Pertemuan 2 Hati

18 0 0
                                    

"Baru aja debut jadi penulis, loe kok udah diputusin?"

Lebih sakit rasanya mendengar seseorang yang (terpaksa) menjadi teman karibnya sejak lama melayangkan pertanyaan seperti itu ketimbang harus mengerjakan essay adiknya yang belum lama ini pamer naik tingkat. Dia resmi menjadi bungsu yang dibangga banggakan selama kurang lebih tiga hari karena sudah resmi mengganti kemejanya yang selalu dia kenakan semasa kelas dua,menjadi kemeja baru untuk anak kelas tiga sekolah dasar. Lantas bedanya dimana? Jangan menanyakannya, karena Irina—kakaknya,si penulis baru—tidak pernah menemukan jawabannya.

Irina mencebik, bersiap melempari teman karibnya itu dengan boneka beruang di tangannya ketika dirinya teringat dengan prinsip hukum karma. Ini hanya akan memperpanjang episode sakit hatinya, jika karma terjadi dan dirinya dilempari boneka beruang pemberian laki-laki yang kini menjadi mantan kekasihnya. Irina terpaksa mengurungkan niat sebelum kemudian berkata, "Iya! Udah puas, tanteturah?"

"Reseh! Jangan panggil gue begitu!" Layka yang tidak terima langsung melancarkan aksi balas dendamnya. Gerakannya cukup gesit saat merebut boneka beruang yang kini telah berpindah ke tangannya itu, dan tidak lupa senyum yang kadang semenyeramkan Joker itu terlihat dari wajah gadis tersebut.

1...2...dan karma menghampiri Irina Anggraini.

*

"Irina, temani kakak yah?"

Tidak biasanya seorang Ivan Mahardika meminta Irina untuk menemaninya. Bahkan, gadis itu ingat sekali bagaimana perilaku kakaknya yang pernah sangat menjengkelkan hingga dengan kejadian tersebut Irina berhasil memecahkan rekor dari yang mampu dilampauinya : menulis hampir lima ratus halaman. Kakak seorang calon dokter yang—katanya—peduli sesama itu menatapnya dengan tatapan penuh harap.

"Temenin kemana,kak?"

"Beli buku buat proyek kelompok relawan." Ujarnya "Kamu kan penulis, jadi pasti tahu buku anak anak yang berkualitas kayak gimana"

Ampun! Darimana seorang calon dokter bedah itu mendapatkan inspirasi untuk gagasannya barusan?

Irina berharap bisa melayangkan tangannya di kepala sang kakak. Sayang, mengingat ibunya yang seperti jarang tidak memuji kakaknya didepan para ibu ibu kelompok arisan yang datang ke rumah setiap kali arisan diadakan, membuat Irina mendengus. Dalam hati meronta ronta karena tidak tega membayangkan kemungkinan kakaknya menjadi tidak sepintar sekarang hanya karena dipukul olehnya lalu ibunya akan tersedu sedu dan...

"Malah melamun!" Ivan menjentikkan jarinya tepat di depan Irina, membuat gadis itu tersadar. Imajinasinya membawa dirinya berpetualang terlalu jauh.

"Apa sih?!"

"Sana ganti baju, terus kita keliling toko buku" Ujar Ivan. "Jangan lama yah. Kayak biasa aja, mandi a la bebek" Mendengar hal itu membuat telinga Irina panas. Berani sekali si calon dokter bedah itu mengumbar rahasianya, bahkan kakaknya itu menyempatkan diri untuk mengacaki rambut gadis tersebut dan lari sebelum menerima pukulan adiknya.

"Dasar!" Irina lekas menutup pintu kamarnya, mandi lalu berganti pakaian. Semua dilakukannya dengan cepat dan tepat seperti ucapan kakaknya tadi. Rupanya kebiasaan yang sudah jadi rahasia umum dirumah itu tidak begitu saja hilang walaupun Irina telah menjadi gadis dua puluh tahun dan bukan lagi bocah pramuka yang suka ikut kemping di hutan belantara.

Setelah selesai, gadis itu segera turun dan menghampiri kakaknya yang rupanya tengah menghabiskan kue kering yang seingat Irina adalah buatan Layka. Apa mungkin temannya itu akan meloncat loncat kegirangan kalau tahu laki-laki yang sering dikatakannya mirip Jackson GOT7 itu memakan kue buatannya dengan lahap? Irina terus membayangkan banyak kemungkinan sampai kemudian tersadar begitu melihat ekspresi wajah kakaknya.

KumCer Akiphylia (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang