AYG -22- Baikan

467 33 0
                                    

==========
-22- Baikan
==========

"Ini beneran nggak ada yang mau minta maaf?"

Ira, Danu, Jojo dan Mita masih bergeming. Tidak ada satu pun dari mereka berempat yang menjawab pertanyaan Joni. Ya. Akhirnya Joni dan Sarah turun tangan karena terhitung sejak resepsi, sudah hampir enam hari Jojo dan Mita mendiami Ira dan Danu. Padahal pasangan pengantin baru itu baru saja pulang bulan madu, tetapi keduanya ingin semuanya selesai di basecamp.

"Kalo kalian masih diem, biar aku yang ngomong." Joni mengarahkan pandangannya ke arah Danu. "Nu, aku nggak tau mau ngomong apa. Aku hargai keputusan kamu yang lebih memilih menyimpan rapat perasaan kamu dan baru berani membukanya sekarang. Tapi Nu, kalau kamu bilang dari dulu waktu Alvi masih ada dan kamu nggak bikin peraturan itu, nggak akan kayak gini."

Joni ada benarnya. Jika ditarik ke belakang, Danu ingin mengatakan yang sejujurnya pada Alvi, tanpa bermaksud merebut Ira. Mungkin Danu akan lebih lega sekarang.

Joni beralih ke Jojo. "Jo, masih inget nggak Alvi bilang apa ke kita?"

"Alvi bilang, kita harus tetep kompak apa pun yang terjadi. Jangan ada yang berantem, jangan ada yang saling diem."

"Nah itu! Kalau kamu masih ingat, kenapa nggak dilakuin?"

Mulut Jojo terkunci rapat.

Sarah kemudian mengambilkan air putih untuk suaminya. Di antara keempat temannya itu tidak ada yang berani membuka mulut. Mungkin mereka sedang larut dalam pikiran masing-masing.

"Aku minta maaf." Danu bersuara. "Aku minta maaf karena udah mengacaukan semuanya."

"Aku juga minta maaf," ujar Jojo. "Mulai sekarang hapus aja peraturan itu, biar nggak ada kayak gini lagi."

"Aku setuju," sahut  Joni.

Kemudian, Danu dan Jojo saling berjabat tangan sebagai tanda mereka sudah baikan. Sementara Mita, gadis itu menatap Ira. Lalu tak lama Mita memeluk sahabatnya.

"Gue minta maaf ya kalau misalnya ada kata-kata gue yang nyakitin hati lo," kata Mita usai memeluk Ira. Ira mengangguk.

"Jadi sekarang udah beres, kan?" tanya Sarah.

"Iya dong. Kan kita nggak mau ganggu penganten baru yang lagi proses pembuatan baby," seloroh Jojo dan langsung dihadiahi jitakan dari Joni.

"Yang masih jomblo nggak boleh ngomong kayak gitu. Pamali!"

"Pamali dari mana? Kan itu emang kenyataan. Habis nikah mau ngapain lagi kalo bukan bikin anak."

Mita berdecak. "Jojo mulutnya minta diruqyah."

"Kamu juga mau bikin anak, sama aku?"

Kedua mata Mita membulat sempurna. "Amit-amit!"

"Jangan bilang begitu, Ta. Nanti kena karma lho," kata Danu dan disetujui teman-temannya.

Suasana basecamp mulai mencair. Mereka seolah sudah melupakan masalah. Dan itu membuat Ira bernapas lega.

***

Keesokkan harinya, Ira dan Mita kembali seperti sedia kala. Begitu pula dengan Sarah, dia sudah kuliah lagi.

"Kita ke basecamp, kan? Gue penasaran cara bikin brownis. Kemarin gue nyobain di rumah tapi nggak enak rasanya," cerocos Mita.

"Kok di sana rame. Ada apa, ya?" Sarah menunjuk ke arah taman. Ada beberapa mahasiswa yang mengerubungi mobil sport.

Ira menyipitkan kedua matanya. Dia seperti mengenali mobil tersebut.

"Ra, itu bukannya si Hendra, ya? Ngapain dia ada di sini?" tanya Mita.

Ira gelagapan. Ia bingung memulai ceritanya dari mana.

"Ra, ada sesuatu yang lo sembunyiin dari kita?" Mita curiga.

"Nanti aku ceritain. Aku ke sana dulu." Ira beranjak mendekati kerumunan itu. Mengacuhkan Mita yang meneriakkan namanya.

Ira sampai di antara kerumunan tersebut. Ia heran kenapa para mahasiswa itu mengerubungi mobil Hendra. Apanya yang istimewa? Bukannya Hendra hanya berstatus mahasiswa kedokteran saja?

"Kamu ngapain di sini?" tanya Ira.

"Ya jemput kamu."

Ira mengerjap tak percaya. Kemudian telinganya menangkap bisik-bisik dari para mahasiswa.

"Ayo kita pergi dari sini." Itulah kata-kata yang Ira ucapkan agar bisa segera lenyap dari tempat ini.

"Tolong lain kali, kamu jangan ke fakultas saya. Saya nggak nyaman jadi pusat perhatian," ujar Ira ketika sudah berada di dalam mobil.

"Kalau begitu, saya minta maaf."

Ira bungkam. Dan tetap mengunci rapat mulutnya hingga hanya deru mesin mobil Hendra.

"Saya masih nggak percaya kamu secepat itu menerima saya," ujar Hendra disela-sela perjalanan menuju entah ke mana. Sebab sampai detik ini Ira belum mengatakan ingin diantar ke mana.

"Saya nggak mungkin bisa menolak jika ada yang ingin mengenal saya. Lagipula kalau nanti tidak ditakdirkan menjadi pasangan, kita bisa jadi teman, kan?"

"Betul. Kita coba mulai hari ini, ya."

Ira mengangguk setuju.

"Lalu sekarang, saya harus antar kamu ke mana?"

"Ke kost-an saya."

Setelah itu, Ira memberitahu arah jalan menuju tempat kostnya. Hendra menurut saja meski sebenarnya dia sudah tahu. Ira tak perlu tahu jika Hendra pernah diam-diam mengikutinya.

Tak lama kemudian, mobil Hendra berhenti tepat di depan gerbang kost. Ira melepas sabuk pengaman lalu keluar dari mobil.

Kepala Hendra menyembul dari jendela mobil. "Kalau saya nanti chat kamu boleh, kan?"

"Boleh."

"Saya pergi. Terima kasih sudah mau menerima saya."

Perlahan mobil Hendra menghilang meninggalkan asap. Ira membuka gerbang lalu menutupnya kembali setelah masuk.

Ya. Tidak ada salahnya mencoba, bukan? Ira meyakini, keputusannya menerima tantangan Hendra benar-benar tepat. Karena dengan begini, Ira merasa kalau Alvi hidup kembali.

***

A/N

Intinya sih cuma mau minta maaf kelamaan gak apdet.

After Your'e Gone [New Version - END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang