AYG -30- Bahagia Sekaligus Patah Hati

494 32 0
                                    

===========
-30- Bahagia Sekaligus Patah Hati
===========


Apa yang dikatakan Hendra malam itu membawa dampak buruk bagi Ira. Pasalnya semalaman gadis itu tidak berhenti menangis bahkan sampai pagi. Entah apa yang membuat Ira merasa sesedih itu. Yang jelas ketika Hendra memutuskan untuk pergi, Ira merasa kehilangan yang amat besar untuk kedua kalinya.

Sampai saat ini Ira tidak mengerti kenapa dia dipertemukan dengan Hendra, lalu tiba-tiba dipisahkan. Persis seperti apa yang dialami saat bersama Alvi dulu. Seakan-akan waktu tiga puluh hari tidak berarti bagi lelaki itu. Walau Ira juga tidak bisa menyangkal jika dia pernah terbayang-bayang Alvi saat bersama Hendra, seperti yang dikatakan lelaki itu.

Pintu kamar Ira di ketuk dari luar beberapa kali. Dengan terpaksa Ira bangkit dari ranjangnya. Tak lupa dia mengusap sisa air matanya sebelum membuka pintu.

"Eh Raya, ada apa?"

"Kak Ira sakit? Kok dari semalam nggak keluar kamar sampai jam segini. Ini kan hari Selasa. Kak Ira nggak ke kampus?"

"Emang jam berapa sekarang?"

"Jam sepuluh."

Ira termenung. Selama itukah dia menangis? Pasti sekarang Raya melihat kantung matanya dan wajahnya yang sembab karena air mata.

"Kak Ira beneran lagi sakit?"

"Enggak. Aku sehat." Tapi hatiku yang sakit, lanjutnya dalam hati.

"Tapi muka Kakak pucat. Apa Kak Ira semalam nggak tidur?"

Ira tidak menjawab.

"Kalau Kak Ira butuh teman cerita, aku mau jadi pendengar yang baik. Daripada masalah dipendam sendirian, yang ada malah tambah sakit. Itu kalau Kak Ira mau sih. Aku nggak maksa."

Raya benar, Ira memang butuh teman untuk berbagi. Sekarang Ira tidak mungkin memanggil Sarah atau Mita. Kedua sahabatnya itu sedang persiapan wisuda.

"Aku mau, Ray. Aku cuci muka dulu, ya."

***

Usai cuci muka dan menyisir rambutnya, Ira mengikuti Raya. Gadis yang sudah mengikuti ujian nasional itu memilih teras depan sebagai tempat yang cocok untuk berbagi cerita. Di tempat ini pula, Ira dan Hendra pernah membicarakan tentang masa depan mereka.

"Aku udah buatin teh hangat buat temen ngobrol." Raya menyuguhkan dua cangkir teh di meja.

"Makasih, ya."

"Sama-sama, Kak. Sekarang Kak Ira boleh cerita. Apapun yang mengganjal di hati keluarin aja."

Beberapa detik kemudian, dengan lancar Ira menceritakan semuanya pada Raya. Raya betul-betul menjadi pendengar yang baik, dia tidak sedikit pun menyela Ira.

"Kak, aku punya satu pengalaman yang pengen aku ceritain ke Kakak," kata Raya setelah Ira selesai cerita.

"Apa itu?"

Raya menyesap tehnya dulu sebelum bercerita. "Dulu waktu kelas sembilan, aku punya pacar. Bisa dibilang kami langgeng karena sampai kelas sebelas masih bareng. Setiap ada ribut-ribut kecil kami selalu bisa cepet baikan. Dia cowok yang pengertian, sabar banget menghadapi aku yang labil. Sampai akhirnya prahara datang saat kami mau merayakan anniversary yang ke-tiga. Dia kecelakaan motor. Terus koma sampai dua belas hari dan akhirnya dia meninggal. Waktu kejadian aku nggak tau sama sekali. Aku sempet ngambek sama dia karena dia nggak datang pas hari jadi kami dan HP dia nggak aktif. Lalu tiga hari setelah kejadian, mamanya baru ngabarin ke aku. Aku langsung ke sana dan nungguin dia sampai hari ke-dua belas. Begitu dia dinyatakan meninggal, aku nggak percaya. Aku goyang-goyangin badan dia, berharap dia bangun terus bilang Happy Anniversary. Walaupun aku tahu hasilnya nihil. Dia bener-bener pergi dan nggak akan pernah kembali lagi."

After Your'e Gone [New Version - END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang