Menjadi wanita yang selalu berkorban ialah perjuangan.
Di mana hati dan perilaku kita diteguhkan.
Menghapus kebahagiaan satu demi kebahagiaan lain.
Kemudian kembali tersungkur karena penyesalan.Wanita seperti itu. Mereka mecoba bangkit dengan tangannya sendiri yang terkulai lemas.
Dalam hati menoreh luka yang kian memanas.
Hingga ia tak tahu cara berkata dengan lugas.Betapa bodohnya wanita.
Derajatnya lebih tinggi daripada pria.
Sifatnya lebih lembut dibandingkan sutera.
Cantik nan rupawan wajahnya.
Namun sayang, hatinya begitu lemah akan cinta.Kini hakikatnya begini saja; wanita bukan budak, bukan pula ditakdirkan menjadi budaknya.
Ia tercipta bukan pula dipermainkan oleh prianya.
Itu semua takdir dan kuadratnya.
Menjadi wanita yang terkadang sulit dibaca hatinya.Jumat, 27 April 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
KLASIK √
Poesía❲𝗽𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴 𝘄𝗮𝘁𝘁𝘆𝘀 2017 𝗸𝗮𝘁𝗲𝗴𝗼𝗿𝗶 𝗡𝗲𝘄𝗰𝗼𝗺𝗲𝗿𝘀❳ Aku diterpa angin malam. Telingaku kalut, tertampar suara gagak hitam. Hingga aku tak dapat bermalam. Dalam hatimu yang tentram. © copyright 2017 R I N I...