Para peluhur itu tertawa hambar.
Kemari dan ke sana membawa kabar.
Mulut dan matanya selalu terbuka lebar.
Sayang sekali mereka hanya penyiar.Jika ada massa mungkinkah mereka mencalo sebagai anggota politik?
Cara mereka tertawa seolah diktator yang pelit.
Mata mereka pula seolah penuntut.Sayang, lagi. Itu menjadi hak mereka.
Angan-angan belaka,
Untuk bermimpi yang tak berguna.
Tak dapat pula ada cinta hadir di mata mereka.
Karena mereka hanya penyiar, sang pembawa berita.Jumat, 27 April 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
KLASIK √
Poetry❲𝗽𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴 𝘄𝗮𝘁𝘁𝘆𝘀 2017 𝗸𝗮𝘁𝗲𝗴𝗼𝗿𝗶 𝗡𝗲𝘄𝗰𝗼𝗺𝗲𝗿𝘀❳ Aku diterpa angin malam. Telingaku kalut, tertampar suara gagak hitam. Hingga aku tak dapat bermalam. Dalam hatimu yang tentram. © copyright 2017 R I N I...