[18] BUKAN PELAKOR

2.2K 319 107
                                    

-Bukan Pelakor-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Bukan Pelakor-

Di sepanjang pesisir pantai, Sasuke terus berlari.
Bibir manisnya memanggil-manggil nama Hinata yang seharusnya Sasuke tahu kalau itu hanya akan sia-sia.

Sebanyak apapun Sasuke mencari, sekeras apapun dia berteriak, Hinata tidak akan serta merta muncul dihadapannya.
Wanita itu telah pergi. Pergi dengan meninggalkan sejuta luka dihati Sasuke.

Sasuke membungkuk menopang tubuhnya dikedua lutut.
Dia mengatur napasnya dengan meraup banyak oksigen.
Terlihat banyak peluh keringat membasahi seluruh tubuhnya.

Sasuke meninggalkan Sakura begitu saja.

Dia sama sekali tidak peduli lagi tentang istrinya sendiri.
Terkesan sangat brengsek dan sangat bajingan.

Dikehidupan ini, mungkin Hinata sang jalang simpanan adalah pemenangnya.
Wanita itu mampu membuat Sasuke kalang kabut dan gatal diseluruh tubuhnya hanya karna tidak melihat Hinata sebentar saja.

Sedangkan dengan Sakura, Sasuke sudah muak dengan segala hal tentangnya.
Jika bukan karna ada anaknya, mungkin Sasuke sudah kabur sejauh mungkin meninggalkan Sakura sejak lama.

Tapi saat ini Sasuke sudah berada di ujung asanya. Dia sudah tidak peduli dengan apapun, kecuali dengan Hinata.

"Kau dimana Hinata?"

Deburan ombak menggulung ditengah laut.
Sasuke mengusap kasar air wajahnya yang sangat frustasi.

Hingga tiba-tiba, satu tetes, dua tetes, dan banyak tetes air mata yang jatuh satu persatu membasahi kedua pipi Sasuke.

Pria itu menangis tanpa suara.
Dia sudah merasakan lelah yang amat sangat. Sampai-sampai Sasuke hanya bisa berharap semoga ada keajaiban sedikit saja untuknya.

"Ku mohon kembalilah, Hinata"

.....

Hinata menyandarkan punggungnya pada kursi.
Dia mencoba atau lebih tepatnya memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

"Kerja bagus Hinata.. Kau sudah benar.. Meninggalkan Sasuke adalah keputusan yang paling benar."

Hinata memantapkan dan meyakinkan dirinya sendiri.
Dia pun mengalihkan pandangannya keluar jendela. Laut terlihat sangat gelap dan pekat ketika malam menjelang.
Lampu jalanan bagaikan bintang yang bertabur terang di tengah kesepian.

Kemudian Hinata lebih memilih memejamkan matanya. Dia harus tidur untuk menyambut petualangannya yang akan baru dimulai.

Berawal dari Italia-

-BUKAN PELAKOR- ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang