini. Toh mimpi hanya bunga tidur semata.
Namun, Hendra tidak tahu bahwa suatu saat ia akan jatuh cinta dengan perempuan yang ada di mimpinya itu. []
Ada tokoh baru nih.
Di versi yg dulu, Hendra dokter anastesy. Tapi sekarang aku ganti jadi spesialis penyakit dalam. Dan tokoh Ibas terinspirasi dari pacar temen akoh yg suka bgt sama lagu dangdut bahasa jawa tapi doi bukan org jawa asli.
Masih ada yg penasaran?
KAMU SEDANG MEMBACA
After Your'e Gone [New Version - END]
General Fiction[seri bestfriend #2 -Ira-] Cover by @windastoryseries Ikhlas adalah suatu hal yang mudah diucapkan, namun sulit untuk dilakukan. -Irawati Ira dan Hendra, dua anak manusia yang di pertemukan oleh takdir. Berkat pertemuan itu, Hendra membuat tantangan...