==========
-17- Buket Bunga
==========Hari H yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Joni dan Sarah akan melangsungkan akad nikah beberapa jam lagi. Kini pasangan calon pengantin itu sedang mempersiapkan diri di tempat masing-masing.
Pasangan yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun itu tak mau menunda-nunda niat baik ini. Keduanya sudah mantap melegalkan hubungan di mata agama dan negara. Keluarga dari kedua belah pihak pun setuju dengan keputusan itu. Selama hampir lima bulan persiapan, pernikahan impian Sarah dan Joni akan segera terwujud.
Ira dan Mita yang hari ini menjadi pager ayu mengantarkan Sarah menuju tempat akad nikah. Nuansa out door menjadi pilihan Joni dan Sarah. Semoga saja sampai acara selesai, hujan tidak turun.
Kini kedua calon pengantin sudah duduk di depan penghulu dan ayahnya Sarah. Sarah kemudian meminta ayahnya menikahkannya. Suasana haru pun menyelimuti prosesi tersebut. Yang membuat Sarah sedih tidak ada sosok ibunya yang menyaksikannya menikah. Ibu Sarah sudah meninggal sejak Sarah berumur lima tahun setelah melahirkan anak kedua.
Acara akad nikah berjalan dengan lancar. Kalimat sah dan hamdalah menjadi pertanda bahwa kini Joni dan Sarah resmi menjadi pasangan suami istri. Dulu ketika Alvi masih hidup, keempatnya pernah berjanji jika salah satu di antara mereka ada yang menikah, ada yang menjadi saksi. Maka kini saat Joni yang pertama kali menikah, Jojo dan Danu menjadi saksi pernikahan.
***
Hendra baru tiba sekitar pukul dua siang. Dia memang tidak diundang, Hendra hanya mewakili Mayang yang tidak bisa hadir di pernikahan sahabat Alvi. Mayang diundang karena pasangan pengantin itu memakai jasa wedding organizer yang dikelola Mayang.
Dunia memang sempit. Sarah baru mengetahui kalau Mayang adalah ibu sambung Hendra dan Mayang juga baru mengetahui kalau yang menikah adalah sahabat dari saudara kembar anaknya.
"Selamat menempuh hidup baru buat kalian. Maaf Mama nggak bisa datang." Hendra memberikan ucapan selamat sekaligus titipan kado dari Mayang.
"Makasih banyak ya, Pi." Kalimat Joni terputus karena salah menyebut nama. "Maksudnya Hendra."
Hendra tersenyum kikuk. Tidak merasa tersinggung. "Sama-sama."
"Kamu udah punya pacar atau istri?" tanya Joni tiba-tiba.
"Boro-boro istri, pacar aja belum."
"Wah kebetulan tuh, kita punya dua stok cewek yang masih jomblo. Yang lagi sendirian sama yang lagi ngobrol di sana."
Dua cewek yang dimaksud Joni adalah Ira dan Mita. Kedua gadis itu sedang berada di tempat terpisah. Mita sedang berbaur dengan teman-teman saat SMU dulu. Sedangkan Ira duduk sendirian sambil memegang sebuah benda entah apa. Dan Hendra mengalihkan pandangannya ke arah Ira.
"Dulu, dia yang paling dekat sama Alvi. Sebenarnya dia anak yang aktif. Tapi setelah Alvi meninggal... Dia berubah," ujar Sarah.
"Berubah gimana?" tanya Hendra.
"Ya kamu lihat aja. Dia duduk sendirian sambil megang gantungan kunci pemberian Alvi." Joni yang menjawab.
Hendra manggut-manggut. Kemudian, Hendra pamit dan menghampiri Ira.
"Boleh saya duduk di sini?"
Ira menoleh, terperanjat dengan kedatangan Hendra. "Boleh."
Hendra pun duduk di kursi samping Ira. "Kamu nggak gabung sama mereka?"
Ira menggeleng.
Hendra tidak kehabisan akal, dia ingin membangun komunikasi dengan gadis di sebelahnya. "Kamu suka Doraemon?"
"Tau dari mana?"
"Itu, gantungan kunci kamu bentuknya Doraemon, jepit rambut kamu ada gambar Doraemon. Lucu sih, udah sebesar ini kamu masih suka sama kartun anak kecil."
"Memangnya kenapa kalau saya suka kartun anak kecil?"
Hendra tersenyum. Yes, akhirnya dia mau ngomong. "Tenang. Saya juga suka Doraemon. Setiap hari Minggu saya pasti selalu rebutan tv sama Mama, gara-gara Mama mau nonton reality show, saya mau nonton Doraemom."
"Oh ya?"
"Hm. Walaupun saya bisa nonton di mana saja, tapi kalau belum bikin Mama kesal, rasanya kurang puas."
Kata-kata Hendra sontak membuat Ira teringat dengan sang mama.
Hendra kemudian mengeluarkan ponsel dari saku jas-nya. "Saya boleh minta nomor kamu? Siapa tahu kita bisa jadi teman."
Ira tertegun. Ditatapnya ponsel bermerk apel tergigit itu. Sekelebat Ira mengingat pertama kali Alvi meminta ID LINE miliknya.
"Kalau kamu nggak mau, nggak papa. Saya nggak maksa."
Ketika Hendra hendak memasukkan ponselnya, Ira sudah mengambilnya terlebih dahulu.
"Saya catat." Ira kemudian mengetik nomor ponselnya. Begitu sudah di-save, Ira mengembalikannya. "Di misscall nanti aja. HP saya lowbatt, lupa bawa powerbank."
"Oke."
Tak lama setelah itu, MC memberitahu kalau ini saatnya prosesi yang dinanti-nanti. Yaitu pelemparan buket bunga. Konon barang siapa yang berhasil menangkap buket itu, maka orang itu akan segera menikah. Karena itu, kini tamu undangan yang belum menikah sudah berdiri. Bahkan Jojo sudah berdiri di barisan paling depan. Sedangkan Hendra dan Ira turut berdiri tetapi tidak tertarik menangkap buket bunga.
"Kamu mau coba nangkap?" tanya Ira.
"Nggak. Saya nggak percaya sama begituan."
Ira manggut-manggut.
Kemudian, mendadak suasana menjadi riuh setelah Joni dan Sarah melempar buket bunga ke arah tamu undangan. Mereka bertanya-tanya siapa yang berhasil menangkap buket bunga. Ketika beralih ke arah belakang, seluruh mata tertuju pada satu pasangan.
Bunga tersebut jatuh tepat di antara kaki Hendra dan Ira. Keduanya masih terdiam, tidak ada satu pun yang berniat mengambil buket bunga. Sampai akhirnya Jojo datang lantas mengambil buket bunga tersebut.
"Nih pegang." Jojo memberikan buket bunga tersebut pada Hendra. "Sekarang kasih bunga ini ke perempuan yang ada di sini."
Hendra menatap buket bunga itu sebentar. Tanpa ragu, ia menyodorkan buket bunga ke hadapan Ira. "Buat kamu."
Ira menatap pemuda itu dan buket bunga secara bergantian. Ira ingin menerima bunga tersebut, tetapi dia ragu.
"Ira. Kamu nggak mau bikin tangan saya kesemutan, kan?"
"Maaf. Saya rasa bunga ini pantasnya diberikan ke perempuan lain. Bukan saya."
Penolakan Ira secara halus itu sedikit membuat hati Hendra kecewa. Hendra sadar, wajar saja Ira menolaknya karena baru saling kenal.
***
A/N
Part 18 siap-siap ya....
KAMU SEDANG MEMBACA
After Your'e Gone [New Version - END]
General Fiction[seri bestfriend #2 -Ira-] Cover by @windastoryseries Ikhlas adalah suatu hal yang mudah diucapkan, namun sulit untuk dilakukan. -Irawati Ira dan Hendra, dua anak manusia yang di pertemukan oleh takdir. Berkat pertemuan itu, Hendra membuat tantangan...