Chapter 17

5.9K 615 74
                                    

Jimin duduk dengan tenang di depan kelas, menunggu sahabat-sahabatnya yang lain. Jaket ia rapatkan karena merasa sedikit tidak nyaman dengan murid-murid yang memperhatikannya.

"Jimin-ah!" Seokjin datang dari koridor sebelah kanan Jimin, menampilkan senyum hangatnya.

"Yang lain mana, hyung?" kening Jimin berkerut ketika tidak mendapati kehadiran yang lain.

"Mereka sudah pulang ke rumah masing-masing, kita akan ke rumahku lebih dulu, nanti yang lain menyusul." ucapan Seokjin membuat Jimin mengangguk, namun tersentak saat lengan pemuda tersebut menyentuh keningnya.

"Kau pucat sekali, Jim. Baik-baik saja? Saat istirahat makan tidak? Maaf kami tidak menemanimu hari ini." Seokjin menatap cemas, saat istirahat mereka memang tidak ke kantin bersama seperti biasanya, karena Taehyung menemukan Jimin yang tertidur di ruang kesehatan, terlihat lelah sekali hingga ia tidak tega untuk membangunkan.

"Aku belum makan apa pun sejak istirahat, hyung. Perutku sedang bermasalah lagi hehehe." Jimin menunjukkan cengiran polosnya, membuat Seokjin menghela napas.

"Jadi hanya sarapan pagi tadi saja?" tanya Seokjin, dibalas anggukan.

"Ya sudah, nanti di rumah kubuatkan bubur untukmu, sekarang ayo berangkat!" ajaknya.

Jimin hanya pasrah ketika lengannya dituntun oleh Seokjin, sudah berkali-kali ia berkata bisa untuk jalan sendiri, tapi sang kakak menolak keras.

Seokjin hanya cemas, ketika melihat wajah Jimin, siapa pun akan tahu jika pemuda mungil itu menahan rasa sakit. Senyum yang diselingi ringisan kecil, suara yang lemah, belum lagi wajah pucatnya. Ia tidak tega melihat sang adik seperti itu, ingin segera cepat sampai ke rumah, dimana dokter Cho sudah menunggu mereka.

.

"Hyung, bisa tolong lepaskan genggamanmu? Aku bisa jalan sendiri kok!" lagi-lagi Jimin protes saat mereka sudah memasuki gerbang rumah kediaman Kim yang mewah, dan Seokjin kembali menuntun Jimin.

"Tidak mau! Nanti kau hilang bagaimana?" tanya Seokjin.

"Bagaimana bisa aku hilang di wilayah rumahmu ini, astaga! Lagi pula, sakit hyung, hehehe."

Seokjin langsung melepaskan genggamannya, kemudian berbalik dan menatap Jimin dengan ekspresi khawatir dan juga bersalah, "maaf, aku lupa."

"Eh. Tidak apa hyung, aku mengerti kok." Jimin tersenyum lembut, mencoba menenangkan sang kakak.

Merekapun memasuki rumah keluarga Kim, yang menurut Jimin hampir tidak ada bedanya dengan milik Taehyung. Sepi. Hanya ada beberapa pelayan yang menyambut.

"Selamat datang, tuan muda. Tumben memanggilku?" sapa salah satu pria yang memakai jas putih khas dokter. Seokjin menyambut pria tersebut dengan senyum riang.

"Hyung! Lama tak jumpa. Dan sudah berapa kali kubilang, panggil Seokjin saja!" mereka berpelukan saling melepas rindu, sosok pria itu adalah dokter pribadi keluarga Kim. Cho Kyuhyun namanya.

"Ada apa adik manisku? Kau sakit?" tanya dokter Cho, dibalas gelengan oleh yang lebih muda.

Seokjin menoleh pada Jimin yang masih berdiri canggung, kemudian memintanya untuk maju menghampiri mereka.

"Bukan aku, tapi dia, hyung. Namanya Jimin, anggota baru kelompok bertemanku." tutur Seokjin. Jimin membungkuk sopan saat diberi senyum hangat oleh dokter tersebut.

"Kau terlihat sangat pucat, Jimin-ssi. Mari saya periksa." ajak dokter Cho, "aku boleh memakai kamarmu, Seokjin-ah?"

"Tentu saja Hyung, pakailah. Aku akan ke dapur, menyiapkan bubur untuk Jimin, dan juga makan siang untuk kita." jawab Seokjin, dan mereka pun berpisah.

You Never Walk Alone√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang