Sesuai perjanjian dan juga keberhasilan Jimin membuat nilai Taehyung meningkat dalam 3 tesnya, kini ia sudah diberi ponsel oleh sang sahabat.
Tidak semua uang Taehyung, karena Jimin tetap menggunakan sisa uang yang ia punya, tidak mau seluruhnya dibebankan pada pemuda yang lebih muda 2 bulan darinya tersebut. Walau dia tidak tahu sih, jika anak bangtan yang lain pun ikut berkontribusi dalam hal itu.
Tapi Jimin melupakan satu hal penting, soal alasan yang akan ia berikan pada kedua orang tuanya. Karena mereka pasti tahu jika dirinya tidak mungkin mendapatkan uang untuk membeli ponsel tersebut.
Satu keberuntungan bagi Jimin, karena malam ini sang ayah membawa teman-temannya ke rumah, itu artinya, ia akan diusir untuk mengungsi ke tempat lain. Dengan senang hati, Jimin pergi ke luar rumah menghindari teman-teman sang ayah yang sama tidak beresnya dengan beliau.
Tadinya sih begitu..
Sebelum ia sadar tidak membawa uang sama sekali saat sudah keluar dari rumah, biasanya Jimin akan menginap di restoran Eunhyuk yang tersedia satu kamar di bagian belakang, atau jika tidak ia akan tidur di sauna.
Namun apa daya, Eunhyuk sedang pulang ke kampung halamannya, otomatis restoran pun tutup sampai ia pulang, dan Jimin tidak membawa uang, sungguh hebat sekali.
Kaki pendek itu melangkah menyusuri gang sempit dekat rumahnya, kalau ia kembali ke rumah untuk mengambil uang, bisa-bisa sang ayah mengamuk. Sudah jadi tradisi jika teman-teman ayahnya datang, beliau tidak ingin diganggu dengan keberadaan Jimin.
Entah apa yang dilakukannya tanpa sepengetahuan sang anak, toh Jimin juga tidak peduli.
"Ah. Aku harus ke mana ini?" Jimin bergumam sambil mengeratkan jaket yang ia pakai, malam ini udara cukup dingin. Mendadak ia mengingat markas bangtan, apa tidak masalah ya jika Jimin menginap di sana malam ini?
Lengannya otomatis ia gerakkan untuk mengambil ponsel di saku celana, kemudian mengecek grup chat mereka. Sempat berpikir tidak jadi karena tidak mau merepotkan lagi, tapi bagaimana jadinya jika ia malah harus tidur di jalanan?
Akhirnya Jimin memutuskan untuk benar-benar meminta izin saja menumpang di sana. Tidak lama, terdapat balasan dari Seokjin, menanyakan keberadaannya.
Baru akan mengetik balasan, ponselnya sudah berdering.
Taehyung is calling.
"Halo, Tae?"
"Kau di mana Jim? Seokjin-hyung dan Hopi-hyung akan menjemput."
"Em. Aku ada di dekat rumah, tapi kutunggu di depan restoran saja bagaimana?"
"Baiklah akan kusampaikan, tunggu ya."
"Um. Terima kasih Tae." Jimin kembali memasukan ponsel pada saku, kemudian berjalan pelan ke arah restoran.
Hanya beberapa menit menunggu, mobil Seokjin sudah sampai, Hoseok turun dari bangku samping kemudi dan mendekati Jimin dengan raut khawatir.
"Jim, kau tidak apa? Mengapa ada di luar? Ayahmu kumat lagi? Apa kau terluka?" bukan, itu bukan Hoseok yang bertanya, melainkan Seokjin yang entah sejak kapan berada di belakangnya.
"Jin-hyung ya ampun pertanyaannya. Baru saja aku yang akan bertanya!" Hoseok memprotes karena didului Seokjin saat akan menyapa Jimin.
"Tidak apa kok hyung. Hanya saja, appa sedang membawa teman-temannya di rumah, dan biasanya mereka memang tidak mau diganggu, eomma juga entah sedang pergi ke mana." jelas Jimin setelah terkekeh dengan protesan Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Walk Alone√
Fanfiction[Completed] Jimin selalu sendirian dalam hidupnya, ia tak pernah menerima kasih sayang baik dari orang tua ataupun orang-orang di sekelilingnya. Namun kehidupannya berubah ketika ia mengenal Taehyung dan ke 5 sahabatnya, mereka membuat hidupnya leb...