Last Night?

4.8K 322 29
                                    

Aku seorang yang sibuk dengan problema duniaku. Tinggal sebatang kara di apartemen pada urutan lantai kedua. Ada sebuah pohon mangga yang sangat dekat dengan balkon kamarku. Kadang aku sering menatap pohon itu kala jenuh.

Aku kembali ke ruangan apartemenku selang burung hantu sudah berkumandang, dan bulan sudah dipuncak. Sungguh pelik.

Dan pagi hari aku hanya sempat menyambar roti, memakai kemeja bergaris biru dan langsung bekerja sebagai orang kantoran. Mengetik dan mengetik. Kadang sampai jam 23.00.

Hari ini, aku kembali ditunjuk shift malam. Cukup melelahkan, dan hanya suara cicak yang kadang menemaniku diruangan yang sudah sepi. Lengang sunyi tanpa setitik suara pun. Kadang hawa dingin akan mulai mengelus ngelus leher atau tengkuk.

Kau tanya aku takut? Aku sudah terbiasa dengan shift malam. Dan aku punya prinsip rasional, sesuatu yang tak bisa kusentuh tak akan kupercayai. 

"Ahh..." lirihku puas, akhirnya tugas ini rampung. Rasanya setiap tulang di tubuhku berteriak minta istirahat. Segera kututup komputer tua pentium itu dan aku beranjak melangkahi koridor yang gelap kemudian menuruni tangga.

Mataku saja mulai memberat. Entah aku yang lelah atau apa. Aku sampai diapartemenku begitu cepat. Segera kunaiki lift dan bertemu kembali dengan ruanganku. Tak dinyana aku refleks menaikkan ujung bibirku.

Kubuka pintu kamar dan aroma khas kamarku mulai menyeruak. Aku menguap sekali sebelum aku melonjak kedalam springbed. Aku menyentuh permukaan halus matras biru dan mencopot dasi ku.

Mungkin aku harus minum segelas chamomile sebelum tidur? Hoam.. aku benar benar lelah dan mataku berat. Ah bahkan aku tak tau jam berapa sekarang. Kasur sudah menghipnotisku. Yang aku tau, aku ingin tidur.

...

Brukkk.

Brukk... brukkk.

Brukkk...

Secara spontan sekilat suara aneh membangunkanku. Suara itu terasa begitu dekat. Seperti berasal dari apartemenku. Hah! Bisa jadi itu pencuri! Aku mengucek mataku yang perih dan melirik smartphone. 

03.17 

Aku bangkit dari ranjangku. Aku mengacak kepalaku dan berdecak kesal. Siapa yang ribut ribut malam begini?

Brukkkk...

Aku tak dapat menahan rasa penasaranku. Aku menapak keramik lantai dengan perlahan mungkin agar tak menciptakan suara. Terdengar dengan jernih, seperti suara hantaman sepatu. Tapi siapa, dan menendang apa?

Aku mulai memutar daun pintu kamar. Aku mulai merasa was was. Mungkin ada perampok yang menyelinap. Sekujur badanku mulai diselimuti keringat. Aku melihati ruang tamu.

Tidak ada yang janggal. Tv, sofa, lemari. Dalam temaram kegelapan aku tetap bisa mengawasi dengan baik. Tapi suara itu semakin dekat asalnya. Gelagat aneh mulai memenuhi rongga dadaku. Darahku kembali berdesir dan logikaku mulai tak bereaksi.

Asalnya dari jendelaku. Jendela yang ditutup gorden emas. Siapa yang jahilnya menendang jendela lantai 2 pada malam malam begini? Aku maju dengan tegang. Tak kukontrol lututku gemetar seperti baru disetrum. Tetapi aku akan mengeceknya. Ya aku serius.

Tiba tiba...

Tok tok tok. Seseorang mengetuk pintuku.

"Sir, excuse me." Panggil seseorang diseberang. 

Aku menarik nafas lega. Walau suara ganjil itu masih ada. Nanti setelah ini aku akan mengeceknya. Aku menghidupkan lampu dan membuka pintu depan.

Seorang pria pendek yang memakai seragam pelayan. Ia tampak membawa nampan makanan. Matanya yang biru itu tegang mengunci mataku.

"Ya? Ada yang bisa dibantu?" Ujarku ramah.

"Erm... ini ada makanan dari pihak apartemen. Silahkan dinikmati pak." Ujarnya dengan suara yang kecil sekali.

"Iyaa, besok saya makan."

"Jangan pak! Makanan ini besok sudah pasti rusak. Jadi tidak bisa disimpan."

"Ya terima kasih."

Ia tak menjawab sama sekali.

Aku mengernyit. Aku buru buru menerima bungkusan entah apa isinya dari tangannya. Ia lalu pamit dengan cepat. Kemudian kubanting pintu.

Kurobek bungkusnya dan ternyata hanya sebuah kue blackforest biasa. Mungkin pemilik apartemen sedang berbaik hati.

Tiba tiba saja aku merasa rasa ngantuk yang luar biasa. Aku sempoyongan mencapai kamar dan akhirnya terlelap tanpa mempedulikan ketukan dikaca itu.

Tok tok tok

Aku baru terhenti bermimpi , tiba tiba ada lagi yang mengetuk pintuku dengan kasar. Tidak sabar sekali, umpatku. Aku segera bangun dengan gontai dan kubuka pintu itu.

Awalnya aku berniat memarahi siapapun itu yang sudah tidak sopan. Tapi begitu aku melibat siapa yang didepanku nyaliku ciut dan aku mengurungkan niatku.

Dua orang polisi yang kurus ceking menatapku dengan serius. Ada apa mereka kesini? Aku mulai panik dalam hati. Jantungku berdegup keras.

"Maaf pak, tapi kami kesini ingin bertanya. Semalam apa anda mendengar suara aneh?"

Ingatanku menjelajah ketika kudengar suara tendangan itu. Aku mulai merasa ada yang tidak beres. Tapi ternyata baru kusadari suara itu sekaranhgsudah raib. "Ya. Semalam memang ada suara yang aneh. Seperti hantaman dikaca."

Polisi kedua ikut mengintrogasiku, "Anda tidak mengecek?"

"Awalnya aku ingin mengeceknya... tapi terhenti karena ada pelayan yang mengantarkan kue." jawabku ragu.

"Pelayan mengantar kue?" Ujar mereka bersamaan. Raut wajah mereka mulai tegang. Begitupun aku.

Note: cerita ini semi riddle

CreepypastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang