Seokjin menatap dengan khawatir saat Jimin datang bersama Yoongi dan Namjoon, "Kau sudah baik-baik saja?"
"Aku baik hyung, saat bangun pusingnya sudah tidak terasa lagi. Obat yang kemarin cukup ampuh ternyata hehe." Jimin tidak bohong, saat terbangun pagi kepalanya sudah kembali normal walau tubuh masih terasa lemas.
"Baguslah, kami khawatir kau sakit yang macam-macam jika keluhannya adalah pusing di kepala." ujar Seokjin.
Jimin hanya tersenyum dan memandang sosok lain, semua lengkap sudah menunggu kedatangannya seperti biasa, pun Jihoon yang berdiri tak jauh dari Jungkook.
Untuk menghemat waktu mereka segera masuk ke dalam van dengan Taehyung yang entah mengapa ngotot ingin duduk di samping Jimin.
"Hyung-deul, sebenarnya ada yang ingin Jihoon sampaikan pada kalian." ucap Jungkook usai mereka duduk manis di dalam mobil. Dan sontak membuat seluruh atensi di sana beralih pada Jihoon yang terlihat canggung.
"Itu.." Jihoon terlihat ragu dan berkali-kali melirik Jungkook untuk mengumpulkan keberanian.
"Katakan saja, jangan tegang begitu." Namjoon terkekeh karena melihat sedikit kecemasan di raut wajah Jihoon.
"Itu. Bibiku meminta kalian untuk makan siang bersama di apartemen kami. Katanya ingin mengenal teman-temanku." Jihoon akhirnya berucap setelah diyakinkan.
Semua terdiam dalam beberapa dekit hingga Taehyung memecah keheningan, "well, kalau begitu, ayo?"
Hoseok tergelak mendapati wajah Taehyung yang kalau sedang canggung terlihat begitu konyol, pun Jihoon terlihat begitu kaku. Ayolah, mereka kan bukan diminta untuk membantu yang susah-susah atau apa, mengapa rasanya tegang sekali?
"Tapi Jimin-hyung bagaimana?" Jihoon melirik ragu-ragu pada Jimin yang duduk di bangku depannya.
"Oh iya, Jimin harus bekerja." Taehyung menghela napas, tidak bersemangat lagi.
"Em. Aku diberi libur oleh Hyukie-hyung. Tadinya berniat akan tetap bekerja, tapi jika kau ingin aku ikut, tentu saja aku tidak keberatan." Jimin tersenyum tipis, membuat ekspresi Jihoon berubah seketika.
Dengan senyum lebarnya ia berkata, "terima kasih, hyung!"
"Memangnya kenapa kau diberi libur, Jim? Lalu apakah tidak masalah dengan ayahmu jika kau tidak membawa uang pulang nanti?" Yoongi yang sedari tadi diam kini menyahut.
"Itu karena semalam saat aku membeli makan di restoran, Hyukie-hyung mendapati wajah pucatku. Kemarin aku benar-benar lelah, jadi hyung memaksa agar hari ini libur saja. Uangku juga masih ada kok, hyung." jelas Jimin, membuat semuanya mengangguk paham.
"Beri pesan pada bibimu, Hoon. Pasukan perusuh siap datang." ujar Hoseok masih terkekeh pelan.
Jungkook tersenyum cerah melihat kedekatan mereka, sejak awal ia selalu berpikir apakah benar keputusannya untuk membawa serta Jihoon dalam geng mereka? Berkali-kali merasa bersalah jika kecanggungan terjadi satu sama lain.
Walau terkadang Jihoon terlihat seperti biasa-biasa saja, namun ada kala sang teman begitu cemas, takut ada yang terganggu dengan keberadaannya. Padahal sudah Jungkook bilang, semua kakaknya itu adalah sosok-sosok baik yang sudah paham betul dengan kehidupan, tidak akan menjudge orang lain begitu saja.
Senyuman juga kekehan di pagi ini terdengar begitu indah, seindah ikatan mereka yang setiap harinya semakin menguat.
.
"Di mana Yoongi-hyung dan Namjoon-hyung?" tanya Taehyung yang melihat Hoseok dan Seokjin hanya berjalan berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Walk Alone√
Fanfiction[Completed] Jimin selalu sendirian dalam hidupnya, ia tak pernah menerima kasih sayang baik dari orang tua ataupun orang-orang di sekelilingnya. Namun kehidupannya berubah ketika ia mengenal Taehyung dan ke 5 sahabatnya, mereka membuat hidupnya leb...