Sosok yang sama, sedang memainkan biola sembari duduk menatap panorama langit sore yang dihiasi guratan jingga juga sedikit warna kehitaman-awan- Pemandangan khas langit di sore hari.
Momen inilah yang selalu kusukai setiap kali memikirkan keadaan sore. Melihatnya, membuat detakan hatiku menjadi berirama cepat. Dentumannya terasa tak karuan, sampai rasanya hati ini akan melonjak keluar dari tempatnya.
"Kenapa selalu wajah itu yang kau perlihatkan?"
Ekspresi yang selalu sama kulihat dari wajahnya. Wajah itu selalu mengizinkan berkas berkas sisa mentari yang kini berada di ufuk barat menyengati wajahnya. Wajah itu tak terlihat keberatan sama sekali, dan tetap menampakkan guratan kesedihan. Namja itu.... Tetap menggesekan tongkat biolanya pada tali senar dan terus saja memperdengarkan melodi sedih dari tiap alunan nada yang terdengar.
Aku ini pendengar setianya. Pendengar setia dari semua melodi melodi kesedihan yang selalu diperdengarkannya saat petang. Meski tak begitu paham tentang musik, yang kutahu telingaku ini masih cukup baik untuk bisa mendengar, dan itulah satu satunya bagian tubuhku yang bisa memberitahuku
Aku,yeoja yang tengah berdiri di belakang pepohonan rindang. Menyembunyikan diriku darinya. Cukup aku yang melihatnya, dan biarkan dia menikmati 'sorenya' dengan tenang. Itu, lebih dari cukup untukku menunjukkan cintaku terhadapnya. Terdengar aneh memang. Aku pun sadar, seharusnya kuberanikan diriku melangkah keluar untuk sekedar menyapanya atau memberikannya cokelat yang memang sering kubawa untuknya. Pada akhirnya, takkan ada keberanian dalam diriku untuk melakukan semua itu.
Kutinggalkan cokelat tersebut dan melangkah pergi.....
Kubiarkan 'diamku' menjadi satu pertanda.... Tanda aku mencintainya
***
"Sudah hampir malam....."
Namja pemilik surai berwarna pirang kehitaman itu akhirnya mengakhiri kegiatannya di taman dan segera memasukan biolanya perlahan ke dalam tas besar-untuk mengisi biola- Dan setelah selesai dengan semuanya, kini namja itu melangkah pergi.
Deretan pepohonan rindang menciptakan keteduhan. Namja itu melangkah dengan tenang, dan tampaknya dia menikmati momen momen dalam setiap langkah itu, hingga....
"Cokelat....lagi?"
Seulas senyum terlihat di wajahnya. Senyum di wajah tampan yang jarang terlihat itu.
Sebuah cokelat membuatnya tersenyum? Ataukah.... Pemberinya yang membuat namja itu tersenyum?
"Lain kali, berikan aku white chocolate saja, Choi Jinri...."
Henry Lau-pemilik surai pirang kehitaman itu- kembali melangkahkan kakinya, dengan menyantap sebuah cokelat. Dan meninggalkan secarik kertas kecil untuk sang pemberi cokelat
![](https://img.wattpad.com/cover/146435320-288-k741724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KumCer Akiphylia (Kumpulan Cerpen)
Short StorySekumpulan kisah dari banyak tokoh yang mampu dituangkan penulis ke dalam tulisannya. Mungkin banyak dari kisah mereka yang sebelumnya telah dibaca, atau mengingatkan kembali para pembaca dengan tokoh idola yang menjadi pemeran dalam kumpulan fiksi...