(Chen-OC-Xiumin) A Believe...

38 1 0
                                    

"Percaya...hanya itu."

***

Haeyeon masih tersenyum samar. Diantara deret pepohonan hijau dimusim dengan warna soft dari tumbuhan yang mekar,khas musim itu, dia berdiri. Menatap lamat udara hampa dengan sekelabat gambaran kenangan, impian serta... keinginan...

'Apa yang sedang kau lakukan disana? Disini, musim baru saja berganti, tapi... Aku lupa dan berkeliling dengan mantel tipis. Bodoh, bukan? Tapi jangan berani menertawakanku disana atau percaya aku akan bisa menggapaimu,bertemu denganmu lagi dan menuntut balas karena menertawaiku!'

...Dalam rentet kalimat yang hanya mampu terucap dalam hati. Gadis bermarga Lee itu belum cukup berani untuk mengungkapkan apapun yang benar benar dia rasakan dengan lisannya. Dengan suara lantangnya—sang pria pernah berkata dia berbakat untuk jadi orator demonstrasi.

Dia tak cukup ikhlas untuk menyiakan satu demi satu kata yang merefleksikan suara hatinya itu pada angin lembut dimusim tersebut. Setidaknya, sampai ada dia... si pemilik telinga, mata dan sekeping hati pelengkap yang mewakili semua gambaran yang berkelabat dikepalanya.

Orang yang benar-benar dia harapkan...

Gadis itu mungkin betah untuk sedikit berlama disana. Membiarkan sejenak tubuhnya untuk berinteraksi dengan keadaan lingkungan, dengan suasana musim berwarna lembut ditahun ini. Senyum yang begitu tipis tadi, semakin tak nampak diwajahnya. Angin tidak serta merta merengut itu. Bukan sang angin penyebabnya. Memang, embus angin—yang kadang begitu lembut bahkan samar— seringkali mampu memisahkan sang daun dengan ranting. Mampu menyapu serta membawa helai daun yang telah gugur entah kemana.

Tapi... angin sekuat apapun, takkan pernah punya daya untuk membawa senyum yang terpatri di wajah manusia kemanapun.

Pun dengan Haeyeon. Senyum yang semakin samar itu tertahan sejenak,sebelum kemudian benar-benar lenyap dan terganti dengan suara hela napas. Mata gadis itu memejam, kembali terbuka dan memejam lagi.

Hatinya kembali berkata-kata...

'Jongdae... Bagi aku kekuatanmu... Datanglah dihadapanku sekali lagi agar... Aku percaya...'

.

.

.

Desember,2014

"Kau menyontek pekerjaan rumahku lagi?!"

Haeyeon memberengut,protes pada Jongdae karena kebiasaan namja satu ini. Pun telah menjadi rutin seorang Jongdae mengambil diam-diam catatan pekerjaan rumahnya di laci meja, tetap saja baginya itu adalah satu hal yang harus senantiasa dia peringatkan. Tindakan Jongdae itu bukanlah hal baik apalagi terpuji jika dilakukan.

"Heih~~ kau pelit sekali Haeyeon! Belajarlah untuk berbagi"

"Oh, ya ampun... Kau bahkan sok mengajariku? Tolong! kerjakan sendiri pekerjaan rumahmu,dasar menyebalkan!" Haeyeon buru buru menyambar bukunya, namun sayang gerakan tangannya terbaca oleh Jongdae. Lelaki itu segera menyembunyikan bukunya di belakang punggungnya

"Ayolah..."Ujarnya "Aku malas. Aku butuh pekerjaan rumahmu ini"

"Ah,Yak!"

Pertengkaran tak terhindarkan lagi. Meski dikenal sering tak akur,sering berdebat namun tak banyak yang tahu bahwa Lee Haeyeon menyukai Kim Jongdae. Dan hampir tak ada yang mengetahui bahwa Kim Jongdae pun menyukainya,namun tak ingin memilikinya---tepatnya keadaan tak memberinya izin untuk memiliki Haeyeon---

Yang Jongdae tahu,selain Tuhan... Hanya Kim Minseok, yang mengetahi alasannya. Hanya Kim Minseoklah yang berusaha menyembunyikan semua hal yang Jongdae ingin untuk tidak diketahui siapapun. Dan hanya Minseok... Orang yang sungguh-sungguh dia percaya untuk masalah yang satu ini.

KumCer Akiphylia (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang