[11] BUKAN PELAKOR

3.5K 356 156
                                    

-Bukan Pelakor-


Untuk kesekian kalinya Sakura menghela napas, wanita itu berusaha mengenyahkan pikirannya yang melanglang buana. Kepalanya sama sekali tidak bisa berhenti untuk memikirkan banyak hal, terutama tentang masalah prahara yang menimpa rumah tangganya.

Sebenarnya secara kasap mata, rumah tangganya terlihat adem ayem seperti tidak terjadi masalah apapun, semuanya juga berjalan sebagaimana mestinya. Hanya saja, hati seorang istri memang tidak pernah salah, Sakura seolah merasakan gundah dihatinya yang begitu mengganjal. Entah apa itu, Sakura pun tidak tahu jawabannya.

Dia seperti memiliki perasaan yang tidak enak setiap bangun tidur, perasaan mual dan tidak napsu makan juga menderanya diatas meja makan. Apalagi saat melihat wajah suaminya, Sakura seperti merasa kalau ada pemisah di antara keduanya.

Sasuke memang baik, masih perhatian, masih tersenyum manis padanya, dan tentu saja masih melayani Sakura dengan baik. Tapi tanda kutip melayani dalam hal lainnya. Bukan melayani dalam bentuk lahiriyah-nya.

Dan entah mengapa, meskipun dekat, Sakura merasa kalau dia semakin jauh dengan suaminya. Sakura merasa begitu kesulitan walau sekedar menggapai tangan Sasuke. Semakin dia mendekat, maka semakin jauh suaminya melangkah.

"Melamun lagi.."

Sakura tersentak, dia tertarik keluar dari lamunannya saat Karin menepuk pelan bahunya.

"Kenapa ? Memikirkan suamimu lagi ?"

Karin menarik kursi lalu duduk dihadapan Sakura. Mereka sedang istirahat dan memilih keluar untuk makan siang dikaffe yang tidak jauh dari kantor.

Sakura menopang dagunya, pancaran emerald itu menatap jauh kedepan menembus jendela kaca. Dia tidak menjawab, tidak juga menyangkal. Sakura hanya tersenyum tipis menggambarkan semua beban yang mendera kepalanya.

"Kau tahu Karin, masih sama dengan yang aku ceritakan terakhir kali"

Karin yang sedang menyesap minuman dingin miliknya langsung terkejut dan terbatuk-batuk sambil menyeka sisa-sisa minuman disudur bibirnya.
"Serius ?!!" Tanya Karin tidak percaya.

Sakura mengangguk lemah.

Karin menegakkan punggungnya, tangannya terangkat dan terkulai diatas meja.
Tentu saja dia masih mengingat jelas tentang curhatan Sakura sebulan yang lalu, eh bukan sebulan, mungkin lebih dari itu, atau lebih lama lagi, Karin tidak yakin. Karna memang Sakura sangat jarang membicarakan tentang rumah tangga terutama tentang suaminya.

Yang Karin ingat, terakhir Sakura bercerita tentang suaminya yang menolak bercinta dan tidak mau melakukan hubungan suami istri sebagaimana mestinya.
Sakura bilang kalau saat itu suaminya berdalil kalau sedang lelah dan tidak ingin bercinta, lalu Sakura memahami dan tidak memaksa untuk melakukannya.

Tapi, tidak mungkinkan kalau sampai sekarang Sakura dan suaminya masih belum melakukan hubungan suami istri. Bagi Karin, itu sangat mustahil.

"Awalnya aku mengerti, mungkin Sasuke-kun memang lelah dan tidak ingin bercinta denganku.. tapi, untuk yang kedua, saat aku mengajaknya lagi, dia bilang katanya kalau dia sedang tidak mood"

Sakura kembali menghela napas, dia menatap Karin yang senantiasa diam mendengarkan keluh kesahnya.

"Lalu aku kembali mengerti dan tidak memaksanya, kemudian aku mencoba lagi mengajaknya bercinta untuk yang ketiga, keempat, bahkan sampai sekarang, suamiku selalu memiliki seribu alasan untuk menolakku"

Sakura menyandarkan punggungnya dikursi, diapun kini merasa sama lelahnya.
"Aku tidak tahu Karin, salahku apa, masalahnya dimana, Suamiku tidak pernah mau bicara.. dia selalu menghindar setiap aku menjamah tubuhnya" Sakura berhenti sejenak untuk mengambil napas dalam.

-BUKAN PELAKOR- ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang