AYG -18- Buyar

464 28 5
                                    

Jadi begini, akhir persahabatan kita?
-Irawati-

==========
-18- Buyar
==========

Semakin malam, tamu undangan mulai menyurut. Kembang api dan petasan mulai dinyalakan, menambah euforia setelah pelemparan buket bunga.

Namun itu semua tidak berlaku bagi Ira, sebab dia menyimpan kekesalan pada Hendra lantaran pemuda itu terus mengikutinya. Ira pikir setelah menolak buket bunga itu, Hendra kapok. Kenyataannya justru sebaliknya.

Seperti sekarang, saat Ira hendak mengambil sirup di stan minuman, Hendra sudah setia berjalan di belakangnya.

"Kenapa kamu mengikuti saya dari tadi?" tanya Ira to the point.

"Siapa yang mengikuti kamu? Saya juga mau minum." Hendra mengambil gelas berisi sirup berwarna merah. Lalu tersenyum lebar kepada Ira.

Ira memutar bola matanya.

"Apa kamu juga mau nanya, kenapa saya ngambil sirup yang sama kayak kamu?"

"Enggak."

Hendra meminum sirupnya. Ekor matanya melirik gadis yang berdiri di sampingnya.

"Selamat malam semua."

Perhatian Hendra dan Ira seketika beralih ke pelaminan. Di sana ada Danu yang tadi mengucapkan selamat malam.

"Malam ini, di hari spesial teman saya, saya akan mengungkapkan perasaan saya kepada seseorang. Sudah lama sekali saya memendamnya. Tepatnya sejak SMU."

Ketika Danu mengatakan itu, Mita datang menghampiri Ira. Mata gadis tomboy itu terlihat berseri-seri. Ira tahu pasti Mita sangat berharap jika dialah gadis yang dimaksud Danu.

"Ra, lo masih inget chat Danu, kan?" tanya Mita dengan semangat menggebu-gebu.

"Iya. Masih," jawab Ira singkat. Dan matanya kembali fokus menatap Danu. Di saat yang sama Danu juga menatap ke arahnya. Atau mungkin ke Mita, batin Ira berbisik.

"Saya rasa, malam ini adalah waktu yang tepat untuk dia tahu perasaan saya yang sebenarnya. Perempuan yang saya maksud ada di sini. Dia sedang menatap saya."

Hendra yang mendengar sontak memandang Ira dan Mita secara bergantian. Pemuda itu merasa kalau perasaan Danu tertuju pada....

Dengan membawa mikrofon, Danu berjalan mendekati tempat Ira, Hendra dan Mita berada. Tiba di sana, Danu menatap satu per satu dua gadis di hadapannya. Di tempatnya, Mita tanpa sadar meremas tangan kanan Ira karena saking deg-degannya. Sedangkan Ira terlihat biasa saja.
"Dan gadis itu, adalah kamu...." Tangan Danu meraih tangan Ira. Hingga membuat Ira dan seluruh tamu undangan terbelalak. "Aku suka sama kamu, Ira. Aku mau kita... Menjalin hubungan lebih dari sahabat. Apa kamu juga mau?"

Ira mematung. Mendadak seluruh sistem sarafnya lumpuh setelah mendengar pengakuan Danu. Bahkan Ira tidak berani menoleh ke gadis di samping, apa lagi membayangkan perasaannya saat ini. Yang Ira rasakan, Mita sudah melepas genggaman tangannya.

"Jadi ternyata selama ini kamu suka sama Ira?" Jojo tiba-tiba datang entah dari arah mana. "Terus maksud peraturan yang kamu buat sendiri apa Nu?!"

Danu diam.

"Sejak kapan rasa itu ada? Jangan-jangan waktu Alvi masih hidup kamu udah punya perasaan sama Ira?" tanya Jojo lagi. Tapi Danu masih enggan membuka mulut. Dan itu membuat Jojo emosi.

"Jawab Nu! Jangan diem aja! Tadi kamu berani nembak Ira, sekarang aku tanya kamu nggak jawab!"

Danu menghela napas. "Iya. Aku suka sama Ira sejak Alvi masih hidup."

Jawaban itu sukses membuat Jojo semakin emosi. Dia hampir saja menyerang Danu jika Hendra tidak segera memisahkan mereka.

"Tahan emosi kamu, Jo. Kita masih di tempat acara teman kamu," kata Hendra menenangkan Jojo.

Danu masih terpaku di tempatnya. Dia tahu sekali Jojo tidak suka dengan penghianatan. Jojo sangat menjunjung tinggi kejujuran. Maka sangat wajar jika saat ini Jojo marah padanya.

Di sisi lain, akhirnya Ira memberanikan diri menoleh ke Mita. Ira bisa melihat jelas raut wajah Mita sudah berubah.

"Ta, aku—"

Belum sempat Ira berujar, Mita sudah pergi. Ira segera mengejarnya.

"Mita, aku bisa jelasin."

Mita berhenti. Lalu membalikkan tubuhnya ke belakang. "Apa yang lo mau jelasin? Semua yang gue lihat tadi udah jelas, Ra! Pantes aja lo kelihatan biasa aja, karena lo udah tahu kan cewek yang dimaksud Danu itu elo."

"Enggak Ta, aku sama sekali nggak tau."

"Lo pikir gue percaya? Sori Ra, kayaknya persahabatan kita cukup sampai di sini."

Seluruh tubuh Ira menegang setelah Mita mengatakan kalimat itu. Dan kini, dia membiarkan Mita pergi. Namun sesak yang menghimpit semakin terasa. Bola matanya mulai memanas.

Mita. Sahabatnya. Orang yang selalu menemaninya di saat suka maupun duka. Karena Mita, Ira bisa lebih betah di sekolah. Karena Mita, Ira bisa bangkit dari keterpurukannya. Karena Mita, Ira bisa membuat komik.

Jika Mita pergi meninggalkannya, kepada siapa lagi Ira berkeluh kesah? Kepada siapa lagi Ira bertanya-tanya tentang komik?

Ira tahu, Mita pasti butuh waktu. Ira yakin, sahabatnya itu pasti kembali.

***


Kira-kira jawaban Ira buat Aa' Danu apa ya?




After Your'e Gone [New Version - END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang