"Gendong!"
Punya teman yang kalau dengannya kita bawaannya mah bebas aja mau dimintai apa saja?
"Ogah. Berat kamunya"
Dan kalau dia sudah meminta kita pun berubah menjadi tipe yang terkadang sulit untuk tidak mencoba berkata sesuai dengan isi hati?
"Tapi... siapa lagi yang bisa aku minta untuk gendong aku nantinya selain kamu?"
Jika semua pertanyaannya di jawab dengan iya, maka selamat. Kamu telah menemukan orang yang akan menjauhkanmu dari tuntutan keluarga untuk menemukan pasangan yang bisa kamu bawa di pelaminan...
"Emang gak ada orang lain yang kamu mau buat gendong kamu gitu?"
...tapi apakah kalian adalah pasangan yang Tuhan pertemukan untuk menjadi satu?
.
.
.
-Seperti Bumi yang Merupakan Rencana TerbaikTuhan-
Bruk
Minggu pagi yang sial dengan kedatangan secara mendadak dari perempuan bersurai panjang itu yang sukses membuat punggungku menghantam permukaan ubin. Dan mengesalkan ketika melihat sengiran di wajahnya saat mengulurkan tangannya membantuku bangun.
"Kenapa masuk kamar orang gak permisi?" Tanyaku "Apalagi kamu cewek dan aku cowok"
"Tau banget kalo soal gender." Perempuan itu berkata "Tapi kan kita udah temanan dari jaman masih ingusan. Dan tadi tuh mama yang nyuruh aku masuk bangunin kamu"
Kuembuskan napas. Kuperhatikan wajah perempuan itu dan rupanya dia sedang memerhatikanku. Tidak terlihat takut atau risau dengan masuk ke kamar seorang laki-laki. Bahkan setelah beberapa saat perempuan itu mengalihkan pandangan namun tidak beranjak dari kamar, malah memilihkan beberapa pakaian dari lemari pakaianku.
"Pakaian da-"
"Biar aku yang ambil sendiri."Ujarku spontan. Aku tahu apa yang akan di tanyakannya sehingga bersegera tubuh itu ku dorong pelan menuju pintu "tunggu aja di ruang makan sama mama"
Dan sebelum dirinya bertanya lebih lanjut pintu itu telah kupastikan terkunci rapat.
*
Setelah bersiap-siap, perempuan itu menoleh dan sempat melempar seulas senyum baru kemudian beranjak menuju dapur untuk mengambil piring dan gelas. Bahkan ketika kami masih menduduki bangku sekolah dasar tidak terhitung berapa sering perempuan itu terlihat bahkan makan bersama dengan keluargaku. Tetapi dengan sekian waktu yang di lewatkan perasaan canggung masih tak mampu kuelak, terutama dalam kondisi seperti sekarang...
"Gio, masih suka nasi goreng teri,kan?"
Ketika hal-hal sederhana tentangku masih melekat dalam kepalanya. Saat kebiasaan-kebiasaan kecilku yang senang duduk di kursi sebelah kanan dan membaca doa sebelum memulai aktivitas makan adalah hal yang dia jaga untukku.
Ibu, aku dan perempuan itu memulai aktivitas makan. Bukan hal canggung baginya untuk memulai obrolan dengan mama karena mereka selalu bisa menemukan topik yang terkadang membuatku merasa dialah anak mama dan bukannya diriku. Namun aku tak pernah keberatan karena adanya dia sama sekali bukan beban atau ancaman.
"Tuh kan ma, saking cantiknya calon menantunya mama ini Gio sampai lupa dengan nasi goreng teri kesukaannya" Ucapan itu menyadarkanku. Rupanya sejak tadi pikiran dan tatapanku terus mengarah padanya hingga tanpa sadar mereka telah berhenti mengobrol dan menatapku.
![](https://img.wattpad.com/cover/146435320-288-k741724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KumCer Akiphylia (Kumpulan Cerpen)
Cerita PendekSekumpulan kisah dari banyak tokoh yang mampu dituangkan penulis ke dalam tulisannya. Mungkin banyak dari kisah mereka yang sebelumnya telah dibaca, atau mengingatkan kembali para pembaca dengan tokoh idola yang menjadi pemeran dalam kumpulan fiksi...