Seingat Jimin, kemarin ia tidak melakukan kesalahan apa pun. Namun pagi ini sang ibu marah besar dan menahannya di rumah agar tidak bisa berangkat sekolah.
Ia sampai harus berbohong pada Taehyung yang menelepon karena dirinya tak kunjung datang. Ini pertama kali Jimin membolos sekolah, biasanya saat sakit pun ia akan memaksakan diri untuk tetap hadir.
"Maaf Tae, eomma memintaku untuk menemaninya menemui seorang teman, jadi aku tidak bisa masuk hari ini. Maaf sekali sudah membuat kalian menunggu."
Jimin tertawa miris saat kembali membaca pesan yang ia kirim pada Taehyung. Mengantar apanya? Pergi berdua bersama sang ibu pun ia tidak pernah, berlama-lama ada di satu ruangan bersama pun tidak pernah, berbincang banyak hal pun, mustahil.
Waktu yang ia habiskan paling banyak adalah saat di sekolah - tempat bekerja - kamar. Tentu saja, itu sebelum mengenal anggota bangtan. Jimin banyak mendapat kesempatan untuk pergi ke tempat-tempat lain hanya saat bersama mereka.
Mengingat bangtan, Jimin kembali merasa sesak. Seharusnya hari ini ia ikut bersama mereka pergi ke apartemen Yoongi saat pulang sekolah. Karena sekarang adalah terakhir kalinya mereka dalam formasi lengkap. Setelah beberapa hari menunggu ada keajaiban, nyatanya sang kakak memang benar harus pergi.
Setelah hari itu, suasana di antara mereka tidak terlalu menyenangkan, terutama karena Jungkook dan Taehyung yang mendadak jadi pemurung.
Jimin selalu heran. Di setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, di antara semua yang mengatakan akan tetap berada di sisi kita pasti ada yang pada akhirnya akan pergi juga, bahkan ketika seseorang bersikeras ingin selalu ada untuk kita, kematian masih bisa merenggutnya. Tidak ada yang benar-benar tinggal. Ia tahu itu.
Namun mengapa rasanya masih tetap begitu menyakitkan?
Andai bisa, Jimin ingin terus bersama mereka, melihat senyum mereka, saling bercanda dan tertawa bersama, berbagi beban bersama, menghabiskan waktu bersama, selamanya. Namun ia tahu itu mustahil. Setelah Yoongi, Namjoon, Seokjin dan Hoseok pun akan memulai perjalanan mereka yang baru. Setahun kemudian ia dan Taehyung akan lulus dan mencari jalan masing-masing.
Waktu itu pasti akan tiba juga.
Dering telepon menghentikan pikiran Jimin yang mulai bercabang. Ponsel dalam genggaman bergetar, menunjukan nama Hoseok di layarnya.
"Halo, hyung?" sapa Jimin, ia melirik jam di dinding, dan mengira saat ini teman-temannya pasti sedang berada di kantin.
"Nanti siang kau bekerja? Kami akan datang ke restoran Eunhyuk-hyung."
"Iya aku bekerja, sampai ketemu di--"
"PARK JIMIN! BERHENTI BERDIAM DIRI DI KAMAR DAN CEPAT BERESKAN BARANGMU!" bentakan sang ibu yang dibarengi dengan suara pintu di buka secara kasar membuat Jimin terlonjak dan hampir menjatuhkan ponselnya.
"Jimin, siapa itu? Apa yang terjadi?" terdengar suara panik dari seberang telepon.
"Hyung, nanti aku kabari lagi ya." tanpa menunggu jawaban, Jimin mematikan ponselnya dan menatap sang ibu yang kini sibuk menurunkan baju-bajunya.
"Apa yang kau lakukan, eomma?!"
Segera ia turun dari ranjang dan menghampiri Eunji yang sedang susah payah mengambil koper dari atas lemari, setelah berhasil, ia membuka koper itu dan memasukkan baju-baju Jimin secara asal ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Walk Alone√
Fanfic[Completed] Jimin selalu sendirian dalam hidupnya, ia tak pernah menerima kasih sayang baik dari orang tua ataupun orang-orang di sekelilingnya. Namun kehidupannya berubah ketika ia mengenal Taehyung dan ke 5 sahabatnya, mereka membuat hidupnya leb...