"Dia tidak melakukan itu untuk menyakitiku. Juga, alasanku mengambil keputusan ini bukan didasari oleh hal itu,eonni..."
"Lalu mengapa?!"
.
.
.
"Aku tidak tahu bagaimana reaksi Seohyun jika mendengar..."
Krek,terdengar bunyi gagang pintu,membuat Yoona dan Hyoyeon kompak menengok. Rupanya,disana terlihat Seohyun dengan keranjang berisi peralatan mandinya. Gadis itu hendak melangkah namun urung ketika menyadari sedang ditatap kedua perempuan yang dipanggilnya kakak itu.
"Eoh,waeguraeyo eonni?" Tanya Seohyun. Gadis itu memiringkan kepalanya,menatap Yoona dan Hyoyeon dengan mata legamnya.
"Ah-aniyeyo,Seo a,kami..."
Brak. Suara bantingan pintu terdengar dan perempuan dengan tubuh tinggi itu terlihat melotot. Sooyung-gadis itu-lantas berteriak "benarkah si rusa sudah memiliki kekasih di cina?!"
Pertanyaan itu membuat Yoona dan Hyoyeon kembali kompak memandang kearah yang sama. Memelototi Sooyung dan tatapannya seolah mengatakan 'jangan-mengatakan-apapun-tentang-hal-itu-didepan-Seohyun,Choi Sooyoung!'
Namun rupanya,arti tatapan itu tak tampak disadari oleh Sooyung. Seohyunlah yang justru memahaminya. "Gwenchana. Aku sudah tahu tentang itu"
"Seo..."
Si bungsu diantara para gadis itu tersenyum tipis sembari berkata "Dia yang mengatakannya padaku. Kemarin,saat aku syuting program di Cina"
.
.
.
"Sungguh,aku tidak apa-apa!" Kali ini Seohyun berkeras,merasa terganggu dengan tatapan iba dari sebagian para gadis yang menghuni dorm luas itu.
"Seo... Menangis saja,tidak apa-apa!" Yoona bersikeras,berpikir bahwa tidak apa apa adalah senjata Seohyun agar tidak menangis di depan mereka. Tetapi,yang kemudian ditangkapnya dari mata Seohyun adalah justru benar...
"Ayo pergi. Uri dongsaeng (adik kita) baik baik saja"
Bahwa dia tidak sedang bersedih atas kabar mantan personel boyband yang bernaung di agensi yang sama dengan mereka itu. Setidaknya itu yang terlihat dari matanya. Juga, bahwa Taeyeon sekalipun,yang dianggap Yoona sebagai orang yang peka juga menganggap demikian. Semua terlihat seperti yidak ada yang perlu dicemaskan....
*
Karena masalah kecil di dorm itulah,kemudian Seohyun memutuskan untuk sejenak menghirup udara segara. Dirinya tengah berada di sekitar sungai Han,berjalan jalan ditengah suasana malam yang cukup sepi. Ini bukan puncak puncaknya wisatawan berdatangan untuk melihat keindahan malam di Seoul,dan menjadi semacam berkah bagi seorang publik figur ketika tempat yang identik dengan keindahan serta keramaian dapat mereka kunjungi tanpa perlu terusik dengan permintan tanda tangan atau apapun yang dilakukan penggemar.
"Hh..." Seohyun mengembuskan napas,menatap pertunjukan cahaya dari lampu berbagai warna,dan dirinya duduk diatas area rerumputan yang cukup dekat dari area sungai.
Dan kalimat itu kembali membayang...
"Dia baik,dan meski tidak benar benar tahu bagaimana dirinya yang sesungguhnya,tetapi aku berpikir untuk mengusahakan hubungan ini..."
Seohyun memejamkan mata. Mencoba membayangkan kalimat selanjutnya,dari percakapannya dengan Luhan di hari itu.
"Dan aku memberitahumu,bukan karena ingin menyakitimu. Tapi sungguh,betatapun aku bingung dengan alasan mengapa memberitahumu,menyakitimu adalah pilihan yang takkan pernah kuambil bagaimanapun situasinya..."
Lalu mata itu membuka perlahan. Memperlihatkan sedikit airmata yang mungkin masih ada untuk Luhan. Airmata yang pantas,sebagai penghargaan atas apa yang dilakukan laki-laki itu terhadap perasaannya pada Seohyun,atas semua hal yang membuat laki-laki itu sampai dengan kemarin...
Saat Seohyun begitu yakin,Luhan masih menyediakan tempat dan kehangatan bak rumah untuk raga dan jiwanya.
"Gomawo,Luhan-a... Gomawo"
Seohyun kembali menikmati suasana malam itu ketika ponselnya berdering. Tangannya merogoh ke dalam tas kecil miliknya sebelum terperangah dengan nama yang muncul di layar ponselnya. Beberapa detik kemudian,tombol hijau ditekannya dan suara yang sama sekali tidak asing baginya terdengar.
"Eoh,oppa? ... Aniya,aku hanya sedang jalan jalan ... Maaf,lupa memberitahumu tentang itu. Aku..."
*
Pagi tetap sama. Seoul tetap negara yang menjadi salah satu destinasi penikmat alam atau mereka yang terinspirasi dari produk film dan drama Korea. Orang orang berdesakkan untuk memburu waktu juga tempat nyaman di transportasi umum...
Semua masih sama,meskipun keputusan atau apapun itu,yang kau ambil tak pernah benar benar sama seperti waktu kemarin.
Seohyun lupa,perjalanan tadi malam dan percakapan dengan Luhan membuat kantuknya tersapu entah kemana. Sampai dengan matahari pagi berada cukup tinggi,matanya hampir tak terpejam.
Kreek. Suara kenop pintu yang bergerak terdengar. Taeyeon muncul dari balik pintu dengan seulas senyum tipis. "Seo,ayo jalan jalan"
.
.
.
"Rupanya kau sudah mendengar kabar itu,eonni" Seohyun berkata dengan lirih. Mata legamnya menatap Taeyeon yang memilih tetap duduk diatas beton besar,pemecah ombak yang dibangun di area pantai itu. Entah bagaimana,Taeyeon tahu jika tempat ini sedang benar benar sepi sehingga pembicaraan mereka tidak perlu diselingi dengan aksi tengok menengok orang orang di sekitar mereka.
Taeyeon menatap air laut yang tenang,sebelum berkata "Apa ini karena Luhan,Seo?"
Gadis itu menampakkan senyum dan menggeleng "Aniya,Eonni." Ujar Seohyun. Gadis itu kembali menyapukan pandangannya ke area pantai selama beberapa menit,sebelum akhirnya berkata lagi
"Dia tidak melakukan itu untuk menyakitiku. Juga, alasanku mengambil keputusan ini bukan didasari oleh hal itu,eonni..."
Pernyataan itu kontan memancing tanya seorang Kim Taeyeon "Lalu mengapa?!"
"Mungkin hanya seperti Jess eonni. Barangkali apa yang kulakukan ini terlihat hanya seperti apa yang dipilih Kris Wu dan Luhan oppa..."
Dan ketika mengatakan itu,Taeyeon tergugu. Dia paham dengan apa yang akan dikatakan gadis yang sejak dulu bagaikan seorang adik dimatanya.
*
Malam itu,Seohyun kembali teringat bagaimana percakapannya dengan Luhan yang tiba tiba menghubunginya...
"Eoh,oppa?"
Luhan terdengar berdehem,sebelum berkata "Ne,Seo-a. Apa yang sedang kau kerjakan,eoh? Atau kau sedang bermain game katak lagi?" Dan kekehan khas Luhan terdengar dari sana,membuat Seohyun mengerucutkan bibirnya
"Aniya,aku hanya sedang jalan jalan"
Keduanya terdiam beberapa menit,sebelum Luhan melempar pertanyaan padanya "Kenapa tidak memberitahuku tentang keputusanmu itu,eoh?"
Pertanyaan tersebut membuat Seohyun terkejut. Entah dari siapa,luhan mendengar kabar yang dia sendiri belum resmi mengiyakan pada khalayak ramai "Maaf,lupa memberitahumu tentang itu. Aku..."
"Ya?"
"Mungkin hanya sama sepertimu dan Jessica eonni"
"Seo..."
"Mungkin aku..." Seohyun menarik napas,mengembuskannya,lalu berkata dengan penuh keyakinan "...hanya ingin pergi. Itu saja"
Sambungan telpon terputus setelah beberapa saat mereka tidak berkata apa apa lagi.
Luhan kemudian merebahkan tubuhnya yang letih diatas kasur empuknya. Mencoba meresapi percakapannya dengan Seohyun barusan.
Dan mata laki-laki itu terpejam...
"Aku tahu Seo... Aku mengerti perasaan seperti itu" Luhan bergumam lirih "Karena akupun merasakannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
KumCer Akiphylia (Kumpulan Cerpen)
Short StorySekumpulan kisah dari banyak tokoh yang mampu dituangkan penulis ke dalam tulisannya. Mungkin banyak dari kisah mereka yang sebelumnya telah dibaca, atau mengingatkan kembali para pembaca dengan tokoh idola yang menjadi pemeran dalam kumpulan fiksi...