AYG -07- Lempar Sepatu

577 41 3
                                    


Pada akhirnya, semesta yang mempertemukan.
-Irawati-

===========
-07- Lempar Sepatu
===========

Raya terheran-heran ketika Pak Sofyan datang dengan membawa tiga paper bag berukuran besar.

"Ini buat siapa, Pak?"

"Buat Neng Ira. Katanya ini titipan dari rumahnya."

"Oh. Saya panggilin orangnya dulu, ya." Walau penasaran dengan isinya karena berukuran besar dan sepertinya banyak, Raya tetap ingin Ira yang membukanya dulu. Dia tidak mau bertindak kurang ajar hanya gara-gara penasaran, meski pada akhirnya Ira akan memberikan barang-barang pemberian orang tuanya kepada Raya, Mita, atau Sarah seperti yang sudah-sudah.

Sampai ketukan tiga kali, Ira belum juga menampakkan diri. Saat Raya hendak mengetuk keempat kalinya, pintu tiba-tiba terbuka.

"Ada apa, Ray? Maaf tadi aku lagi siap-siap." Ira keluar dengan penampilan yang sudah rapi.

"Kata Pak Sofyan ada kiriman dari rumah."

"Kiriman?" Memastikan ucapan Raya, Ira segera menghampiri penjaga indekosnya. Benar saja, di tangan Pak Sofyan terdapat tiga paper bag besar.

Ini pasti ulah Mama lagi.

Pak Sofyan kemudian menyerahkan paper bag tersebut. Ira mengucapkan terima kasih sebelum Pak Sofyan undur diri. Lalu Sarah keluar dari kamarnya.

"Itu apaan, Ra?" tanya Sarah.

"Nggak tau."

Ira pun membongkar isi paper bag tersebut. Paper bag pertama berisi empat stel pakaian wanita, paper bag yang kedua berisi kotak sepatu, dan paper bag terakhir berisi acsesoris.

Usai melihat semua isi paper bag, Ira mengambil ponsel dari dalam cluth-nya. Mendial nomor Laras. Begitu telepon sudah terhubung, Ira langsung menyerang mamanya. "Ma, bukannya kita udah sepakat kalau Mama sama Papa cuma membiayai kuliah aku?"

"Mama cuma mau bantu kamu. Kamu kan jarang belanja."

"Dari dulu pun aku jarang belanja. Kenapa sih Mama nggak ngerti juga?!"

Kesal, Ira langsung mematikan ponselnya. Ira tidak mengerti kenapa Laras masih saja memanjakannya. Padahal Ira ingin hidup mandiri. Ira pun tidak enak dengan penghuni kost yang lain jika setiap saat Mamanya mengirimkan barang mewah.

"Terima aja pemberian mama kamu, Ra. Itung-itung bikin mama kamu senang," ujar Sarah. Ira menghela napas. Sarah ada benarnya juga.

"Aku tunggu di luar, ya. Kamu beresin aja dulu."

Ira mengangguk.

***

Pukul satu siang, kelas bubar. Kini Ira, Sarah dan Mita berkumpul di pelataran kampus.

"Langsung ke kost-an apa mau ke mana dulu?" Mita merapikan poninya yang diterpa angin.

"Kamu lupa ya, hari ini kan aku mau ngajak kalian ke butik buat fitting gaun aku," jawab Sarah.

"Oh iya. Duh sori ya gue lupa. Langsung jalan sekarang?"

"Sebentar, tunggu cowok-cowok dulu. Nanti kamu, Ira, Jojo satu mobil sama Danu. Terus aku sama Joni naik motor."

Mita manggut-manggut.

Tak lama, tiga lelaki yang ditunggu-tunggu datang. Jojo berdiri sejajar dengan Mita. "Putri, gimana kuliah lo hari ini?"

Mita memutar bola matanya. "Putri, Putri, sok akrab lo! Udah gue bilangin jangan panggil gue Putri masih bandel aja!"

"Nama Putri itu bagus tauk. Kenapa nggak dari dulu aja pakai nama Putri?"

"Terserah gue dong."

"Aduh Mas, Mbak, pasti deh kalau ketemu selalu meributkan nama." Ira yang jengah akhirnya buka suara.

"Udah biarin aja. Kalau mereka nggak ribut dunia ini nggak asik," kata Joni. "Jodoh nih kayaknya."

"Inget perjanjian, bro. Cowok sejati nggak akan melanggar janjinya."

Ucapan Jojo sontak menusuk hati Danu diam-diam. Mati-matian Danu merahasiakan perasaan cintanya kepada Ira dari siapapun, termasuk dari Ira sendiri. Andai saja dulu Danu tidak membuat peraturan itu, pasti sekarang dia bisa leluasa mendekati Ira.

Jojo ternyata masih belum mau berhenti membuat Mita kesal. Kali ini Jojo menarik ikat rambut milik Mita lalu berlari menjauh dari gadis itu.

"Jojo, balikin ikat rambut gue!" Mita mengejar Jojo. Sementara itu, Jojo semakin mempercepat langkahnya agar tidak tertangkap oleh Mita.

Sampai di tempat parkir, Mita berhenti untuk mengatur napasnya. Jojo benar-benar menyebalkan. Di belakangnya ada Ira, Danu, Joni dan Sarah yang menyusulnya.

Mita kemudian melepas salah satu sepatu yang ia kenakan. "Balikin nggak! Gue lempar sepatu nih!"

"Lempar aja, gue nggak takut tuh." Jojo justru menantang Mita. Tanpa babibu, Mita melempar sepatunya. Akan tetapi sepatunya mendarat tidak tepat sasaran. Sepatu itu mengenai kepala laki-laki yang melintas di depan Jojo.

Mita tergopoh-gopoh menghampiri laki-laki yang menjadi korban sepatunya. "Mas, maaf ya. Saya nggak sengaja."

Mita menarik bahu laki-laki itu. Betapa terkejutnya Mita saat melihat wajah laki-laki itu.

"Alpi?" Mita mengucek kedua matanya untuk memastikan bahwa dia salah lihat. Namun nihil. Mita tetap melihat wajah Alvi. Bahkan kini Mita menampar pipinya sendiri.

Apa yang dilakukan Mita mengundang rasa penasaran teman-temannya kecuali Ira. Ira masih terpaku di tempatnya berdiri. Kedua matanya tak lepas memandang lelaki yang kini menjadi pusat perhatian teman-temannya. Ketika laki-laki itu melihatnya, laki-laki itu juga tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya.

***

A/N

Buat pembaca baru, aku kasih tau isi peraturan Danu di RoL👇👇👇

Buat pembaca baru, aku kasih tau isi peraturan Danu di RoL👇👇👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku suka sama cara pertemuan Ira sama Hendra yang sekarang. Yang dulu tuh menurutku kurang masuk akal gitu, hehehe.







After Your'e Gone [New Version - END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang