AYG -20- Restoran

463 28 0
                                    

===========
-20- Restoran
===========

Di kelas, Hendra tidak bisa berhenti memikirkan kejadian di resepsi pernikahan Joni dan Sarah. Kejadian tersebut membuatnya miris. Siapa yang mau pernyataan cintanya tidak mendapatkan jawaban pasti?

Semoga saja dia dan Anita tidak mengalami kejadian serupa.

Sudah dua hari dan Hendra baru ingat kalau dia sudah mendapatkan nomor ponsel Ira. Lelaki itu bergegas membuka kunci layar, mencari nomor gadis itu kemudian mendialnya. Panggilan pertama tidak mendapat respon. Kemudian Hendra mencoba lagi dan baru diangkat.

"Ini siapa?" Itulah pertanyaan yang Hendra dengar. Dan entah kenapa Hendra senang mendengarnya.

"Alva."

"Alva? Alva siapa?"

"Alva Hendrawan. Laki-laki yang pertama kali kamu temui di parkiran, lalu ketemu kembali di makam saudara saya dan di pernikahan teman kamu. Sudah ingat?"

Setelahnya, tidak ada tanggapan. Hendra pikir baterai ponsel atau pulsanya habis, tetapi panggilan masih tersambung. "Hei, kok diem aja? Kamu terpesona sama suara saya?"

Krik ... Krik ... Tidak ada jawaban.

"Ira? Kamu masih denger saya, kan?"

"Masih."

Ketika Hendra hendak bertanya lagi, dosen datang. Hendra buru-buru mematikan ponselnya tanpa mengatakan sesuatu pada Ira.

***

Sekitar pukul satu siang, Hendra sudah berada di kafe dan memesan minuman. Menunggu raja ngaret yang katanya lima belas menit tiba namun faktanya setengah jam Hendra berada di sana, dia belum muncul.

Saat Hendra hendak menelepon Ibas, tiba-tiba tulisan Anita is calling terpampang di layar. Hendra kemudian mengangkat telepon dari Anita.

"Hendra, kamu bisa jemput aku nggak?"

"Kamu di mana?"

"Di Arman's Studio. Kamu bisa, kan?"

"Bisa. Tapi lama soalnya posisiku lagi di kampus."

"Nggak papa. Aku tunggu."

Kemudian sambungan terputus. Hendra pun bergegas ke kasir sebelum meninggalkan kafe.

***

Rupanya Anita sudah menunggu di luar studio. Tanpa diperintah, Anita membuka pintu mobil dan duduk di jok samping Hendra.

"Siang ini kamu free, kan?" tanya Anita.

"Iya. Emangnya kenapa?"

"Temenin aku makan, ya! Aku udah pesen tempat privat di restoran."

"Tempat privat? Tumben."

"Aku mau ngomong sesuatu ke kamu."

Hendra kemudian memacu kendaraannya sesuai jalan yang ditunjuk Anita. Kepalanya terus berpikir keras, sesuatu apa yang akan dibicarakan Anita sampai dia memesan tempat privat segala?

Beberapa saat kemudian Hendra dan Anita sudah tiba di restoran. Dan memang benar Anita sudah memesan ruang privat terlebih dahulu.

"Hendra, kamu mau pesan makanan apa?" tanya Anita yang mulai membuka buku menu.

"Aku masih kenyang, Nit. Kamu aja yang pesen."

"Oh ya udah kalau begitu aku juga nggak mau pesen." Anita kemudian menutup buku dan meletakkannya di meja.

"Lho Nit, terus ngapain kita ke sini kalau nggak makan?"

"Ada yang mau aku omongin ke kamu. Tapi janji ya setelah aku ngomong kamu jangan marah."

"Emangnya kamu mau ngomong apa?"

Anita terdiam sejenak. Melempar pandangannya ke  meja. Setelah berusaha menetralkan degup jantungnya, Anita berkata, "Aku suka sama kamu, Hendra."

Detik berikutnya, Hendra menegak salivanya dengan susah payah. "Apa?" tanyanya kemudian. Ia hanya takut salah dengar.

"Aku suka sama kamu, dari dulu. Dan aku mau hubungan kita lebih dari sahabat. Kamu mau kan?"

Hendra tercekat. Tidak. Bukan ini yang dia inginkan. Kenapa kini Anita sama seperti Danu? Apa mungkin Ira juga merasakan hal yang sama seperti dirinya? Terkejut, bingung, dan tidak tahu harus berkata apa.

"Sejak kapan kamu jatuh cinta sama aku?" Hendra bertanya.

"Aku nggak tau tepatnya kapan. Tapi yang jelas, perhatian-perhatian yang kamu kasih ke aku, bikin aku jadi makin jatuh cinta sama kamu. Aku rasa kita memiliki perasaan yang sama. Ya kan?"

Hendra mengerjap-erjap tak percaya.

"Nit, perhatian yang aku kasih itu karena aku sayang sama kamu sebagai sahabat. Kamu kan jauh dari orang tua dan kamu itu perempuan. Aku merasa wajib menjaga kamu." Hendra menghela napas. "Maaf Anita, aku nggak bisa menjalin hubungan lebih dari sahabat sama kamu."

"Tapi aku cinta sama kamu, Hendra. Aku bela-belain pisah sama orang tua biar bisa lebih deket sama kamu. Tapi ternyata kamu kayak gini!"

"Kalau begitu kamu pulang ke Bandung. Kembali lagi sama orang tua kamu. Karena kalau kamu di sini demi aku, itu bakalan percuma."

"Jadi sekarang kamu ngusir aku?!" Suara Anita meninggi. Membuat Hendra terperanjat.

"Bukan begitu, Nit. Aku cuma—"

"Nggak nyangka ya ternyata kamu sama aja kayak cowok lain. Tukang PHP!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Anita bangkit lalu pergi dari restoran. Sedangkan Hendra masih tidak percaya dengan apa yang terjadi beberapa detik yang lalu. Anita ... Ternyata seperti itu aslinya?

***

A/N
Pendek lagi, tapi sikapnya Anita bikin geleng-geleng kepala LOL

After Your'e Gone [New Version - END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang