"Jimin-ah, kau mau ke mana?!" Hoseok panik melihat Jimin mendadak bangkit dari ranjangnya.
"Aku ingin pulang sunbae. Toh dengan keadaan seperti ini aku tak akan bisa mengikuti pelajaran dengan baik."
"Kalau begitu, biar kami antar ke rumahmu ya." tawar Seokjin sambil membantu Jimin bangkit.
"Tidak perlu sunbae, terima kasih." Jimin tersenyum tulus pada Seokjin. Mereka tak ingin memaksa jika memang Jimin tidak ingin diantar. Mereka mengerti pasti Jimin akan sungkan untuk dekat lagi dengan mereka setelah kejadian tersebut.
Jimin melangkah perlahan menuju pintu ruang kesehatan, langkahnya terhenti ketika melihat Taehyung yang berada di depannya.
"Mau ke mana Jim?" tanya Taehyung dengan khawatir.
"Aku ingin mengambil tasku di kelas dan izin pulang." jawab Jimin pelan.
"Mau aku antar?"
"Tidak perlu, Taehyung-ssi." Jimin menjawab dan melanjutkan perjalanannya ke kelas.
Taehyung ingin memaksa Jimin namun lengannya ditahan oleh Yoongi.
"Biarkan dia sendiri dulu Tae, kita tidak bisa memaksanya setelah kejadian yang dia alami tadi."
"Tapi aku khawatir hyung, keadaannya saja belum pulih. Bagaimana dia bisa pulang?"
"Aku tahu, tapi aku yakin Jimin bisa. Dia itu kuat Tae." Yoongi mencoba menenangkan Taehyung lagi. Dan Taehyung pun menyerah, ia duduk di salah satu bangku di ruang kesehatan itu.
"Apa yang harus kita lakukan hyung-deul? Aku benar-benar tidak ingin melihat Jimin tersiksa karena dekat dengan kita lagi." tanya Taehyung dengan raut wajah sedih.
"Aku dan Namjoon akan mengurusnya, kami akan memastikan bahwa tidak ada yang bisa menyakiti Jimin lagi. Sebenarnya akan lebih mudah jika Jimin masuk ke kelompok kita, tapi aku ragu ia akan setuju."
"Benar kata Yoongi. Kita lakukan apa yang kita bisa. Lindungi Jimin dari jauh, aku yakin Namjoon dan Yoongi memiliki kekuasaan yang cukup untuk mengatasi pembullyan di sekolah ini." ucap Hoseok.
"Hoseok benar. Aku akan mengusahakan yang terbaik untuk Jimin, jadi kau bisa tenang Tae." Namjoon menepuk pundak Taehyung pelan.
"Terima kasih, hyung."
-----
Jimin berjalan perlahan ke arah halte di dekat sekolah mereka. Badannya sakit luar biasa, namun bukan Jimin namanya jika tak bisa menahan rasa sakit itu.
Jimin berbohong pada yang lain, ia tidak akan pulang melainkan ke restoran tempatnya bekerja. Ia tak mungkin melewatkan jam kerjanya karena itu artinya dia tidak bisa membawa uang untuk kedua orang tuanya. Jika itu terjadi luka yang di dapatkannya akan bertambah banyak.
Bus datang dan Jimin segera masuk, ia hanya memandang keluar jendela bus di perjalanannya. Bayangan hangat teman-teman Taehyung mendadak menghampiri pikirannya. Ia sangat bahagia tadi, sempat merasakan bagaimana rasanya bisa bersama dengan orang lain. Selama ini ia selalu sendiri jika di sekolah.
Namun Jimin sadar, ia tak akan pernah bisa menjadi bagian dari mereka, karena status yang dimiliki mereka berbeda jauh dengannya. Ia membatalkan niat untuk membuka hati kepada mereka. Ia menyadari, takdirnya selalu berkata bahwa ia lebih baik sendirian.
Jimin turun di halte dekat tempat bekerjanya, kedatangannya di sambut oleh Eunhyuk yang terheran.
"Baru jam segini, kau sudah datang Jim? Ada apa ? Mengapa wajahmu terluka seperti itu?" Eunhyuk langsung menghampiri Jimin dan memeriksa luka di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Walk Alone√
Fanfic[Completed] Jimin selalu sendirian dalam hidupnya, ia tak pernah menerima kasih sayang baik dari orang tua ataupun orang-orang di sekelilingnya. Namun kehidupannya berubah ketika ia mengenal Taehyung dan ke 5 sahabatnya, mereka membuat hidupnya leb...