chapter 5

11.8K 113 0
                                    

Rara POV

Menangis memang bukan cara terbaik untuk bisa menyelesaikan masalah tapi aku harus apa, apa mungkin ini sudah jalan takdirku.

Suara pintu kamar terbuka,
Itu pasti mama.

"Sayang, kamu dengerin mama kami cuman ingin yang terbaik buat kamu sayang"

Ku balikan tubuhku yang sedari tadi membelakangi mama agar bisa berbicara dengannya

"Tapi mah, knp harus begini sihh rara kan juga bisa cari calon suami sendiri"
Ucapku sambil masih sesekali sesegukan

"Hmm memang kamu udah punya calon suami " ucap mama dengan nada lembutnya

"Ya enggak sihh mah,tapi kan rara ngerasa kayak nggak laku aja sampai di jodoh-jodohin gini"

"Hahaha, enggak sayang masa anak mama yang cantik ini gak laku. Cuman ini semua memang udah di rencanain dari kalian masih kecil sayang, lagian dia itu baik lo ra ganteng lagi" ucap mama sambil sedikit terkekeh

"Emang siapa sihh mah orang yang mau di jodohkan sama rara sampai papa itu kayak muji-muji dia banget "
Ku tegakkan tubuhku dan ku hapus sisa air mata yang masih ada di wajahku
Aku sekarang merasa penasaran siapa laki2 itu

"Hmm siapa yahh....
Kalo gak salah namanya haris"

Hah..... Haris enggak, gak mungkin haris CEO yang menyebalkan itu kan,
Mending aku tanyain lansung ke mama

"Haris? Haris siapa mah kata ayah tadi dia itu CEO . emang dia kerja di mana mah"

"Dia itu kerja di perusahaan tempat kamu kerja sayang itu kan Perusahaan milik keluarga dia"

Astaga jadi beneran haris yang itu aduhh...

"Mahh dia itu laki-laki yang paling menyebalkan, kaku ,gak pernah senyum, udah begitu hidup lagi huhh "

"Husss kamu ngomong apaan sihh mama sama papa itu cuman pengen yang terbaik untuk kamu sayang. Lagi pula kan dia itu ganteng yaaa walaupun agak kaku dikit sihh"

Bagaimana mungkin aku di jodohkan dengan dia..

****

Telat lagi, telat lagi ini itu semua gara cowok menyebalkan itu aku memikirkan semua itu sampai larut malam sehingga aku terlambat bangun

Mungkin aku akan tambah kurus sekarang setiap hari lari terus

Tiba-tiba.........

Bruk...
Siapa sekrang yang aku tabrak tapi tunggu ini nyaman banget siapa yahh yg ku tabrak.

ku angkat kepalahku ke atas untuk melihatnya.

"Ehh.. Pak haris.
Pagi pak"

"Pagi"

Apakah aku punya kebiasaan baru menabrak dia setiap pagi sebelum masuk kantor.

Dan liat muka nya dia memang membalas ucapan ku tp muka nya itu datar banget.

Haduhh knp malah mikirin dia siihh aku bisa telat beneran ini...

****
(Ruangan divisi)

Akhirnya aku gak telat juga gak sia sia aku lari tadi.

"Ehh ra loe knp ngos-ngosan gitu kayak orang habis di kejar anjing komplek aja Loe"
Tanya riska

"Loe gak tahu aja gue tadi lari bahkan udah Kayak orang di kejar-kejar sama
Depcolektor tau gak karna takut telat"
ucapku masih agak ngos-ngosan.

"Astaga ra loe punya utang sama rentenir sampai di kejar-kejar kayak gitu"
Timpal lilis

"Siapa yang punya utang tama rentenir sihh lis..??"

"Tadi kamu bilang di kejar2 sama depcolektor"

"Astaga lis maksud aku itu aku takut telat jadinya aku sampai lari-lari tadi kayak orang di kejar sama depcolektor"
Kutekankan kata kayak agar lilis paham

"tuhkan ra, kamu bilang gitu emang kamu punya utang Berapa ra sampai di kejar-kejar kayak gitu"

"Tau dehh lis serah lu mau bilang apa"
Lebih baik aku kerja dari pada dengerin lilis ngomong gak nyambung-nyambung

"Ihh ris rara kenapa sihh"

"Gak tahu"
Kulihat riska hanya menjawabnya acuh...

****

"Ehh ra, lis liat tuhh pak haris hari ini ganteng banget tahu gak"

"Iyya ris"
Jawab lilis

"Ahh biasa aja.."
Jawabku acuh

"Ahh elu mah, ehh tapi tunggu dehh kayaknya pak haris jalan kesini dehh"ucap riska heboh

"Mana-mana"
Ucap lilis semangat

Tap tap tap..

Haris Sudah sampai di depan ku

"Rara ada yang ingin saya bicara dengan kamu, kamu ssekrang ke ruangan saya"ucap nya masih dengan ekspresi datar nya itu

"Baik pak"
Segera ku ikuti dia ke ruangannya

"Duduk ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu"

"baik pak"

"apa kamu sudah tahu tentang perjodohan kita"
Ucapnya to the poin

"Iyya pak "

"Apa kamu setuju"

"Bapak sendiri bagaimana"

"Ya, saya sudah menyetujuinya "

Bagaimana aku bisa tau kalo dia menerimanya secara ikhlas atau justru terpaksa
Muka nya itu datar sekali tidak menappakkan ekspresi apapun

"Saya juga sudah menyetujuinya pak"
Ucapku akhirnya

"Sekarang kamu ikut saya kita akan ke toko perhiasan untuk mencari cincin"

Hah... Mendadak sekali, dia itu ngebet nikah atau gimana sihh

"Apa Nggak terlalu cepat pak"

"Tadi bunda telfon dia bilang kalo kamu sudah setuju kita lansung pergi ke toko perhiasan buat belli cincin"

"Oh"

aku akhirnya hanya menganggukkan kepalaku
Ku ikuti dia Sampai ke bascam untuk mengambil mobil

Setelah sampai di mobilnya dia lansung masuk ke mobilnya apa itu biasanya orang akan membukakan pintu untuk pasangannya sedangkan dia huh

Udah ra jangan mimpi

Aku lansung masuk ke mobilnya..

selama Perjalanan tidak ada pembicaraan Dn suara sedikitpun bahkan suara nyamuk Tidk ada
***
(toko perhiasan)

"Mbak kita mau lihat cincin pernikahan"
Ucapku

"iya mbak silahkan ini adalah  koleksi cincin terbaik yang kami punya "ucap karyawan itu ramah

Wahh. ini cincin bagus banget  pasti harga nya juga mahal walaupun aku dari keluarga berada tapi aku sangat jarang membeli perhiasan bahkan mungkin tidak pernah

"Yang ini berapa mbak"
Tanya ku lagi

"Ini cuman 200 juta mbak"
Gila 200 juta dia bilang cuman gak slah tuhh orang

"Kalo gitu kita ambil yang ini, mbak ini saya bayar pakai ini"
Jawab haris dan segera mengeluarkan. kartu ATM nya

"Gak slah pak in tuhh mahal banget "
Ucapku Dan dia hanya mengambil cincin itu dan kembali ke mobilnya orang itu benar-benar yahh

"Gak papa kali mbak,ini kan untuk sekali seumur hidup" ucap karyawan itu lagi,
aku hanya tersenyum dan segera menyusul pak haris

*****

Typo selalu bertebaran di mana mana guys

Cold CEO Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang