Biru udara merangkak menjulur dadaku.
Bersusah payah ku ulur rotan.
Lalu lilit dalam kubu.
Kemudian ku pintal membentuk rajutan.Hari siang mulai menyingsing.
Semua ini belum jadilah.
Kapankah berujung.
Jika ini akhir, manakah tempatku.Gagah perkasa tanganku masih merajut.
Membentuk penyeru sang kaisar,
Sang bujang di rahim perang.
Dan dia sang kuasa kekang.Nukilan kembali berseru untuk usai.
Namun ini tak kunjung selesai.
Haruskah ku akhiri?
Demi dia yang kembali.Dan tahun baru membawanya kembali.
Dari perang sang legendaris.
Ilalang memanggil kembali tuk usai, karena ia datang untuk temani.Hari-hari ku yang sunyi,
Kini kembali bercahya.
Detik ku yang tak detak,
Kini berdering.
Jam ku yang kosong,
Kini merongrong.Ia datang untuk kembali.
Setelah perang berwindu ini.Senin, 11 Desember 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
KLASIK √
Puisi❲𝗽𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴 𝘄𝗮𝘁𝘁𝘆𝘀 2017 𝗸𝗮𝘁𝗲𝗴𝗼𝗿𝗶 𝗡𝗲𝘄𝗰𝗼𝗺𝗲𝗿𝘀❳ Aku diterpa angin malam. Telingaku kalut, tertampar suara gagak hitam. Hingga aku tak dapat bermalam. Dalam hatimu yang tentram. © copyright 2017 R I N I...