[13] BUKAN PELAKOR

3K 329 94
                                    

⚠️NO PlAGIAT⚠️Follow dulu sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
⚠️NO PlAGIAT⚠️
Follow dulu sebelum baca
.
.

-Bukan Pelakor-

Hinata menghela napas lega saat melihat senyum Sakura yang terbit kembali.
Sekarang bukanlah saat yang tepat jika hubungannya dengan Sasuke terbongkar begitu saja.

Tempat dan waktu sangat tidak mendukung. Dari pada terbongkar karna Tanjhi, Hinata lebih memilih terbongkar disaat dirinya dan Sasuke sedang bercumbu mesra. Agaknya itu lebih menyenangkan tinimbang harus seperti ini.

"Sekali lagi maafkan aku Sakura, aku sudah melarang Tanjhi memanggilku mama. Tapi teman-temannya disekolah menganggap kalau aku adalah mamanya. Jadi aku terpaksa karna tidak ingin membuat malu Tanjhi didepan teman-temannya"

Sakura tersenyum samar,
"Tidak masalah Hinata, itu bukan salahmu.. aku juga yang salah karna tidak pernah datang kesekolah Tanjhi... jadi teman-teman Tanjhi tidak tahu siapa mamanya yang sebenarnya"

Bohong kalau Sakura bilang baik-baik saja. Meskipun bibirnya tersenyum manis, nyatanya hatinya tetap merasakan sakit saat anaknya memanggil wanita lain dengan sebutan mama. Walaupun Hinata adalah sahabatnya, tidak dipungkiri kalau Sakura tetap menyimpan rasa was-was yang dibumbui oleh kedengkian yang mulai merambat jauh menyusuri hati kecilnya.

Sasuke yang berdiri dibelakang Sakura hanya terdiam tanpa makna. Kedua netra arangnya menatap Hinata dengan perasaan yang tidak bisa diartikan. Entah apa yang ada dibenak Sasuke, tapi pria itu tampak membuang napas gusar saat teringat kalau Hinata adalah wanita yang pernah terluka oleh mantan suaminya.

Hinata pernah bercerita bagaimana dia sangat mendambakan hadirnya seorang anak didalam rahimnya. Tapi karna nasib sialnya yang malah menikah dengan seorang pria seperti Naruto, membuat Hinata sampai saat ini belum memiliki anak.

Sasuke pun melirik kearah Tanjhi yang masih berdiri sambil memeluk pinggang Hinata. Sakura seharusnya malu melihat itu. Dia yang memiliki nasib beruntung karna bisa mengandung seorang anak dari dalam rahimnya, malah dia juga yang menyia-nyiakan anaknya. Bahkan anaknya pun lebih memilih menghampiri wanita lain dibanding ibunya sendiri. Alangkah lebih baik jika Sakura bercermin diri kenapa Tanjhi bisa lebih nyaman bersama Hinata dibanding dirinya.

Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan rasa kecewa Sasuke terhadap Sakura. Disetiap hembusan napasnya, Sasuke selalu merasa bersalah kepada putranya karna tidak bisa memberikan kasih sayang yang sempurna. Meskipun Sasuke memberikan semua cintanya pada Tanjhi. Tetap saja, anak itu tidak pernah sepenuhnya merasakan kasih sayang dari ibunya sendiri.

Itulah yang terkadang membuat Sasuke mengambang dan terombang-ambing. Dia bagiakan daun yang terhampar dilautan lepas.

Terlalu sulit untuk Sasuke menceraikan Sakura.
Didalam hati kecilnya, meskipun dia mencintai Hinata dengan seluruh jiwa raganya. Tetap saja, Sasuke sulit untuk melepaskan Sakura hingga saat ini. Semua tidak lebih karna putranya.

-BUKAN PELAKOR- ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang