Pagi ini Jimin bangun dengan perasaan jauh lebih baik daripada kemarin. Ia bersyukur karena bisa menumpahkan bebannya pada sosok yang sudah dianggap sebagai kakak tersebut.
Dengan mengabaikan perdebatan kedua orang tuanya saat sedang memakan sarapan, Jimin berlalu pergi setelah membereskan bagiannya. Tidak mau ikut campur dengan apa pun yang sedang menjadi masalah kedua orang tua itu.
Berjalan dengan langkah ringan menuju halte tempat ia biasa menunggu geng bangtan. Senyumnya terukir tipis saat melihat ketiga sosok bersender pada mobil, dan sedang membicarakan sesuatu. Hoseok, salah satunya menyadari kedatangan Jimin.
"Pagi, Jimin-ah." sapanya saat jarak mereka hanya terpaut beberapa langkah. Namjoon dan Seokjin berada di kanan dan kiri pemuda tersebut.
"Pagi hyung-deul. Maaf membuat kalian menunggu, sudah lama?" tanya Jimin cemas, biasanya memang ia yang sering datang lebih dulu ketimbang mereka. Dan entah mengapa, kali ini dirinya merasa sedikit takut jika melakukan kesalahan.
"Tidak apa kok, biasanya juga kami sesekali menunggumu kan? Santai saja, Jimin-ah." Namjoon menepuk pundak Jimin.
"Ehehehe. Ayo berangkat!" Jimin berjalan mendahului ketiga kakak yang terlihat lega saat mendapati tingkahnya tersebut.
"Sepertinya ia baik-baik saja, Joon." ucap Hoseok dalam bentuk bisikan, yang diangguki oleh Namjoon di sampingnya, sedang Seokjin sudah masuk ke mobil.
"Jimin, kemarin kau tidak ada masalah apa pun kan?" tanya Taehyung saat mereka sudah lengkap di dalam mobil. Jungkook yang duduk di sampingnya menoleh karena penasaran.
"Eh? Aku tidak ada masalah apa-apa kok. Memangnya kenapa?" Jimin terlihat bingung saat mendapatkan pertanyaan tersebut.
"Tidak sih. Kemarin kau terlihat berbeda dari biasanya. Anggota lain pun merasakan hal itu. Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu jangan dipendam sendiri ya? Kita sudah mengenal cukup lama, aku tidak ingin ada dinding lagi di antara kita semua." tutur Taehyung.
Jimin terdiam, ragu untuk mengatakannya atau tidak. Toh hari ini ia sudah merasa baik-baik saja. Rasanya tidak enak jika harus dibahas kembali.
"Em.. Apa hyung terganggu dengan keberadaann Jihoon?" pertanyaan mendadak dari Jungkook membuat Jimin kaget.
"Bukan seperti itu! Aku sama sekali tidak terganggu dengan keberadaan Jihoon. Hanya saja, kemarin entah mengapa moodku memang buruk. Banyak sekali pikiran negatif yang mengganggu." Jimin tidak ingin Jungkook salah paham, maka ia memutuskan untuk menjelaskannya.
"Tapi sudah tidak apa kok. Aku juga tidak akan memasang dinding seperti dulu lagi." ia kembali mencoba meyakinkan semua sahabatnya.
"Baguslah jika begitu. Kami senang!" Taehyung menepuk pundak Jimin dengan kuat, membuat si korban mengaduh kemudian membalas perbuatannya. Seketika suasana mobil van ramai dengan candaan.
Semua keceriaan berubah dalam sekejap, ketika mereka sampai di dekat pintu gerbang sekolah, ada dua sosok yang sangat mereka kenal berdiri tidak jauh dari sana.
Hoseok meminta Seokjin untuk menghentikan mobil sebelum masuk ke dalam area sekolah, ia turun dengan tergesa, kemudian menghampiri kedua sosok tersebut.
Jimin menoleh ke samping kanan dan kirinya, mungkin hanya ia saja yang tidak mengenal kedua sosok itu sedangkan anggota bangtan yang lain menatapi Hoseok dengan khawatir. Seakan mengerti kebingungan Jimin, Jungkook menepuk pundaknya dan berkata pelan,
"Itu orang tua Hoseok-hyung. Jarang sekali kami melihat mereka mau mendekatinya seperti ini. Saat mengunjungi rumah Hoseok-hyung pun, mereka tidak menyapa kami sama sekali." penjelasan Jungkook membuat Jimin merenung, kembali mengingat tentang masalah dalam keluarga Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Walk Alone√
Fanfic[Completed] Jimin selalu sendirian dalam hidupnya, ia tak pernah menerima kasih sayang baik dari orang tua ataupun orang-orang di sekelilingnya. Namun kehidupannya berubah ketika ia mengenal Taehyung dan ke 5 sahabatnya, mereka membuat hidupnya leb...