AYG -14- Seulas Senyum

560 35 7
                                    

============
-14- Seulas Senyum
============


Sejak Marissa menyatakan kalau Alva Hendrawan adalah saudara kembar Alvi, Mita tidak penasaran lagi. Soal tes DNA itu, Mita dan yang lain merasa tidak perlu ikut campur karena sudah termasuk urusan keluarga.

Kini yang menjadi fokus mereka adalah pernikahan Joni dan Sarah yang akan diselenggarakan sebentar. Persiapannya sudah mencapai 80%. Kemarin pasangan calon pengantin itu sudah melakukan fitting baju pengantin. Tinggal menghitung hari lagi hubungan mereka berdua akan resmi secara agama dan negara.

***

Mita
Gimana kamera gue gaes?

MitaGimana kamera gue gaes?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jojo
Bagus, Put

Joni
Beli di mana?

Mita
Olshop dong.

Joni
Berapaan?

Mita
6jeti

Mita
Nanti pas nikahan kalian bakal gue pakek.

Ira
Tumben kamu beli kamera? Biasanya kalo punya uang beli komik

Mita
Pengen aja. Bln dpn beli rak buku dulu. Komik gue udah bejibun.

Danu
Gaes

Danu
Nanti pas nikahan Joni, aku mau nembak seseorang.

Jojo
Siapa???

Joni
2

Mita
3

Ira
4

Mita
Siapa A'? Cewek ya?

Danu
Yaiyalah!

Danu
Rahasia dong. Nanti aja pas udah hari H.

Jojo
Idih Danu mainnya kode-kodean.

Joni
Aku percepat aja kali ya? Biar gak pada mati penasaran.

Mita
Iya Jon, di percepat aja.

Danu
HAHAHA

Ira hanya geleng-geleng kepala. Pernyataan Danu tadi sebenarnya membuat Ira penasaran. Pasalnya Danu tidak pernah cerita perihal kedekatan dengan seorang perempuan. Namun Ira tidak ingin bertanya lebih jauh lagi. Toh Danu bilang akan memberitahu di saat pernikahan Joni.

Tak lama ponsel Ira berbunyi dan ada nama Mita tertara di layar. Ira segera mengangkatnya.

"Ra, kira-kira siapa ya cewek yang dimaksud Danu?"

"Ya mana aku tahu."

"Apa jangan-jangan, cewek itu gue?"

"Kamu lupa, Danu sendiri kan yang bikin peraturan nggak boleh saling jatuh cinta sama sahabat?"

"Iya sih." Di ujung sana Mita menggaruk pelipisnya. "Ra, gue mau tanya. Lo nggak mikirin cowok yang mirip Alpi, kan?"

Ira tertegun sejenak sebelum menjawab, "Nggak."

"Ah masa? Gue lihat tiga hari ini muka lo beda."

"Perasaan kamu aja, mungkin."

"Ra, gue serius. Muka lo tuh terbaca. Lo mikirin dia, kan?"

"Nggak, Ta. Aku nggak mikirin dia."

"Halah boong. Gue kok dikadalin. Ya udah deh kalo lo nggak mau cerita nggak pa-pa. Bye."

Sambungan telepon diputus secara sepihak. Ira kemudian meletakkan ponselnya di meja. Bukannya Ira tidak mau cerita, hanya saja dia tidak mau membuka luka lama yang sudah ditutup rapat.

Ira menyalakan laptopnya, membuka software pembuat komik. Sketsa wajah Alvi terpampang saat software itu terbuka. Akan tetapi dalam khayalan Ira, wajah Alva Hendrawan yang terbayang. Tanpa Ira sadari, dia menambahkan kacamata di sketsa wajah Alvi.

Untuk pertama kalinya, Ira mengerjakan komik amanah Alvi dengan senyuman.

***

Sore hari di kontrakan Ibas, Hendra melampiaskan rasa penatnya dengan bermain playstation bersama Ibas. Hendra juga menceritakan masa lalu Anto kepada temannya itu.

"Jadi ternyata bokap lo punya istri dua dan lo punya sodara kembaran?"

Hendra mengangguk.

"Masalah bokap lo ternyata klasik. Nikah tapi tanpa restu ibunya, terus ibunya ngerecokin rumah tangga bokap lo sampai akhirnya lo terpisah sama sodara lo. Kalau gue jadi bokap lo, gue bakal berontak."

"Gue juga mikirnya kayak giv. Tapi kalo Papa ngelawan, Ibu semakin menderita. Dan Ibu juga pasti nggak mau Papa berontak."

"Iya juga sih." Ibas menyesap kopinya. "Terus kapan lo ke rumah ibu kandung lo?"

"Hari Minggu, soalnya Papa sama Mama-"

"EEH SIALAN GUE KALAH, ANJIR!"

Kalimat Hendra terputus lantaran Ibas berteriak. Hendra berhasil mengalahkan Ibas sebanyak dua kali.

"Lo curang!" Ibas tidak terima.

"Enak aja! Gue dari tadi main sportif. Lo aja yang lengah, jadi gue bisa kalahin."

Ibas mendengus. "Ya udah, ulang lagi dari awal."

"Ogah. Gue mau pulang, bentar lagi Magrib."

"Ah, sialan lo!"

Hendra meletakkan stick PS di karpet, lalu bangkit. "Gue pulang dulu."

Ibas tidak menyahut karena masih kesal. Hendra tak acuh, dia tetap melangkah keluar dari kontrakan. Paling besok Ibas sembuh, pikir Hendra.

Hendra menstater mobilnya. Perlahan mobil itu melaju menjauh dari kontrakan Ibas. Untuk melenyapkan kesunyian, Hendra memilih menyalakan radio.

Ketika hendak melintas supermarket, matanya tidak sengaja menangkap perempuan berjaket hoodi yang berdiri di depan supermarket. Saat Hendra ingin menghampirinya, dari arah belakang muncul sepeda motor yang di kendarai orang berjaket dan berhelm warna hijau berhenti tepat di depan perempuan. Perempuan itu lalu menaiki motor tersebut dan setelahnya motor melaju dengan kecepatan sedang. Hendra menekan pedal gas, berniat mengikuti motor tersebut. Tidak lupa Hendra menutup bagian atas mobil serta jendela supaya tidak terlihat dari luar.

Motor berhenti di depan gerbang sebuah kost-kost-an khusus putri. Perempuan itu turun lalu memberikan uang kepada pengendara motor. Hendra yang berhenti tidak jauh dari tempat itu terus memperhatikan perempuan itu sampai benar-benar menghilang dari pandangannya. Hendra kemudian mencatat alamat kost-kost-an tersebut di ponselnya.

Senyuman terukir di wajah pria itu. Kini dia sudah tahu tempat tinggal gadis pemeran utama di mimpinya.







A/N

Adakah yang mau kalian katakan untuk mengisi AN ini?

After Your'e Gone [New Version - END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang